About

AN ANGEL CALLED NURSE

A nurse will always give us hope, an angel with a stethoscope.

NURSE IS CARING

Our job as nurses is to cushion the sorrow and celebrate the joy, everyday, while we are ‘just doing our jobs

BE PROFESSIONAL NURSE

To do what nobody else will do, a way that nobody else can do, in spite of all we go through; is to be a nurse

PROUD TO BE NURSE

as a nurse, we have the opportunity to heal the heart, mind ,soul and body of our patients, their families and ourselves.

NURSE SAVE THE WORLD

The trained nurse has become one of the great blessings of humanity, taking a place beside the physician and the priest

Senin, 09 Desember 2013

Katarak

A.      ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
Mata memiliki struktur dan fungsi sebagai berikut:
a.   Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif kuat.
b.   Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sklera
c.   Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
d.   Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
e.   Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.
f.    Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi untuk membias cahaya sehingga difokuskan pada retina.
g.   Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
h.   Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke otak.
i.    Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
j.    Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata).

Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:
a.      Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa.Segmen anterior berisi humor aqueus yang merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya.Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian:
·       Bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris
·       Bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa.
Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung iris.
b.     Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina.Segmen posterior berisi humor vitreus. Cairan tersebut membantu menjaga bentuk bola mata.

Glukoma

A.    DEFINISI

Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)

C.    FISIOLOGI
Tingkat tekanan intraokular tergantung pada keseimbangan antara produksi dan ekskresi akueous humor. Akueous dihasilkan oleh sekresi dan ultra filtrasi dari prosesus siliaris ke dalam bilik posterior. Kemudian akueous mengalir melalui pupil untuk memasuki bilik anterior data meninggalkan mata terutama melalui jalinan trabekula, kanal Schlemm, dan vena episklera (jalur konvensional). Sebagian kecil akueous (4%) mengalir melalui korpus siliaris ke ruang suprakoroid dan ke dalam sirkulasi vena pada sklera (jalur uveosklera).
Ada dua teori mengenai mekanisme kerusakan serabut saraf oleh peningkatan
tekanan intraokular:
·       Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan kerusakan mekanik pada akson saraf optik.
·       Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan iskemia akson saraf akibat berkurangnya aliran darah pada papil saraf optik.
Patofisiologi glaukoma bersifat multifaktorial dan kedua mekanisme ini sama pentingnya.

Sistemisc Lupus Erythematosus (SLE)

A.    DEFINISI
ð  SLE merupakan penyakit radang atau inflamasi multisystem yang disebabkan oleh banyak faktor (Isenberg and Horsfall,1998) dan dikarakterisasi oleh adanya gangguan disregulasi sistem imun berupa peningkatan sistem   imun   dan    produksi    autoantibodi    yang    berlebihan    (Albar, 2003).
ð  Terbentuknya autoantibodi terhadap dsDNA, berbagai macam ribonukleoprotein intraseluler, sel-sel darah, dan fosfolipid dapat menyebabkan kerusakan jaringan (Albar, 2003) melalui mekanisme pengaktivan komplemen (Epstein, 1998).

B.    ETIOLOGI
Faktor genetik mempunyai peranan yang sangat penting dalam kerentanan dan ekspresi penyakit SLE. Sekitar 10% – 20% pasien SLE mempunyai kerabat dekat (first degree relative) yang menderita SLE. Angka kejadian SLE pada saudara kembar identik (24-69%) lebih tinggi daripada saudara kembar non-identik (2-9%). Penelitian terakhir menunjukkan bahwa banyak gen yang berperan antara lain haplotip MHC terutama HLA-DR2 dan HLA-DR3, komponen komplemen yang berperan pada fase awal reaksi pengikatan komplemen yaitu C1q, C1r, C1s, C3, C4, dan C2, serta gen-gen yang mengkode reseptor sel T, imunoglobulin, dan sitokin (Albar, 2003) .

Sistemisc Lupus Erythematosus (SLE)

A.    DEFINISI
ð  SLE merupakan penyakit radang atau inflamasi multisystem yang disebabkan oleh banyak faktor (Isenberg and Horsfall,1998) dan dikarakterisasi oleh adanya gangguan disregulasi sistem imun berupa peningkatan sistem   imun   dan    produksi    autoantibodi    yang    berlebihan    (Albar, 2003).
ð  Terbentuknya autoantibodi terhadap dsDNA, berbagai macam ribonukleoprotein intraseluler, sel-sel darah, dan fosfolipid dapat menyebabkan kerusakan jaringan (Albar, 2003) melalui mekanisme pengaktivan komplemen (Epstein, 1998).
B.    ETIOLOGI
Faktor genetik mempunyai peranan yang sangat penting dalam kerentanan dan ekspresi penyakit SLE. Sekitar 10% – 20% pasien SLE mempunyai kerabat dekat (first degree relative) yang menderita SLE. Angka kejadian SLE pada saudara kembar identik (24-69%) lebih tinggi daripada saudara kembar non-identik (2-9%). Penelitian terakhir menunjukkan bahwa banyak gen yang berperan antara lain haplotip MHC terutama HLA-DR2 dan HLA-DR3, komponen komplemen yang berperan pada fase awal reaksi pengikatan komplemen yaitu C1q, C1r, C1s, C3, C4, dan C2, serta gen-gen yang mengkode reseptor sel T, imunoglobulin, dan sitokin (Albar, 2003) .

Minggu, 08 Desember 2013

HIV and AIDS

A.      Landasan Teoritis Penyakit
1.     Definisi HIV/AIDS
HIV adalah virus penyebab Acquired Immuno Deficiensi Syndrom (AIDS). Virus ini memiliki kemampuan untuk mentransfer informasi genetik, mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut Reverse Transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses transkripsi dari DNA & RNA dan transflasi dari RNA ke Protein pada umumnya (Murma, et.al, 1999). AIDS adalah suatu kumpulan kondisi tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Virginia Macedolan, 2008).
Kependekan dari :
Acquired   : Didapat bukan dari keturunan
Immune     : Terkait dengan sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome  : Penyakit dengan kumpulan gejala.
Jadi AIDS adalah berarti kumpulan gejala akibat kekurangan dan kelemahan sistem tubuh yang dibentuk setelahkita lahir (Depkes, 2007).
AIDS adalah runtuhnya benteng pertahanan tubuh yaitu sistem kekebalan alamiah melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, yaitu hancurnya sel limposit T (Sel T). (Tombayong, 2002)
AIDS adalah penyakit defisiensi Imunitas akibat kehilangan kekebalan yang dapat mempermudah terkena berbagai infeksi seperti bakteri, jamur, parasit dan virus tertentu yang bersifat oportunistik (FKUI, 2003 : 354)
Berdasarkan hal tersebut maka penderita AIDS dimasyarakat digolongkan kedalam 2 kategori yaitu :
1.   Penderita yang mengidap HIV dan telah menunjukkan gejala klinis (penderita AIDS positif).
2.   Penderita yang mengidap HIV, tetapi belum menunjukkan gejala klinis (penderita AIDS negatif).
2.     Etiologi
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV.
Muman Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut.
Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet. Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.
3.     Manifestasi Klinis
Tanda-tanda gejala-gejala (symptom) secara klinis pada seseorang penderita AIDS adalah diidentifikasi sulit karena symptomasi yang ditujukan pada umumnya adalah bermula dari gejala-gejala umum yang lazim didapati pada berbagai penderita penyakit lain, namun secara umum dapat kiranya dikemukakan sebagai berikut :
·          Rasa lelah dan lesu
·          Berat badan menurun secara drastis
·          Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam
·          Mencret dan kurang nafsu makan
·          Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
·          Pembengkakan leher dan lipatan paha
·          Radang paru-paru
·          Kanker kulit
Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS pada umumnya ada 2 hal antara lain tumor dan infeksi oportunistik :
1. Manifestadi tumor diantaranya;
a. Sarkoma kaposi ; kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Frekuensi kejadiannya 36-50% biasanya terjadi pada kelompok homoseksual, dan jarang terjadi pada heteroseksual serta jarang menjadi sebab kematian primer.
b. Limfoma ganas ; terjadi setelah sarkoma kaposi dan menyerang syaraf, dan bertahan kurang lebih 1 tahun.
2. Manifestasi Oportunistik diantaranya
2.1. Manifestasi pada Paru-paru
2.1.1. Pneumonia Pneumocystis (PCP)
Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru-paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan demam.
2.1.2. Cytomegalo Virus (CMV)
Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada paru-paru tetapi dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan penyebab kematian pada 30% penderita AIDS.
2.1.3. Mycobacterium Avilum
Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit disembuhkan.
2.1.4. Mycobacterium Tuberculosis
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan cepat menyebar ke organ lain diluar paru.
2.2. Manifestasi pada Gastroitestinal
Tidak ada nafsu makan, diare khronis, berat badan turun lebih 10% per bulan.

2.3. Manifestasi Neurologis
Sekitar 10% kasus AIDS nenunjukkan manifestasi Neurologis, yang biasanya timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan syaraf yang umum adalah ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati dan neuropari perifer.

4.     Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
      1. Pemeriksaan Laboratorium
a.      Test Serologis
§  Test anti body serum, terdiri dari Skrining HIV dan ELISA
§  Test Blood Western : untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV
§  Penurunan Sel T Limfosit, jumlah Sel T4 helper, jumlah sel T8 dengan perbandingan 2 : 1 dengan sel T4
§  Peningkatan nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV)
§  Peningkatan kadar Ig 6, Ig M dan Ig 4
§  Reaksi rantai poly merase untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada sel perifer monoseluler serta tes DHS (pembungkus hepatitis B dan anti body, Siphilis (HIV mungkin positif).
b.     Pemeriksaan Patologis, misalnya Serologi urine, darah, feases, cairan spina, luka, spotum dan secresi.
c.      Test Neurologis, misalnya EEG, MRI, CT Scan otak, EMG
d.     Test lainnya
Sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCU tahap lanjut atau adanya komplikasi lain. Test fungsi pulmonal untuk deteksi awal pneumonia interstisial, Scan gallium, biopsi, broncos copy.
                 2. Test Anti Body
a.      Test ELISA
Untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.
b.     Wetern Blot Asay / Indirect Flovorescent Antibody (IFA)
Untuk mengenali antibody HIV dan memastikan seropositifitas HIV.
c.      Indirect Immunofloveresence
Sebagai pengganti pemeriksaan Western Blot untuk memastikan Seropositifitas.
d.     Radio Immuno Precipitation Assay
Mendeteksi protein pada antibody.

5.     Penatalaksaan Medis dan Keperawatan
a.      Penatalaksanaan Medis
Contoh pengobatan yang diberikan yaitu Obat Anti Retro Virus (ARV) bekerja langsung menghadapi replikasi (penggandaan diri) HIV.
Tujuan utama terapi :
a.      Penekanan jumlah virus secara maksimal dan terus menerus, mencegah atau mengembangkan fungsi imun
b.     Memperbaiki kualitas hidup
c.      Mengurangi morbilitas dan mortalitas akibat infeksi HIV.

b.     Penatalaksanaan Keperawatan
§   Pengendalian Infeksi Opportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi opportuniti.
§   Terapi AZT (Azidotimidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik transcriptase.
§   Terapi Antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistim Immune dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya obat-obatan.
§   Vaksin dan rekkontruksi virus, vaksin yang digunakan adalah Interveron
§   Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan Sel T dan mempercepat replikasi HIV.
§   Rehabilitasi, bertujuan untuk memberikan dukungan mental psikologis membantu mengubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang beresiko atau tidak beresiko.
§   Pendidikan, untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan  makanan sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi immune.

6.     Komplikasi
a.    Penyakit Paru-Paru Utama
·       Pneumonia Pneumocystis, penyebab penyakit ini adalah fungsi Pneumocystis Jiro Vecii.
·       TBC, merupakan infeksi unik diantara infeksi-infeksi lainnya yang terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada orang-orang sehat (Immunokompoten) melalui rute pernafasan (respirasi). Ia dapat dengan mudah ditangi bila telah diidentifikasi, dapat muncul pada stadium awal HIV serta dapat dicegah melalui terapi pengobatan. Namun demikian restirasi  TBC terhadap berbagai obat merupakan masalah potensial pada penyakit ini
Pada stadium awal infeksi HIV (jumlah CD4) 300 sel per Hl), TBC     muncul sebagai penyakit paru-paru.
b.     Penyakit Saluran Pencernaan Utama
·       Esofagitis, adalah peradangan pada tenggorokan yaitu saluran makanan dari mulut ke lambung.
·       Diare, diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi karena berbagai penyebab, antar alain infeksi bakteri dan parasit seperti : Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobacter, Escherictiacolli.
c.     Penyakit Syaraf dan Kejiwaan
Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena gangguan pada syaraf (Neuropsychiatic Sequalae), yang disebabkan oleh infeksi organnisme atas sistim syaraf yang telah menjadi rentan atau sebagai akibat langsung dari penyakit itu sendiri.
Kompleks dimensia AIDS adalah penyakit penurunan kemampuan mental (dimensia) yang terjadi karena penurunan metabolisme sel otak yang disebabkan oleh HIV dan didorong pula terjadinya pengaktifan imun oleh magrofag dan mikroglia pada otak yang mengalami infeksi HIV, sehingga mengeluarkan Neurotoxin. Kerusakan syaraf yang spesifik tampak dalam bentuk ketidak normalan kognitif, perilaku, motorik, yang muncul bertahun-tahun setelah terinfeksi virus HIV.

d. Kanker dan Tumor Ganas (Malignan
Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki resiko yang lebih tinggi terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA yang menyebabkan mutasi genetik.
e. Infeksi Opportunistik lainnya.

B.      Laporan Kasus
1. Kasus
            Tn.A berobat dengan keluhan panas yang tidak turun-turun, diare berat sudah 1 bulan dan BB turun sejak 2 bulan yang lalu. Berbagai pemeriksaan sudah dilakukan dan pasien diduga menderita AIDS. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan adalah ELISA. Hasil pemeriksaan saat ini didapatkan klien mengeluh sesak dan batuk sehingga terpasang oksigen 2 lpm.           
Analisa Kasus:
            HIV merupakan virus penyebab Acquired Immuno Deficiensi Syndrom (AIDS). Virus ini memiliki kemampuan untuk mentransfer informasi genetik, mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut Reverse Transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses transkripsi dari DNA & RNA dan transflasi dari RNA ke Protein pada umumnya (Murma, et.al, 1999). Sedangkan AIDS adalah suatu kumpulan kondisi tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Virginia Macedolan, 2008). AIDS adalah berarti kumpulan gejala akibat kekurangan dan kelemahan sistem tubuh yang dibentuk setelahkita lahir (Depkes, 2007).
            Dari kasus yang didapat, terlihat pasien mengalami sesak nafas disertai batuk yang diakibatkan oleh infeksi pada saluran pernafasannya. Hal tersebut membuat kondisi Tn.A semakin memburuk yang ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh (demam) dan berat badan Tn.A menurun. Selain itu, Tn.A juga mengalami infeksi pada saluran cerna yang ditandai dengan diare terus menerus + 10 kali per harinya.
            Dengan adanya infeksi-infeksi tersebut dan berdasarkan teoritisnya jelaslah bahwa Tn.A mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga bakteri dan virus mudah menginfeksi dan dapat menyebabkan mudah sekali terserang penyakit.
            Dengan adanya pemeriksaan dengan ELISA dapat memperkuat bahwa Tn.A mengalami penurunan kekebalan tubuh yang mengindikasikan bahwa Tn.A mengidap AIDS.
2. Pengkajian Tambahan
            Pengkajian 11 Fungsional Gordon pada HIV/AIDS
1.       Persepsi dan Penanganan Kesehatan
a.      Bagaimana gambaran kesehatan klien secara umum dan saat ini
b.     Apa alasan klien dating ke RS dan apa harapan klien
c.      Bagaimana gambaran klien terhadap sakit yang dideritanya
d.     Apa penyebab dan penanganan apa yang dilakukan oleh klien sebelum dating ke RS
e.      Bagaimana kepatuhan pengobatan klien
f.      Bagaimana pencegahan/ tindakan yang dilakukan dalam menjaga kesehatan
g.     Bagaimana gambaran kesehatan keluarga klien.
2.       Nutrisi dan Metabolik
a.      Bagaimana gambaran komposisi makanan klien
b.     Bagaimana tipe dan intake cairan klien
c.      Bagaimana kondisi nafsu makan, kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi nafsu makan klien
d.     Apa makanan kesukaan klien
e.      Bagaimana gambaran BB, TB klien dalam 6 bulan terakhir
3.       Pola Eliminasi
a.      Berapa kali klien BAB dan BAK per harinya
b.     Apakah ada masalah dalam proses BAK/BAB
c.      Apakah klien menggunakan alat bantu dalam buang air
d.     Bagaimana gambaran pola defekasi dan miksi klien per harinya
e.      Bagaimana bau badan, keringat klien
4.       Pola Aktivitas dan Latihan
a.      Bagaimana gambaran tingkat aktivitas, kegiatan sehari-hari klien
b.     Apakah ada kesulitan saat bernafas, kelemahan, batuk, nyeri
c.      Apakah aktivitas klien dibantu orang lain, alat bantu, atau mandiri
d.     Bagaimana gambaran kekuatan otot dan level fungsional klien

5.       Pola Istirahat tidur
a.      Berapa lama tidur klien di malam hari
b.     Jam berapa tidur dan bangun klien
c.      Apakah tidur klien terasa efektif atau tidak
d.     Apakah ada kebiasaan sebelum tidur
e.      Apakah klien mengalami kesulitan dalam tidur.
6.       Pola Kognitif Persepsi
a.      Bagaimana kemampuan menulis, membaca, berbicara, memahami, melihat, mendengar klien
b.     Apakah ada keluhan pusing
c.      Apakah klien merasa nyeri atau tidak dan bagaimana klien mengatasi nyerinya
7.       Persepsi Diri-Konsep Diri
a.      Bagaimana gambaran diri klien
b.     Apakah ada kejadian yang mengubah gambaran diri klien
c.      Apa yang menjadi beban pikiran bagi klien
d.     Apakah klien sering marah, cemas, depresi, takut
8.       Peran-Hubungan
a.      Apakah klien mempunyai orang dekat
b.     Apakah ada saling ketertarikan dan saling pengertian antar keluarga
c.      Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik
d.     Bagaimana keadaan keuangan klien
e.      Apakah klien mempunyai kegiatan social sebelum masuk RS
9.       Pola Seksualitas/ Reproduksi
a.      Apakah kehidupan seksual klien aktif
b.     Apakah klien menggunakan alat bantu/ pelindung
c.      Apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan klien
10.    Koping-Toleransi Stres
a.      Bagaimana klien menghadapi stress atau masalah
b.     Apakah klien mengkonsumsi obat-obatan untuk menghilangkan stresnya
c.      Apakah ada tujuan dan harapan dimasa yang akan datang.
11.    Nilai dan Kepercayaan
a.      Apa agama/ kepercayaan yang klien anut
b.     Bagaimana klien melakukan ibadahnya
c.      Adakah nilai/kepercayaan pribadi yang mempengaruhi kehidupan klien
d.     Apakah agama merupakan hal penting dalam hidup klien
         Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, diantaranya:
     1. Pemeriksaan Laboratorium
a.      Test Serologis
§  Test anti body serum, terdiri dari Skrining HIV dan ELISA
§  Test Blood Western : untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV
§  Penurunan Sel T Limfosit, jumlah Sel T4 helper, jumlah sel T8 dengan perbandingan 2 : 1 dengan sel T4
§  Peningkatan nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV)
§  Peningkatan kadar Ig 6, Ig M dan Ig 4
§  Reaksi rantai poly merase untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada sel perifer monoseluler serta tes DHS (pembungkus hepatitis B dan anti body, Siphilis (HIV mungkin positif).
b.     Pemeriksaan Patologis, misalnya Serologi urine, darah, feases, cairan spina, luka, spotum dan secresi.
c.      Test Neurologis, misalnya EEG, MRI, CT Scan otak, EMG
d.     Test lainnya
Sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCU tahap lanjut atau adanya komplikasi lain. Test fungsi pulmonal untuk deteksi awal pneumonia interstisial, Scan gallium, biopsi, broncos copy.
                 2. Test Anti Body
a.      Test ELISA
Untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.
b.     Wetern Blot Asay / Indirect Flovorescent Antibody (IFA)
Untuk mengenali antibody HIV dan memastikan seropositifitas HIV.
c.      Indirect Immunofloveresence
Sebagai pengganti pemeriksaan Western Blot untuk memastikan Seropositifitas.
d.     Radio Immuno Precipitation Assay
Mendeteksi protein pada antibody.
3. WOC AIDS
            Terlampir

4. Penatalaksanaan
4.1. Perawatan/ Terapi yang dilakukan untuk Tn A, diantaranya:
a.      Pengendalian Infeksi Opportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi opportuniti.
b.     Terapi AZT (Azidotimidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik transcriptase.
c.      Terapi Antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistim Immune dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya obat-obatan.
d.     Vaksin dan rekkontruksi virus, vaksin yang digunakan adalah Interveron
e.      Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan Sel T dan mempercepat replikasi HIV.
f.      Rehabilitasi, bertujuan untuk memberikan dukungan mental psikologis membantu mengubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang beresiko atau tidak beresiko.
g.     Pendidikan, untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan  makanan sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi immune.
4.2. Pengobatan
Contoh pengobatan yang diberikan yaitu Obat Anti Retro Virus (ARV) bekerja langsung menghadapi replikasi (penggandaan diri) HIV.
Tujuan utama terapi :
a.      Penekanan jumlah virus secara maksimal dan terus menerus, mencegah atau mengembangkan fungsi imun
b.     Memperbaiki kualitas hidup
c.      Mengurangi morbilitas dan mortalitas akibat infeksi HIV.
4.3. Prognosis
Sulit sekali menduga apalagi menentukan perjalanan penyakit pada waktu diagnosis AIDS ditegakkan. Mortalitas mendekati 100 %. Pencegahan dengan menghilangkan atau mengurangi perilaku beresiko merupakan tindakan yang sangat penting untuk Tn.A.
5. Prosedur Diagnostik
        Dasar dalam menegakkan diagnosa AIDS adalah :
1.   Adanya HIV sebagai etiologi (melalui pemeriksaan laboratorium).
2.   Adanya tanda-tanda Immunodeficiency.
3.   Adanya gejala infeksi oportunistik.
         Langkah langkah berikut untuk diagnosa infeksi HIV-AIDS:
1.   Lakukan tanya jawab segala perihal gejala infeksi oportunistik juga gejala Kanker yang terkait dengan AIDS serta tanyakan pula mengenai Perilaku Resiko.
2.   Telusuri Perilaku beresiko yang memungkinkan untuk terjadinya Penularan.
3.   Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda infeksi oportunistik dan kanker yang terkait, serta perhatikan perubahan kelenjar yang terjadi, pemeriksaan mulut, kulit dan funduskopi untuk melihat perubahan yang terjadi.
4.   Pemeriksaan penunjang Laboratorium, limfosit Total, antibody HIV, Pemeriksaan Rontgen.
5.   Bila hasil antibody POSITIF maka langkah selanjutnya adalah pemeriksaan KONFIRMASI dengan metode Westren Blot.
6.   Bila hasil Westren Blot memberikan hasil POSITIF maka selanjut periksalah
a.    Kadar CD4
b.   PPD
c.    Toksoplasma
d.   Serologi CMV
e.    Serologi STD
f.    Hepatitis.
g.   Pap smear.
7.   Pemeriksaan Virus Load
        

         Berikut beberapa contoh pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk penegakan diagnosa, diantaranya:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a.      Test Serologis
§  Test anti body serum, terdiri dari Skrining HIV dan ELISA
§  Test Blood Western : untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV
§  Penurunan Sel T Limfosit, jumlah Sel T4 helper, jumlah sel T8 dengan perbandingan 2 : 1 dengan sel T4
§  Peningkatan nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV)
§  Peningkatan kadar Ig 6, Ig M dan Ig 4
§  Reaksi rantai poly merase untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada sel perifer monoseluler serta tes DHS (pembungkus hepatitis B dan anti body, Siphilis (HIV mungkin positif).
b.     Pemeriksaan Patologis, misalnya Serologi urine, darah, feases, cairan spina, luka, spotum dan secresi.
c.      Test Neurologis, misalnya EEG, MRI, CT Scan otak, EMG
d.     Test lainnya
Sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCU tahap lanjut atau adanya komplikasi lain. Test fungsi pulmonal untuk deteksi awal pneumonia interstisial, Scan gallium, biopsi, broncos copy.
2. Test Anti Body
a.      Test ELISA
Untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.
b.     Wetern Blot Asay / Indirect Flovorescent Antibody (IFA)
Untuk mengenali antibody HIV dan memastikan seropositifitas HIV.
c.      Indirect Immunofloveresence
Sebagai pengganti pemA.      Landasan Teoritis Penyakit
1.     Definisi HIV/AIDS
HIV adalah virus penyebab Acquired Immuno Deficiensi Syndrom (AIDS). Virus ini memiliki kemampuan untuk mentransfer informasi genetik, mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut Reverse Transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses transkripsi dari DNA & RNA dan transflasi dari RNA ke Protein pada umumnya (Murma, et.al, 1999). AIDS adalah suatu kumpulan kondisi tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Virginia Macedolan, 2008).
Kependekan dari :
Acquired   : Didapat bukan dari keturunan
Immune     : Terkait dengan sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome  : Penyakit dengan kumpulan gejala.
Jadi AIDS adalah berarti kumpulan gejala akibat kekurangan dan kelemahan sistem tubuh yang dibentuk setelahkita lahir (Depkes, 2007).
AIDS adalah runtuhnya benteng pertahanan tubuh yaitu sistem kekebalan alamiah melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, yaitu hancurnya sel limposit T (Sel T). (Tombayong, 2002)
AIDS adalah penyakit defisiensi Imunitas akibat kehilangan kekebalan yang dapat mempermudah terkena berbagai infeksi seperti bakteri, jamur, parasit dan virus tertentu yang bersifat oportunistik (FKUI, 2003 : 354)
Berdasarkan hal tersebut maka penderita AIDS dimasyarakat digolongkan kedalam 2 kategori yaitu :
1.   Penderita yang mengidap HIV dan telah menunjukkan gejala klinis (penderita AIDS positif).
2.   Penderita yang mengidap HIV, tetapi belum menunjukkan gejala klinis (penderita AIDS negatif).
2.     Etiologi
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV.
Muman Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut.
Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet. Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.

3.     Manifestasi Klinis
Tanda-tanda gejala-gejala (symptom) secara klinis pada seseorang penderita AIDS adalah diidentifikasi sulit karena symptomasi yang ditujukan pada umumnya adalah bermula dari gejala-gejala umum yang lazim didapati pada berbagai penderita penyakit lain, namun secara umum dapat kiranya dikemukakan sebagai berikut :
·          Rasa lelah dan lesu
·          Berat badan menurun secara drastis
·          Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam
·          Mencret dan kurang nafsu makan
·          Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
·          Pembengkakan leher dan lipatan paha
·          Radang paru-paru
·          Kanker kulit

Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS pada umumnya ada 2 hal antara lain tumor dan infeksi oportunistik :
1. Manifestadi tumor diantaranya;
a. Sarkoma kaposi ; kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Frekuensi kejadiannya 36-50% biasanya terjadi pada kelompok homoseksual, dan jarang terjadi pada heteroseksual serta jarang menjadi sebab kematian primer.
b. Limfoma ganas ; terjadi setelah sarkoma kaposi dan menyerang syaraf, dan bertahan kurang lebih 1 tahun.
2. Manifestasi Oportunistik diantaranya
2.1. Manifestasi pada Paru-paru
2.1.1. Pneumonia Pneumocystis (PCP)
Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru-paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan demam.
2.1.2. Cytomegalo Virus (CMV)
Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada paru-paru tetapi dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan penyebab kematian pada 30% penderita AIDS.
2.1.3. Mycobacterium Avilum
Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit disembuhkan.
2.1.4. Mycobacterium Tuberculosis
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan cepat menyebar ke organ lain diluar paru.
2.2. Manifestasi pada Gastroitestinal
Tidak ada nafsu makan, diare khronis, berat badan turun lebih 10% per bulan.

2.3. Manifestasi Neurologis
Sekitar 10% kasus AIDS nenunjukkan manifestasi Neurologis, yang biasanya timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan syaraf yang umum adalah ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati dan neuropari perifer.

4.     Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
      1. Pemeriksaan Laboratorium
a.      Test Serologis
§  Test anti body serum, terdiri dari Skrining HIV dan ELISA
§  Test Blood Western : untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV
§  Penurunan Sel T Limfosit, jumlah Sel T4 helper, jumlah sel T8 dengan perbandingan 2 : 1 dengan sel T4
§  Peningkatan nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV)
§  Peningkatan kadar Ig 6, Ig M dan Ig 4
§  Reaksi rantai poly merase untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada sel perifer monoseluler serta tes DHS (pembungkus hepatitis B dan anti body, Siphilis (HIV mungkin positif).
b.     Pemeriksaan Patologis, misalnya Serologi urine, darah, feases, cairan spina, luka, spotum dan secresi.
c.      Test Neurologis, misalnya EEG, MRI, CT Scan otak, EMG
d.     Test lainnya
Sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCU tahap lanjut atau adanya komplikasi lain. Test fungsi pulmonal untuk deteksi awal pneumonia interstisial, Scan gallium, biopsi, broncos copy.
                 2. Test Anti Body
a.      Test ELISA
Untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.
b.     Wetern Blot Asay / Indirect Flovorescent Antibody (IFA)
Untuk mengenali antibody HIV dan memastikan seropositifitas HIV.
c.      Indirect Immunofloveresence
Sebagai pengganti pemeriksaan Western Blot untuk memastikan Seropositifitas.
d.     Radio Immuno Precipitation Assay
Mendeteksi protein pada antibody.

5.     Penatalaksaan Medis dan Keperawatan
a.      Penatalaksanaan Medis
Contoh pengobatan yang diberikan yaitu Obat Anti Retro Virus (ARV) bekerja langsung menghadapi replikasi (penggandaan diri) HIV.
Tujuan utama terapi :
a.      Penekanan jumlah virus secara maksimal dan terus menerus, mencegah atau mengembangkan fungsi imun
b.     Memperbaiki kualitas hidup
c.      Mengurangi morbilitas dan mortalitas akibat infeksi HIV.

b.     Penatalaksanaan Keperawatan
§   Pengendalian Infeksi Opportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi opportuniti.
§   Terapi AZT (Azidotimidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik transcriptase.
§   Terapi Antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistim Immune dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya obat-obatan.
§   Vaksin dan rekkontruksi virus, vaksin yang digunakan adalah Interveron
§   Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan Sel T dan mempercepat replikasi HIV.
§   Rehabilitasi, bertujuan untuk memberikan dukungan mental psikologis membantu mengubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang beresiko atau tidak beresiko.
§   Pendidikan, untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan  makanan sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi immune.

6.     Komplikasi
a.    Penyakit Paru-Paru Utama
·       Pneumonia Pneumocystis, penyebab penyakit ini adalah fungsi Pneumocystis Jiro Vecii.
·       TBC, merupakan infeksi unik diantara infeksi-infeksi lainnya yang terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada orang-orang sehat (Immunokompoten) melalui rute pernafasan (respirasi). Ia dapat dengan mudah ditangi bila telah diidentifikasi, dapat muncul pada stadium awal HIV serta dapat dicegah melalui terapi pengobatan. Namun demikian restirasi  TBC terhadap berbagai obat merupakan masalah potensial pada penyakit ini
Pada stadium awal infeksi HIV (jumlah CD4) 300 sel per Hl), TBC     muncul sebagai penyakit paru-paru.
b.     Penyakit Saluran Pencernaan Utama
·       Esofagitis, adalah peradangan pada tenggorokan yaitu saluran makanan dari mulut ke lambung.
·       Diare, diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi karena berbagai penyebab, antar alain infeksi bakteri dan parasit seperti : Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobacter, Escherictiacolli.
c.     Penyakit Syaraf dan Kejiwaan
Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena gangguan pada syaraf (Neuropsychiatic Sequalae), yang disebabkan oleh infeksi organnisme atas sistim syaraf yang telah menjadi rentan atau sebagai akibat langsung dari penyakit itu sendiri.
Kompleks dimensia AIDS adalah penyakit penurunan kemampuan mental (dimensia) yang terjadi karena penurunan metabolisme sel otak yang disebabkan oleh HIV dan didorong pula terjadinya pengaktifan imun oleh magrofag dan mikroglia pada otak yang mengalami infeksi HIV, sehingga mengeluarkan Neurotoxin. Kerusakan syaraf yang spesifik tampak dalam bentuk ketidak normalan kognitif, perilaku, motorik, yang muncul bertahun-tahun setelah terinfeksi virus HIV.

d. Kanker dan Tumor Ganas (Malignan
Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki resiko yang lebih tinggi terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA yang menyebabkan mutasi genetik.
e. Infeksi Opportunistik lainnya.

B.      Laporan Kasus
1. Kasus
            Tn.A berobat dengan keluhan panas yang tidak turun-turun, diare berat sudah 1 bulan dan BB turun sejak 2 bulan yang lalu. Berbagai pemeriksaan sudah dilakukan dan pasien diduga menderita AIDS. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan adalah ELISA. Hasil pemeriksaan saat ini didapatkan klien mengeluh sesak dan batuk sehingga terpasang oksigen 2 lpm.           
Analisa Kasus:
            HIV merupakan virus penyebab Acquired Immuno Deficiensi Syndrom (AIDS). Virus ini memiliki kemampuan untuk mentransfer informasi genetik, mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut Reverse Transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses transkripsi dari DNA & RNA dan transflasi dari RNA ke Protein pada umumnya (Murma, et.al, 1999). Sedangkan AIDS adalah suatu kumpulan kondisi tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Virginia Macedolan, 2008). AIDS adalah berarti kumpulan gejala akibat kekurangan dan kelemahan sistem tubuh yang dibentuk setelahkita lahir (Depkes, 2007).
            Dari kasus yang didapat, terlihat pasien mengalami sesak nafas disertai batuk yang diakibatkan oleh infeksi pada saluran pernafasannya. Hal tersebut membuat kondisi Tn.A semakin memburuk yang ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh (demam) dan berat badan Tn.A menurun. Selain itu, Tn.A juga mengalami infeksi pada saluran cerna yang ditandai dengan diare terus menerus + 10 kali per harinya.
            Dengan adanya infeksi-infeksi tersebut dan berdasarkan teoritisnya jelaslah bahwa Tn.A mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga bakteri dan virus mudah menginfeksi dan dapat menyebabkan mudah sekali terserang penyakit.
            Dengan adanya pemeriksaan dengan ELISA dapat memperkuat bahwa Tn.A mengalami penurunan kekebalan tubuh yang mengindikasikan bahwa Tn.A mengidap AIDS.
2. Pengkajian Tambahan
            Pengkajian 11 Fungsional Gordon pada HIV/AIDS
1.       Persepsi dan Penanganan Kesehatan
a.      Bagaimana gambaran kesehatan klien secara umum dan saat ini
b.     Apa alasan klien dating ke RS dan apa harapan klien
c.      Bagaimana gambaran klien terhadap sakit yang dideritanya
d.     Apa penyebab dan penanganan apa yang dilakukan oleh klien sebelum dating ke RS
e.      Bagaimana kepatuhan pengobatan klien
f.      Bagaimana pencegahan/ tindakan yang dilakukan dalam menjaga kesehatan
g.     Bagaimana gambaran kesehatan keluarga klien.
2.       Nutrisi dan Metabolik
a.      Bagaimana gambaran komposisi makanan klien
b.     Bagaimana tipe dan intake cairan klien
c.      Bagaimana kondisi nafsu makan, kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi nafsu makan klien
d.     Apa makanan kesukaan klien
e.      Bagaimana gambaran BB, TB klien dalam 6 bulan terakhir
3.       Pola Eliminasi
a.      Berapa kali klien BAB dan BAK per harinya
b.     Apakah ada masalah dalam proses BAK/BAB
c.      Apakah klien menggunakan alat bantu dalam buang air
d.     Bagaimana gambaran pola defekasi dan miksi klien per harinya
e.      Bagaimana bau badan, keringat klien
4.       Pola Aktivitas dan Latihan
a.      Bagaimana gambaran tingkat aktivitas, kegiatan sehari-hari klien
b.     Apakah ada kesulitan saat bernafas, kelemahan, batuk, nyeri
c.      Apakah aktivitas klien dibantu orang lain, alat bantu, atau mandiri
d.     Bagaimana gambaran kekuatan otot dan level fungsional klien

5.       Pola Istirahat tidur
a.      Berapa lama tidur klien di malam hari
b.     Jam berapa tidur dan bangun klien
c.      Apakah tidur klien terasa efektif atau tidak
d.     Apakah ada kebiasaan sebelum tidur
e.      Apakah klien mengalami kesulitan dalam tidur.
6.       Pola Kognitif Persepsi
a.      Bagaimana kemampuan menulis, membaca, berbicara, memahami, melihat, mendengar klien
b.     Apakah ada keluhan pusing
c.      Apakah klien merasa nyeri atau tidak dan bagaimana klien mengatasi nyerinya
7.       Persepsi Diri-Konsep Diri
a.      Bagaimana gambaran diri klien
b.     Apakah ada kejadian yang mengubah gambaran diri klien
c.      Apa yang menjadi beban pikiran bagi klien
d.     Apakah klien sering marah, cemas, depresi, takut
8.       Peran-Hubungan
a.      Apakah klien mempunyai orang dekat
b.     Apakah ada saling ketertarikan dan saling pengertian antar keluarga
c.      Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik
d.     Bagaimana keadaan keuangan klien
e.      Apakah klien mempunyai kegiatan social sebelum masuk RS
9.       Pola Seksualitas/ Reproduksi
a.      Apakah kehidupan seksual klien aktif
b.     Apakah klien menggunakan alat bantu/ pelindung
c.      Apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan klien
10.    Koping-Toleransi Stres
a.      Bagaimana klien menghadapi stress atau masalah
b.     Apakah klien mengkonsumsi obat-obatan untuk menghilangkan stresnya
c.      Apakah ada tujuan dan harapan dimasa yang akan datang.
11.    Nilai dan Kepercayaan
a.      Apa agama/ kepercayaan yang klien anut
b.     Bagaimana klien melakukan ibadahnya
c.      Adakah nilai/kepercayaan pribadi yang mempengaruhi kehidupan klien
d.     Apakah agama merupakan hal penting dalam hidup klien
         Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, diantaranya:
     1. Pemeriksaan Laboratorium
a.      Test Serologis
§  Test anti body serum, terdiri dari Skrining HIV dan ELISA
§  Test Blood Western : untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV
§  Penurunan Sel T Limfosit, jumlah Sel T4 helper, jumlah sel T8 dengan perbandingan 2 : 1 dengan sel T4
§  Peningkatan nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV)
§  Peningkatan kadar Ig 6, Ig M dan Ig 4
§  Reaksi rantai poly merase untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada sel perifer monoseluler serta tes DHS (pembungkus hepatitis B dan anti body, Siphilis (HIV mungkin positif).
b.     Pemeriksaan Patologis, misalnya Serologi urine, darah, feases, cairan spina, luka, spotum dan secresi.
c.      Test Neurologis, misalnya EEG, MRI, CT Scan otak, EMG
d.     Test lainnya
Sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCU tahap lanjut atau adanya komplikasi lain. Test fungsi pulmonal untuk deteksi awal pneumonia interstisial, Scan gallium, biopsi, broncos copy.
                 2. Test Anti Body
a.      Test ELISA
Untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.
b.     Wetern Blot Asay / Indirect Flovorescent Antibody (IFA)
Untuk mengenali antibody HIV dan memastikan seropositifitas HIV.
c.      Indirect Immunofloveresence
Sebagai pengganti pemeriksaan Western Blot untuk memastikan Seropositifitas.
d.     Radio Immuno Precipitation Assay
Mendeteksi protein pada antibody.
3 Penatalaksanaan
4.1. Perawatan/ Terapi yang dilakukan untuk Tn A, diantaranya:
a.      Pengendalian Infeksi Opportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi opportuniti.
b.     Terapi AZT (Azidotimidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik transcriptase.
c.      Terapi Antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistim Immune dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya obat-obatan.
d.     Vaksin dan rekkontruksi virus, vaksin yang digunakan adalah Interveron
e.      Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan Sel T dan mempercepat replikasi HIV.
f.      Rehabilitasi, bertujuan untuk memberikan dukungan mental psikologis membantu mengubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang beresiko atau tidak beresiko.
g.     Pendidikan, untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan  makanan sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi immune.
4.2. Pengobatan
Contoh pengobatan yang diberikan yaitu Obat Anti Retro Virus (ARV) bekerja langsung menghadapi replikasi (penggandaan diri) HIV.
Tujuan utama terapi :
a.      Penekanan jumlah virus secara maksimal dan terus menerus, mencegah atau mengembangkan fungsi imun
b.     Memperbaiki kualitas hidup
c.      Mengurangi morbilitas dan mortalitas akibat infeksi HIV.
4.3. Prognosis
Sulit sekali menduga apalagi menentukan perjalanan penyakit pada waktu diagnosis AIDS ditegakkan. Mortalitas mendekati 100 %. Pencegahan dengan menghilangkan atau mengurangi perilaku beresiko merupakan tindakan yang sangat penting untuk Tn.A.
5. Prosedur Diagnostik
        Dasar dalam menegakkan diagnosa AIDS adalah :
1.   Adanya HIV sebagai etiologi (melalui pemeriksaan laboratorium).
2.   Adanya tanda-tanda Immunodeficiency.
3.   Adanya gejala infeksi oportunistik.
         Langkah langkah berikut untuk diagnosa infeksi HIV-AIDS:
1.   Lakukan tanya jawab segala perihal gejala infeksi oportunistik juga gejala Kanker yang terkait dengan AIDS serta tanyakan pula mengenai Perilaku Resiko.
2.   Telusuri Perilaku beresiko yang memungkinkan untuk terjadinya Penularan.
3.   Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda infeksi oportunistik dan kanker yang terkait, serta perhatikan perubahan kelenjar yang terjadi, pemeriksaan mulut, kulit dan funduskopi untuk melihat perubahan yang terjadi.
4.   Pemeriksaan penunjang Laboratorium, limfosit Total, antibody HIV, Pemeriksaan Rontgen.
5.   Bila hasil antibody POSITIF maka langkah selanjutnya adalah pemeriksaan KONFIRMASI dengan metode Westren Blot.
6.   Bila hasil Westren Blot memberikan hasil POSITIF maka selanjut periksalah
a.    Kadar CD4
b.   PPD
c.    Toksoplasma
d.   Serologi CMV
e.    Serologi STD
f.    Hepatitis.
g.   Pap smear.
7.   Pemeriksaan Virus Load
         Berikut beberapa contoh pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk penegakan diagnosa, diantaranya:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a.      Test Serologis
§  Test anti body serum, terdiri dari Skrining HIV dan ELISA
§  Test Blood Western : untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV
§  Penurunan Sel T Limfosit, jumlah Sel T4 helper, jumlah sel T8 dengan perbandingan 2 : 1 dengan sel T4
§  Peningkatan nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV)
§  Peningkatan kadar Ig 6, Ig M dan Ig 4
§  Reaksi rantai poly merase untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada sel perifer monoseluler serta tes DHS (pembungkus hepatitis B dan anti body, Siphilis (HIV mungkin positif).
b.     Pemeriksaan Patologis, misalnya Serologi urine, darah, feases, cairan spina, luka, spotum dan secresi.
c.      Test Neurologis, misalnya EEG, MRI, CT Scan otak, EMG
d.     Test lainnya
Sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCU tahap lanjut atau adanya komplikasi lain. Test fungsi pulmonal untuk deteksi awal pneumonia interstisial, Scan gallium, biopsi, broncos copy.
2. Test Anti Body
a.      Test ELISA
Untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.
b.     Wetern Blot Asay / Indirect Flovorescent Antibody (IFA)
Untuk mengenali antibody HIV dan memastikan seropositifitas HIV.
c.      Indirect Immunofloveresence
Sebagai pengganti pemeriksaan Western Blot untuk memastikan Seropositifitas.
d.     Radio Immuno Precipitation Assay
Mendeteksi protein pada A.      Landasan Teoritis Penyakit
1.     Definisi HIV/AIDS
HIV adalah virus penyebab Acquired Immuno Deficiensi Syndrom (AIDS). Virus ini memiliki kemampuan untuk mentransfer informasi genetik, mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut Reverse Transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses transkripsi dari DNA & RNA dan transflasi dari RNA ke Protein pada umumnya (Murma, et.al, 1999). AIDS adalah suatu kumpulan kondisi tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Virginia Macedolan, 2008).
Kependekan dari :
Acquired   : Didapat bukan dari keturunan
Immune     : Terkait dengan sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome  : Penyakit dengan kumpulan gejala.
Jadi AIDS adalah berarti kumpulan gejala akibat kekurangan dan kelemahan sistem tubuh yang dibentuk setelahkita lahir (Depkes, 2007).
AIDS adalah runtuhnya benteng pertahanan tubuh yaitu sistem kekebalan alamiah melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, yaitu hancurnya sel limposit T (Sel T). (Tombayong, 2002)
AIDS adalah penyakit defisiensi Imunitas akibat kehilangan kekebalan yang dapat mempermudah terkena berbagai infeksi seperti bakteri, jamur, parasit dan virus tertentu yang bersifat oportunistik (FKUI, 2003 : 354)
Berdasarkan hal tersebut maka penderita AIDS dimasyarakat digolongkan kedalam 2 kategori yaitu :
1.   Penderita yang mengidap HIV dan telah menunjukkan gejala klinis (penderita AIDS positif).
2.   Penderita yang mengidap HIV, tetapi belum menunjukkan gejala klinis (penderita AIDS negatif).
2.     Etiologi
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV.
Muman Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut.
Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet. Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.

3.     Manifestasi Klinis
Tanda-tanda gejala-gejala (symptom) secara klinis pada seseorang penderita AIDS adalah diidentifikasi sulit karena symptomasi yang ditujukan pada umumnya adalah bermula dari gejala-gejala umum yang lazim didapati pada berbagai penderita penyakit lain, namun secara umum dapat kiranya dikemukakan sebagai berikut :
·          Rasa lelah dan lesu
·          Berat badan menurun secara drastis
·          Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam
·          Mencret dan kurang nafsu makan
·          Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
·          Pembengkakan leher dan lipatan paha
·          Radang paru-paru
·          Kanker kulit

Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS pada umumnya ada 2 hal antara lain tumor dan infeksi oportunistik :
1. Manifestadi tumor diantaranya;
a. Sarkoma kaposi ; kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Frekuensi kejadiannya 36-50% biasanya terjadi pada kelompok homoseksual, dan jarang terjadi pada heteroseksual serta jarang menjadi sebab kematian primer.
b. Limfoma ganas ; terjadi setelah sarkoma kaposi dan menyerang syaraf, dan bertahan kurang lebih 1 tahun.
2. Manifestasi Oportunistik diantaranya
2.1. Manifestasi pada Paru-paru
2.1.1. Pneumonia Pneumocystis (PCP)
Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru-paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan demam.
2.1.2. Cytomegalo Virus (CMV)
Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada paru-paru tetapi dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan penyebab kematian pada 30% penderita AIDS.
2.1.3. Mycobacterium Avilum
Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit disembuhkan.
2.1.4. Mycobacterium Tuberculosis
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan cepat menyebar ke organ lain diluar paru.
2.2. Manifestasi pada Gastroitestinal
Tidak ada nafsu makan, diare khronis, berat badan turun lebih 10% per bulan.

2.3. Manifestasi Neurologis
Sekitar 10% kasus AIDS nenunjukkan manifestasi Neurologis, yang biasanya timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan syaraf yang umum adalah ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati dan neuropari perifer.

4.     Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
      1. Pemeriksaan Laboratorium
a.      Test Serologis
§  Test anti body serum, terdiri dari Skrining HIV dan ELISA
§  Test Blood Western : untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV
§  Penurunan Sel T Limfosit, jumlah Sel T4 helper, jumlah sel T8 dengan perbandingan 2 : 1 dengan sel T4
§  Peningkatan nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV)
§  Peningkatan kadar Ig 6, Ig M dan Ig 4
§  Reaksi rantai poly merase untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada sel perifer monoseluler serta tes DHS (pembungkus hepatitis B dan anti body, Siphilis (HIV mungkin positif).
b.     Pemeriksaan Patologis, misalnya Serologi urine, darah, feases, cairan spina, luka, spotum dan secresi.
c.      Test Neurologis, misalnya EEG, MRI, CT Scan otak, EMG
d.     Test lainnya
Sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCU tahap lanjut atau adanya komplikasi lain. Test fungsi pulmonal untuk deteksi awal pneumonia interstisial, Scan gallium, biopsi, broncos copy.
                 2. Test Anti Body
a.      Test ELISA
Untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.
b.     Wetern Blot Asay / Indirect Flovorescent Antibody (IFA)
Untuk mengenali antibody HIV dan memastikan seropositifitas HIV.
c.      Indirect Immunofloveresence
Sebagai pengganti pemeriksaan Western Blot untuk memastikan Seropositifitas.
d.     Radio Immuno Precipitation Assay
Mendeteksi protein pada antibody.

5.     Penatalaksaan Medis dan Keperawatan
a.      Penatalaksanaan Medis
Contoh pengobatan yang diberikan yaitu Obat Anti Retro Virus (ARV) bekerja langsung menghadapi replikasi (penggandaan diri) HIV.
Tujuan utama terapi :
a.      Penekanan jumlah virus secara maksimal dan terus menerus, mencegah atau mengembangkan fungsi imun
b.     Memperbaiki kualitas hidup
c.      Mengurangi morbilitas dan mortalitas akibat infeksi HIV.

b.     Penatalaksanaan Keperawatan
§   Pengendalian Infeksi Opportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi opportuniti.
§   Terapi AZT (Azidotimidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik transcriptase.
§   Terapi Antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistim Immune dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya obat-obatan.
§   Vaksin dan rekkontruksi virus, vaksin yang digunakan adalah Interveron
§   Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan Sel T dan mempercepat replikasi HIV.
§   Rehabilitasi, bertujuan untuk memberikan dukungan mental psikologis membantu mengubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang beresiko atau tidak beresiko.
§   Pendidikan, untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan  makanan sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi immune.

6.     Komplikasi
a.    Penyakit Paru-Paru Utama
·       Pneumonia Pneumocystis, penyebab penyakit ini adalah fungsi Pneumocystis Jiro Vecii.
·       TBC, merupakan infeksi unik diantara infeksi-infeksi lainnya yang terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada orang-orang sehat (Immunokompoten) melalui rute pernafasan (respirasi). Ia dapat dengan mudah ditangi bila telah diidentifikasi, dapat muncul pada stadium awal HIV serta dapat dicegah melalui terapi pengobatan. Namun demikian restirasi  TBC terhadap berbagai obat merupakan masalah potensial pada penyakit ini
Pada stadium awal infeksi HIV (jumlah CD4) 300 sel per Hl), TBC     muncul sebagai penyakit paru-paru.
b.     Penyakit Saluran Pencernaan Utama
·       Esofagitis, adalah peradangan pada tenggorokan yaitu saluran makanan dari mulut ke lambung.
·       Diare, diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi karena berbagai penyebab, antar alain infeksi bakteri dan parasit seperti : Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobacter, Escherictiacolli.
c.     Penyakit Syaraf dan Kejiwaan
Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena gangguan pada syaraf (Neuropsychiatic Sequalae), yang disebabkan oleh infeksi organnisme atas sistim syaraf yang telah menjadi rentan atau sebagai akibat langsung dari penyakit itu sendiri.
Kompleks dimensia AIDS adalah penyakit penurunan kemampuan mental (dimensia) yang terjadi karena penurunan metabolisme sel otak yang disebabkan oleh HIV dan didorong pula terjadinya pengaktifan imun oleh magrofag dan mikroglia pada otak yang mengalami infeksi HIV, sehingga mengeluarkan Neurotoxin. Kerusakan syaraf yang spesifik tampak dalam bentuk ketidak normalan kognitif, perilaku, motorik, yang muncul bertahun-tahun setelah terinfeksi virus HIV.

d. Kanker dan Tumor Ganas (Malignan
Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki resiko yang lebih tinggi terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA yang menyebabkan mutasi genetik.
e. Infeksi Opportunistik lainnya.

B.      Laporan Kasus
1. Kasus
            Tn.A berobat dengan keluhan panas yang tidak turun-turun, diare berat sudah 1 bulan dan BB turun sejak 2 bulan yang lalu. Berbagai pemeriksaan sudah dilakukan dan pasien diduga menderita AIDS. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan adalah ELISA. Hasil pemeriksaan saat ini didapatkan klien mengeluh sesak dan batuk sehingga terpasang oksigen 2 lpm.           
Analisa Kasus:
            HIV merupakan virus penyebab Acquired Immuno Deficiensi Syndrom (AIDS). Virus ini memiliki kemampuan untuk mentransfer informasi genetik, mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut Reverse Transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses transkripsi dari DNA & RNA dan transflasi dari RNA ke Protein pada umumnya (Murma, et.al, 1999). Sedangkan AIDS adalah suatu kumpulan kondisi tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Virginia Macedolan, 2008). AIDS adalah berarti kumpulan gejala akibat kekurangan dan kelemahan sistem tubuh yang dibentuk setelahkita lahir (Depkes, 2007).
            Dari kasus yang didapat, terlihat pasien mengalami sesak nafas disertai batuk yang diakibatkan oleh infeksi pada saluran pernafasannya. Hal tersebut membuat kondisi Tn.A semakin memburuk yang ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh (demam) dan berat badan Tn.A menurun. Selain itu, Tn.A juga mengalami infeksi pada saluran cerna yang ditandai dengan diare terus menerus + 10 kali per harinya.
            Dengan adanya infeksi-infeksi tersebut dan berdasarkan teoritisnya jelaslah bahwa Tn.A mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga bakteri dan virus mudah menginfeksi dan dapat menyebabkan mudah sekali terserang penyakit.
            Dengan adanya pemeriksaan dengan ELISA dapat memperkuat bahwa Tn.A mengalami penurunan kekebalan tubuh yang mengindikasikan bahwa Tn.A mengidap AIDS.
2. Pengkajian Tambahan
            Pengkajian 11 Fungsional Gordon pada HIV/AIDS
1.       Persepsi dan Penanganan Kesehatan
a.      Bagaimana gambaran kesehatan klien secara umum dan saat ini
b.     Apa alasan klien dating ke RS dan apa harapan klien
c.      Bagaimana gambaran klien terhadap sakit yang dideritanya
d.     Apa penyebab dan penanganan apa yang dilakukan oleh klien sebelum dating ke RS
e.      Bagaimana kepatuhan pengobatan klien
f.      Bagaimana pencegahan/ tindakan yang dilakukan dalam menjaga kesehatan
g.     Bagaimana gambaran kesehatan keluarga klien.
2.       Nutrisi dan Metabolik
a.      Bagaimana gambaran komposisi makanan klien
b.     Bagaimana tipe dan intake cairan klien
c.      Bagaimana kondisi nafsu makan, kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi nafsu makan klien
d.     Apa makanan kesukaan klien
e.      Bagaimana gambaran BB, TB klien dalam 6 bulan terakhir
3.       Pola Eliminasi
a.      Berapa kali klien BAB dan BAK per harinya
b.     Apakah ada masalah dalam proses BAK/BAB
c.      Apakah klien menggunakan alat bantu dalam buang air
d.     Bagaimana gambaran pola defekasi dan miksi klien per harinya
e.      Bagaimana bau badan, keringat klien
4.       Pola Aktivitas dan Latihan
a.      Bagaimana gambaran tingkat aktivitas, kegiatan sehari-hari klien
b.     Apakah ada kesulitan saat bernafas, kelemahan, batuk, nyeri
c.      Apakah aktivitas klien dibantu orang lain, alat bantu, atau mandiri
d.     Bagaimana gambaran kekuatan otot dan level fungsional klien

5.       Pola Istirahat tidur
a.      Berapa lama tidur klien di malam hari
b.     Jam berapa tidur dan bangun klien
c.      Apakah tidur klien terasa efektif atau tidak
d.     Apakah ada kebiasaan sebelum tidur
e.      Apakah klien mengalami kesulitan dalam tidur.
6.       Pola Kognitif Persepsi
a.      Bagaimana kemampuan menulis, membaca, berbicara, memahami, melihat, mendengar klien
b.     Apakah ada keluhan pusing
c.      Apakah klien merasa nyeri atau tidak dan bagaimana klien mengatasi nyerinya
7.       Persepsi Diri-Konsep Diri
a.      Bagaimana gambaran diri klien
b.     Apakah ada kejadian yang mengubah gambaran diri klien
c.      Apa yang menjadi beban pikiran bagi klien
d.     Apakah klien sering marah, cemas, depresi, takut
8.       Peran-Hubungan
a.      Apakah klien mempunyai orang dekat
b.     Apakah ada saling ketertarikan dan saling pengertian antar keluarga
c.      Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik
d.     Bagaimana keadaan keuangan klien
e.      Apakah klien mempunyai kegiatan social sebelum masuk RS
9.       Pola Seksualitas/ Reproduksi
a.      Apakah kehidupan seksual klien aktif
b.     Apakah klien menggunakan alat bantu/ pelindung
c.      Apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan klien
10.    Koping-Toleransi Stres
a.      Bagaimana klien menghadapi stress atau masalah
b.     Apakah klien mengkonsumsi obat-obatan untuk menghilangkan stresnya
c.      Apakah ada tujuan dan harapan dimasa yang akan datang.
11.    Nilai dan Kepercayaan
a.      Apa agama/ kepercayaan yang klien anut
b.     Bagaimana klien melakukan ibadahnya
c.      Adakah nilai/kepercayaan pribadi yang mempengaruhi kehidupan klien
d.     Apakah agama merupakan hal penting dalam hidup klien
         Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, diantaranya:
     1. Pemeriksaan Laboratorium
a.      Test Serologis
§  Test anti body serum, terdiri dari Skrining HIV dan ELISA
§  Test Blood Western : untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV
§  Penurunan Sel T Limfosit, jumlah Sel T4 helper, jumlah sel T8 dengan perbandingan 2 : 1 dengan sel T4
§  Peningkatan nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV)
§  Peningkatan kadar Ig 6, Ig M dan Ig 4
§  Reaksi rantai poly merase untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada sel perifer monoseluler serta tes DHS (pembungkus hepatitis B dan anti body, Siphilis (HIV mungkin positif).
b.     Pemeriksaan Patologis, misalnya Serologi urine, darah, feases, cairan spina, luka, spotum dan secresi.
c.      Test Neurologis, misalnya EEG, MRI, CT Scan otak, EMG
d.     Test lainnya
Sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCU tahap lanjut atau adanya komplikasi lain. Test fungsi pulmonal untuk deteksi awal pneumonia interstisial, Scan gallium, biopsi, broncos copy.
                 2. Test Anti Body
a.      Test ELISA
Untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.
b.     Wetern Blot Asay / Indirect Flovorescent Antibody (IFA)
Untuk mengenali antibody HIV dan memastikan seropositifitas HIV.
c.      Indirect Immunofloveresence
Sebagai pengganti pemeriksaan Western Blot untuk memastikan Seropositifitas.
d.     Radio Immuno Precipitation Assay
Mendeteksi protein pada antibody.
3. WOC AIDS
            Terlampir

4. Penatalaksanaan
4.1. Perawatan/ Terapi yang dilakukan untuk Tn A, diantaranya:
a.      Pengendalian Infeksi Opportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi opportuniti.
b.     Terapi AZT (Azidotimidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik transcriptase.
c.      Terapi Antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistim Immune dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya obat-obatan.
d.     Vaksin dan rekkontruksi virus, vaksin yang digunakan adalah Interveron
e.      Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan Sel T dan mempercepat replikasi HIV.
f.      Rehabilitasi, bertujuan untuk memberikan dukungan mental psikologis membantu mengubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang beresiko atau tidak beresiko.
g.     Pendidikan, untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan  makanan sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi immune.
4.2. Pengobatan
Contoh pengobatan yang diberikan yaitu Obat Anti Retro Virus (ARV) bekerja langsung menghadapi replikasi (penggandaan diri) HIV.
Tujuan utama terapi :
a.      Penekanan jumlah virus secara maksimal dan terus menerus, mencegah atau mengembangkan fungsi imun
b.     Memperbaiki kualitas hidup
c.      Mengurangi morbilitas dan mortalitas akibat infeksi HIV.
4.3. Prognosis
Sulit sekali menduga apalagi menentukan perjalanan penyakit pada waktu diagnosis AIDS ditegakkan. Mortalitas mendekati 100 %. Pencegahan dengan menghilangkan atau mengurangi perilaku beresiko merupakan tindakan yang sangat penting untuk Tn.A.
5. Prosedur Diagnostik
        Dasar dalam menegakkan diagnosa AIDS adalah :
1.   Adanya HIV sebagai etiologi (melalui pemeriksaan laboratorium).
2.   Adanya tanda-tanda Immunodeficiency.
3.   Adanya gejala infeksi oportunistik.
         Langkah langkah berikut untuk diagnosa infeksi HIV-AIDS:
1.   Lakukan tanya jawab segala perihal gejala infeksi oportunistik juga gejala Kanker yang terkait dengan AIDS serta tanyakan pula mengenai Perilaku Resiko.
2.   Telusuri Perilaku beresiko yang memungkinkan untuk terjadinya Penularan.
3.   Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda infeksi oportunistik dan kanker yang terkait, serta perhatikan perubahan kelenjar yang terjadi, pemeriksaan mulut, kulit dan funduskopi untuk melihat perubahan yang terjadi.
4.   Pemeriksaan penunjang Laboratorium, limfosit Total, antibody HIV, Pemeriksaan Rontgen.
5.   Bila hasil antibody POSITIF maka langkah selanjutnya adalah pemeriksaan KONFIRMASI dengan metode Westren Blot.
6.   Bila hasil Westren Blot memberikan hasil POSITIF maka selanjut periksalah
a.    Kadar CD4
b.   PPD
c.    Toksoplasma
d.   Serologi CMV
e.    Serologi STD
f.    Hepatitis.
g.   Pap smear.
7.   Pemeriksaan Virus Load
     
         Berikut beberapa contoh pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk penegakan diagnosa, diantaranya:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a.      Test Serologis
§  Test anti body serum, terdiri dari Skrining HIV dan ELISA
§  Test Blood Western : untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV
§  Penurunan Sel T Limfosit, jumlah Sel T4 helper, jumlah sel T8 dengan perbandingan 2 : 1 dengan sel T4
§  Peningkatan nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV)
§  Peningkatan kadar Ig 6, Ig M dan Ig 4
§  Reaksi rantai poly merase untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada sel perifer monoseluler serta tes DHS (pembungkus hepatitis B dan anti body, Siphilis (HIV mungkin positif).
b.     Pemeriksaan Patologis, misalnya Serologi urine, darah, feases, cairan spina, luka, spotum dan secresi.
c.      Test Neurologis, misalnya EEG, MRI, CT Scan otak, EMG
d.     Test lainnya
Sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCU tahap lanjut atau adanya komplikasi lain. Test fungsi pulmonal untuk deteksi awal pneumonia interstisial, Scan gallium, biopsi, broncos copy.
2. Test Anti Body
a.      Test ELISA
Untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.
b.     Wetern Blot Asay / Indirect Flovorescent Antibody (IFA)
Untuk mengenali antibody HIV dan memastikan seropositifitas HIV.
c.      Indirect Immunofloveresence
Sebagai pengganti pemeriksaan Western Blot untuk memastikan Seropositifitas.
d.     Radio Immuno Precipitation Assay
Mendeteksi protein pada antibody.antibody.eriksaan Western Blot untuk memastikan Seropositifitas.
d.     Radio Immuno Precipitation Assay


Mendeteksi protein pada antibody.