A. DEFENISI
§
Cedera kepala merupakan cedera yang bisa
disebabkan oleh percepatan mendadak yang memungkinkan
terjadinya benturan atau karena perlambatan mendadak yang terjadi jika kepala
membentur objek yang tidak bergerak
§
Cedera kepala adalah Suatu gangguan trauma
fungsi yang disertai pendarahan interstisial dalam sub stansi otak tampa
diikuti terputusnya continuitas otak (R. Samsuhidayat, dkk, EGC, 1997)
§
Cendera Kepala (terbuka & tertutup) terdiri
dari fraktur tengkorak Cranio serebri (geger), Kontusio (memar) / Laserusi
& perdarahan serebral (subarakhnoid, subdural, epidural, intraserebral
batang otak). Trauma primer terjadi karena benturan langsung atau tidak
langsung (akselerasi / deselerasi otak). Trauma sekunder akibat trauma syaraf
(mil akson) yang meluas hipertensi intrakranial, hipoksia, hiperkapnea atau
hipertensi sistemik (Doengoes,1993)
- ETIOLOGI
·
Trauma
oleh benda tajam
Menyebabkan cedera
setempat & menimbulkan cedera lokal. Kerusakan lokal meliputi Contusio
serebral, hematom serebral, kerusakan otak sekunder yang disebabkan perluasan
masa lesi, pergeseran otak atau hernia.
·
Trauma
oleh benda tumpul & menyebabkan cedera menyeluruh (difusi)
Kerusakannya
menyebar secara luas & terjadi dalam 4 bentuk : cedera akson, kerusakan
otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multiple pada otak
koma terjadi karena cedera menyebar pada hemisfer cerebral, batang otak atau
kedua-duanya.
- KLASIFIKASI
(1) Menurut
Jenis Cedera
- Cedera Kepala
terbuka dapat menyebabkan fraktur pada tulang tengkorak dan jaringan
otak
- Cedera kepala tertutup
dapat disamakan dengan keluhan geger otak ringan dan oedem serebral yang
luas
(2) Menurut
berat ringannya berdasarkan GCS (Glosgow Coma Scale)
- Cedera Kepala
ringan (kelompok risiko rendah)
-
GCS 13-15 (sadar penuh, atentif, orientatif)
-
Kehilangan kesadaran /amnesia tetapi kurang 30 mnt
-
Tak ada fraktur tengkorak
-
Tak ada contusio serebral (hematom)
-
Tidak ada intoksikasi alcohol atau obat terlarang
-
Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
-
Pasien dapat menderita abrasi, laserasi, atau hematoma
kulit kepala
-
Tidak adanya criteria cedera sedang-berat
- Cedera kepala
sedang
-
GCS 9-14
(konfusi, letargi, atau stupor)
-
Kehilangan kesadaran lebih dari 30 mnt / kurang dari 24
jam (konkusi)
-
Dapat mengalami fraktur tengkorak
-
Amnesia pasca trauma
-
Muntah
-
Kejang
- Cedera kepala
berat
-
GCS 3-8 (koma)
-
Kehilangan kasadaran lebih dari 24 jam (penurunan
kesadaran progresif)
-
Diikuti contusio serebri, laserasi, hematoma
intracranial
-
Tanda neurologist fokal
-
Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur kranium
(3) Menurut
morfologi
a.
Fraktur tengkorak : kranium: linear/stelatum; depresi/non
depresi; terbuka/tertutup
Basis: dengan/tanpa kebocoran cairan
serebrospinal, dengan/tanpa kelumpuhan nervus VII
- Lesi intracranial : fokal:
epidural, subdural, intraserebral
difus: konkusi ringan,
konkusi klasik, cedera aksonal difusi.
MANIFESTASI
KLINIS
1. Nyeri
yang menetap atau setempat.
2. Bengkak
pada sekitar fraktur sampai pada fraktur kubah cranial.
3. Fraktur
dasar tengkorak: hemorasi dari hidung, faring atau telinga dan darah terlihat
di bawah konjungtiva,memar diatas mastoid (tanda battle),otorea serebro spiral
( cairan cerebros piral keluar dari telinga
), minorea serebrospiral (les keluar dari hidung).
4. Laserasi
atau kontusio otak ditandai oleh cairan spinal berdarah.
5. Penurunan
kesadaran.
6. Pusing
/ berkunang-kunang.
7. Absorbsi
cepat les dan penurunan volume intravaskuler
8. Peningkatan
TIK
9. Dilatasi
dan fiksasi pupil atau paralysis ekstremitas
10. Peningkatan
TD, penurunan frek. Nadi, peningkatan pernafasan
- KOMPLIKASI
1. Epilepsi Pasca
Trauma
Epilepsi pasca trauma adalah suatu
kelainan dimana kejang terjadi beberapa waktu setelah otak mengalami cedera
karena benturan di kepala.
2. Afasia
Afasia adalah hilangnya kemampuan
untuk menggunakan bahasa karena terjadinya cedera pada area bahasa di otak.
Penderita tidak mampu memahami atau mengekspresikan kata-kata.
3. Apraksia
Apraksia adalah ketidakmampuan
untuk melakukan tugas yang memerlukan ingatan atau serangkaian gerakan.
4. Agnosis
Agnosia merupakan suatu kelainan
dimana penderita dapat melihat dan merasakan sebuah benda tetapi tidak dapat
menghubungkannya dengan peran atau fungsi normal dari benda tersebut.
5. Amnesia
Amnesia adalah hilangnya sebagian
atau seluruh kemampuan untuk mengingat peristiwa yang baru saja terjadi atau
peristiwa yang sudah lama berlalu. Penyebabnya masih belum dapat sepenuhnya
dimengerti.
Cedera pada otak bisa menyebabkan hilangnya ingatan akan peristiwa yang terjadi sesaat sebelum terjadinya kecelakaan (amnesi retrograd) atau peristiwa yang terjadi segera setelah terjadinya kecelakaan (amnesia pasca trauma).
Cedera pada otak bisa menyebabkan hilangnya ingatan akan peristiwa yang terjadi sesaat sebelum terjadinya kecelakaan (amnesi retrograd) atau peristiwa yang terjadi segera setelah terjadinya kecelakaan (amnesia pasca trauma).
6. Fistel Karotis-kavernosus
Ditandai oleh trias gejala: eksoftalmus, kemosis, dan bruit
orbita, dapat timbul segera atau beberapa hari setelah cedera.
Angiografi perlu dilakukan untuk konfirmasi diagnosis dan
terapi dengan oklusi balon endovaskuler untuk mencegah hilangnya penglihatan
yang permanent.
7. Diabetes Insipidus
Disebabkan oleh kerusakan traumtik pada tangkai hipofisis,
menyebabkan penghentian sekresi hormone antidiuretik. Pasien mengekskresikan
sejumlah besar volume urin encer, menimbulkan hipernatremia dan deplesi volum.
8. Kejang pasca trauma
Dapat segera terjadi (dalam 24 jam pertama), dini (minggu
pertama) atau lanjut (setelah satu minggu). Kejang segera tidak merupakan
predisposisi untuk kejang lanjut; kejang dini menunjukkan risiko yang meningkat
untuk kejang lanjut, dan pasien ini harus dipertahankan dengan antikonvulsan.
9.
Kebocoran cairan serebrospinal dapat disebabkan oleh
rusaknya leptomeningen dan terjadi pada 2-6 % pasien dengan cedera kepala
tertutup. Kebocoran ini berhenti spontan dengan elevasi kepala setelah beberapa
hari pada 85 % pasien.
10. Edema serebral & herniasi
Penyebab
paling umum dari peningkatan TIK, Puncak
edema terjadi 72 Jam setelah cedera. Perubahan TD, Frekuensi nadi, pernafasan
tidak teratur merupakan gejala klinis adanya peningkatan TIK.
11. Defisit Neurologis & Psikologis
Tanda
awal penurunan fungsi neulorogis: Perubahan TK kesadaran, Nyeri kepala hebat,
Mual / muntah proyektil (tanda dari
peningkatanTIK).
- PENATALAKSANAAN
1. Pedoman Resusitasi Dan Penilaian
Awal
a. Menilai
jalan nafas : bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan; lepaskan gigi
palsu,pertahankan tulang servikal segaris dgn badan dgn memasang collar cervikal,pasang guedel/mayo bila dpt
ditolerir. Jika cedera orofasial mengganggu jalan nafas,maka pasien harus
diintubasi.
b. Menilai
pernafasan ; tentukan apakah pasien bernafas spontan/tidak. Jika tidak beri O2
melalui masker O2. Jika pasien bernafas spontan selidiki dan atasi cedera dada
berat spt pneumotoraks tensif,hemopneumotoraks. Pasang oksimeter nadi untuk
menjaga saturasi O2minimum 95%. Jika jalan nafas pasien tidak terlindung bahkan terancan/memperoleh O2 yg adekuat ( Pa
O2 >95% dan Pa CO2<40% mmHg serta saturasi O2 >95%) atau muntah maka pasien
harus diintubasi serta diventilasi oleh ahli anestesi
c. Menilai
sirkulasi ; otak yg rusak tdk mentolerir hipotensi. Hentikan semua perdarahan
dengan menekan arterinya. Perhatikan adanya cedera intra abdomen/dada.Ukur dan
catat frekuensidenyut jantung dan tekanan darah pasang EKG.Pasang jalur intravena yg besar.Berikan larutan
koloid sedangkan larutan kristaloid menimbulkan eksaserbasi edema.
d. Obati
kejang ; Kejang konvulsif dpt terjadi setelah cedera kepala dan harus diobati
mula-mula diberikan diazepam 10mg intravena perlahan-lahan dan dpt diulangi 2x
jika masih kejang. Bila tidak berhasil diberikan fenitoin 15mg/kgBB
e. Menilai
tingkat keparahan : CKR,CKS,CKB
f. Pada
semua pasien dengan cedera kepala dan/atau leher,lakukan foto tulang belakang
servikal ( proyeksi A-P,lateral dan odontoid ),kolar servikal baru dilepas
setelah dipastikan bahwa seluruh keservikal C1-C7 normal
g. Pada
semua pasien dg cedera kepala sedang dan berat :
-
Pasang infus dgn
larutan normal salin ( Nacl 0,9% ) atau RL cairan isotonis lebih efektif
mengganti volume intravaskular daripada cairan hipotonis dan larutan ini tdk
menambah edema cerebri
-
Lakukan pemeriksaan ;
Ht,periksa darah perifer lengkap,trombosit, kimia darah
-
Lakukan CT scan
h. Pasien
dgn CKR, CKS, CKB harusn dievaluasi adanya :
-
Hematoma epidural
-
Darah dalam sub
arachnoid dan intraventrikel
-
Kontusio dan perdarahan
jaringan otak
-
Edema cerebri
-
Pergeseran garis tengah
-
Fraktur kranium
i. Pada
pasien yg koma ( skor GCS < 8) atau pasien dgn tanda-tanda herniasi lakukan:
-
Elevasi kepala 30
-
Hiperventilasi
-
Berikan manitol 20%
1gr/kgBB intravena dlm 20-30 menit. Dosis ulangan dapat diberikan 4-6 jam
kemudian yaitu sebesar ¼ dosis semula setiap 6 jam sampai maksimal 48 jam I
-
Pasang kateter foley
-
Konsul bedah saraf bila
terdapat indikasi opoerasi (hematom epidural besar,hematom sub dural,cedera
kepala terbuka,fraktur impresi >1 diplo)
- Pedoman Penatalaksanaan
a.
Pada semua pasien dengan cedera kepala dan/ atau leher,
lakukan foto tulang belakang servikal (proyeksi antero-posterior, lateral, dan
odontoid).
b.
pada semua pasien dengan cedera kepala sedang dan
berat, lakukan prosedur berikut:
§
pasang jalur IV dengan larutan salin normal
(NaCl 0.9 %) atau larutan Ringer Laktat: cairan isotonis lebih efektif
mengganti volume intravaskuler daripada cairan hipotonis, dan larutan ini tidak
menambah edema serebri.
§
Lakukan pemeriksaan: hematokrit, periksa darah
perifer lengkap, trombosit, kimia darah: glukosa, ureum, dan kreatinin, masa
protrombin atau masa tromboplastin parsial, skrining toksikologi dan kadar
alcohol bila perlu
3. Lakukan
CT Scan dengan jendela tulang: foto roentgen kepal tidak perlu jika CT Scan
dilakukan, karena CT Scan ini lebih sensitive untuk mendeteksi fraktur. Pasien
denga cedera kepala ringan, sedang, atau berat harus dievaluasi adanya:
§
Hematoma epidural
§
Darah dalam subarakhnoid dan interventrikel
§
Kontusio dan perdarahan jaringan otak
§
Edema serebri
§
Obliterasi sisterna perimesenfalik
§
Pergeseran garis tengah
§
Fraktur kranium, cairan dalam sinus, dan
pneumosefalus
4. Pada
pasien yang koma (Skor GCS < 8) atau pasien dengan tanda-tanda herniasi,
lakukan tindakan berikut ini:
§
Elevasi kepala 30°
§
Hiperventilasi: intubasi dan berikan ventilasi
mandatorik intermitten
§
Pasang kateter Foley
§
Konsul bedah saraf bila terdapat indikasi
operasi (hematoma epidural yang besar, hematoma subdural, cedera kepala
terbuka, dan fraktur impresi >1 diploe)
0 komentar:
Posting Komentar