2.1. Defenisi
Diabetes
mellitus merupakan
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam
darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes
Melllitus adalah suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya
peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut
maupun relatif (Arjatmo, 2002).
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,dengan
tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidakadanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulinefektif di dalam tubuh, gangguan
primer terletak pada metabolisme karbohidrat yangbiasanya disertai juga
gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000).
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses
nekrosis yang disebabkanoleh infeksi. ( Askandar, 2001 ).
Gangren Kaki
Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman danberbau busuk
akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar ditungkai.
( Askandar, 2001).
Gangren adalah kematian jaringan, biasanya berhubungan dengan
berhentinya aliran darah ke daerah yang terkena.
Ganggren adalah akibat dari
kematian sel dalam jumlah besar, ganggren dapat diklasifikasikan sebagai kering
atau basah. Ganggren kering meluas secara lambat dengan hanya sedikit gejala,
ganggren kering sering dijumpai di ekstremitas umumnya terjadi akibat
hipoksia lama. Gangren basah adalah suatu daerah dimana terdapat jaringan mati
yang cepat peluasannya, seringditemukan di oragan-organ dalam, dan
berkaitan dengan infasi bakteri kedalam jaringan yang mati tersebut. Ganggren
ini menimbulkan bau yang kuat dan biasanya disertai oleh manifestasi
sistemik.Ganggren basah dapat timbul dari ganggren kering.
Ganggren gas adalah jenis
ganggren khusus yang terjadi sebagai respon terhadap infeksi jaringan oleh
suatu jenis bakteri aerob yang di sebut klostridium ganggren jenis ini paling
sering terjadi setelah trauma, ganggren gas cepat meluas ke jaringan di
sekitarnya sebagai akibat di keluarkan nya toksin-toksin oleh bakteri yang
membunuh sel-sel di sekitarnya. Sel-sel ototsangat rentan
terhadap toksin ini dan apabila terkena akan mengeluarkan gas hydrogen sulfide
yang khas, ganggren jenis ini dapat mematikan.
2.2. Klasifikasi
a. Diabetes
Mellitus
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai
berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindroma
lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
b. Gangren
Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki
diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu :
Derajat
0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih
utuh dengan kemungkinan
disertai
kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat
I : Ulkus superfisial terbatas pada
kulit.
Derajat
II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat
III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat
IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987)
membagi gangren kaki menjadi 2 (dua)
golongan :
1.
Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan
penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati
(
arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah
betis.
Gambaran
klinis KDI :
-
Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
-
Pada perabaan terasa dingin.
-
Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
-
Didapatkan ulkus sampai gangren.
2.
Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi
kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari
sirkulasi.
Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem
kaki,
dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.
Diabetes Tipe II
Pada penderita diabetes militus tipe II,pancreas tetap menghasilkan
insulin namun kadarnya lebih tinggi dari normal,akibatnya tubuh membentuk
kekebalan terhadap efeknya sehingga menyebabkan kekurangan insulin cukup
banyak.Biasanya penderita diabetes militus tipe 2 tidak menunjukan gejala
beberapa tahun.Jika kekurangan insulin semakin parah maka penderita akan sering
merasa haus dan buang air kecil. Meskipun demikian Diabetes militus tipe 2
jarang mengalami ketoasidosis.
Faktor genetik memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin
Faktor-faktor resiko :
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada
usia di atas 65 th)
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga
2.3. Etiologi
a. Diabetes Melitus
M
mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan
insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan
penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai
kemungkinan
etiologi DM yaitu :
1.
Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan
sel
beta melepas insulin.
2.
Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen
yang
dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan
gula yang diproses secara
berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3.
Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang
disertai pembentukan sel –
sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan
kerusakan
sel - sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel
beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada
pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan
terhadap insulin akibat
kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada
membran
sel yang responsir terhadap insulin.
·
Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih
belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin.
Faktor-faktor resiko :
1.
Usia (resistensi insulin cenderung
meningkat pada usia di atas 65 th)
2.
Obesitas
3.
Riwayat keluarga
b. Gangren Kaki Diabetik
Faktor
– faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetik
dibagi
menjadi endogen dan faktor eksogen.
Faktor
endogen : a. Genetik, metabolik b. Angiopati diabetik
c.
Neuropati diabetik
Faktor
eksogen : a. Trauma
b.
Infeksi
c. Obat
2.4.
Patofisiologi/Pathways
a. Diabetes Mellitus
Sebagian besar
patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama
kekurangan insulin sebagai berikut :
1. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh,
dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200
mg/hari/100 ml.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah
penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan
lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis.
3. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter
· Diabetes militus tipe II
Dikarenakan sel-sel peifer tidak
peka terhadap insulin, insulin di gunakan sebagai mediator masuk nya glukosa ke
dalam sel
b. Gangren Kaki Diabetik
Terjadinya masalah kaki
diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang menyebabkan kelainan
neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik
maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit
dan otot yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada
telapak kaki dan selanjutnya akan mempermuda terjadinya ulkus. Adanya
kerentanan terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi
yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah
rumitnya pengelolaan kaki diabetes
2.5. Tanda dan
Gejala Diabetes Mellitus
Keluhan umum pasien
DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada.
Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi
degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat
perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya
bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas.
Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak,
rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka
pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo,
gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1. Katarak 10.
Neuropati viseral
2. Glaukoma 11.
Amiotropi
3. Retinopati 12.
Ulkus Neurotropik
4..Gatal seluruh badan 13. Penyakit ginjal
5. Pruritus Vulvae 14. Penyakit pembuluh darah perifer
6. Infeksi bakteri kulit 15. Penyakit koroner
7. Infeksi jamur di kulit 16. Penyakit pembuluh
darah otak
8. Dermatopati 17.
Hipertensi
9. Neuropati perifer
Osmotik diuresis
akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat
muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia
urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka
tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia
atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang
mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut
dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi
insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul
keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi,
kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang
biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat
banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi
sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut
reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang
merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
2.6. Komplikasi Diabetes Militus
Komplikasi
yang sering terjadi dan mematikan adalah serangan jantung dan stroke. Selain
itu keruskan pembuluh darah mata bisa menyebabkan gangguan penglihatan akibat
retina mata (retinopati diabetikum) yang rusak. Dan kelainan fungsi ginjal bisa
menyebab kan
gagal ginjal sehingga penderita harus menjalani cuci darah (dialysis).
Kerusakan
pembuluh darah akibat penyakit diabetes militus bisa menyebabkan gangguan
saraf. Gangguan ini dapat berwujud dalam beberapa betuk .Jika satu syaraf
mengalami kelainan fungsi(mononeuropati),maka lengan dan tungkai bisa menjadi
lemah secara tiba-tib. Apabila saraf menuju tangan, tungkai, dan kaki,
mengalami kerusakan (polineuropati diabetikum),maka lengan dan tungkai akan
mengalami kesemutan atau nyeri sepeti terbakar dan kelemahan
Bagi
penderita diabetes militus , kerusakan saraf dapat menyebabkan kulit lebih
sering mengalami cidera. Biasanya, penderita tidak dapat merasakan perubahan
tekanan maupun suhu. Selain itu berkurang nya aliran darah ke kulit juga bisa
menyebabkan ulkus (borok). Sebab semua penyembuahan luka berjalan
lambat.Misalnya, ulkus yang terdapat di kaki bisa sangat dalam dan mengalami
infeksi. Akibat nya masa penyembuhan memerlukan waktu yang lama sehingga
sebagian tungkai harus di amputasi
2.7. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Tujuan utama terapi
diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati.
Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah
normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
0 komentar:
Posting Komentar