A.
ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
Mata memiliki struktur dan fungsi sebagai
berikut:
a. Sklera (bagian putih
mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif kuat.
b. Konjungtiva : selaput
tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sklera
c. Kornea : struktur
transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan
bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
d. Pupil : daerah hitam di
tengah-tengah iris.
e. Iris : jaringan berwarna
yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa;
berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran
pupil.
f. Lensa : struktur cembung
ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi untuk
membias cahaya sehingga difokuskan pada retina.
g. Retina : lapisan
jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi
mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
h. Saraf optikus : kumpulan
jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke otak.
i. Humor aqueus : cairan
jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen
anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea;
dihasilkan oleh prosesus siliaris.
j. Humor vitreus : gel
transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen
posterior mata).
Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh
cairan:
a.
Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa.Segmen anterior
berisi humor aqueus yang merupakan sumber energi bagi struktur mata di
dalamnya.Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian:
· Bilik anterior : mulai
dari kornea sampai iris
· Bilik posterior : mulai
dari iris sampai lensa.
Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior,
lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata
melalui saluran yang terletak ujung iris.
b. Segmen posterior : mulai
dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina.Segmen posterior berisi humor
vitreus. Cairan tersebut membantu menjaga bentuk bola mata.
B.
Anatomi dan fisiologi Lensa
Anatomi Lensa
Lensa adalah struktur sirkuler, lunak dan
bikonveks, avaskular, tidak berwarna dan hampir transparan sempurna. Tebalnya
sekitar 4 mm dan diameter 9 mm, terletak di belakang iris, di depan badan
vitreus. Titik pusat permukaan anterior dan posterior disebut polus anterior
dan polus posterior, dan garis yang melewati kedua polus tersebut disebut
aksis. Lensa tetap berada di tempatnya karena dari depan ditekan oleh akueos
humor, dari belakang ditekan oleh vitreus humor dan digantung zonula atau
ligamen suspensorium. Zonula adalah membran tipis yang menutupi permukaan dalam
badan silier, prosessus siliaris dan lensa.Permukaan posterior lensa lebih
cembung dibandingkan permukaan anterior dan lensa ini menempati fossa hialoidea
badan vitreus.
Lensa terdiri atas 3
lapisan yaitu kapsul pada bagian luar, korteks dan nukleus pada bagian
dalam.Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya
usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi sehingga lama kelamaan
menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nucleus dan korteks terbentuk dari
lamella konsentris yang panjang dari serabut-serabut yang tepinya dihubungkan
oleh bahan yang menyerupai perekat yang tertutup di dalam suatu kapsul tipis.
Kapsul lensa adalah suatu membran yang semipermeabel yang akan memperbolehkan
air dan elektrolit masuk. Kapsul ini merupakan membrane bening yang menutup
lensa secara erat dan lebih tebal pada permukaan anterior.
Fisiologi Lensa
Fungsi
utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan
cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat
zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang
terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau
terfokus ke retina.Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris
berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang.Kapsul lensa yang elastik
kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya
biasnya.Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa
untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring
dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.
Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola
mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0- Dioptri.
C. DEFENISI KATARAK
Katarak berasal dari bahasa Yunani “cataracta”yang
berarti air terjun.
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut
atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998)
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada
lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada
semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein
lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua
mata dan berjalan progesif. (Mansjoer,2000;62)
Jadi kesimpulan dari definisi diatas katarak adalah suatu keadaan
patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau
denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme
normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu.
D. KLASIFIKASI KATARAK
· Katarak Kongenital
Katarak
yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun
Katarak kongenital adalah katarak yang
mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1
tahun.Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup
berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.
Katarak
kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang
menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis,
inklusi sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak
kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt herediter seperti mikroftlmus,
aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik,
displasia retina, dan megalo kornea.
Katarak
kongenital digolongkan dalam katarak :
1. kapsulolentikular, dimana pada golongan ini termasuk katarak
kapsular dan katarak polaris.
2. katarak lentikular, termasuk dalam golongan ini katarak yang
mengenai korteks atau nukleus saja.
· Katarak Juvenil
katarak
yang terjadi sesudah usia 1 tahun
Katarak yang lembek dan terdapat pada
orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih
dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.
Katarak juvenil biasanya merupakan
penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti:
1. Katarak metabolic
Ø Katarak diabetika dan galaktosemik (gula)
Ø Katarak hipokalsemik (tetanik)
Ø Katarak defisiensi gizi
Ø Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)
Ø Penyakit Wilson
Ø Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain
2. Otot
Distrofi miotonik (umur 20-30 tahun)
3. Katarak traumatic
4. Katarak komplikata
Ø Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma,
mikroftalmia, aniridia,
Ø pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis)
Ø Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal),
seperti Wagner dan
Ø retinitis pigmentosa, dan neoplasma)
Ø Katarak anoksik
Ø Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein,
dinitrofenol,
Ø triparanol (MER-29), antikholinesterase, klorpromazin, miotik,
klorpromazin,
Ø busulfan, besi)
Ø Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan
kulit
Ø (sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis
inperfekta,
Ø khondrodistrofia kalsifikans kongenita pungtata), dan kromosom
Ø Katarak radiasi
· Katarak
Senil
katarak setelah usia 50 tahun
Katarak senilis ini adalah semua
kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun.(
Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3). Penyebabnya sampai sekarang tidak
diketahui secara pasti.Katarak senile ini jenis katarak yang sering ditemukan
dengan gejala pada umumnya berupa distorsi penglihatan yang semakin kabur pada
stadium insipiens pembentukkan katarak, disertai penglihatan jauh makin
kabur.Penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca
lebih baik tanpa kaca mata (second sight). Miopia artificial ini disebabkan
oleh peningkatan indeks rafraksi lensa pada stadium insipient.( Vaughan, G,
Asbury,T, Eva-Riordan, P, ed 14).
Tanda dan Gejala
Katarak Senilis:
1.
Penglihatan kabur dan
berkabut
2.
Merasa silau terhadap sinar
matahari, dan kadang merasa seperti ada film didepan
3.
Mata
4.
Seperti ada titik gelap di
depan mata
5.
Penglihatan ganda
6.
Sukar melihat benda yang
menyilaukan
7.
Halo, warna disekitar sumber
sinar
8.
Warna manik mata berubah
atau putih
9.
Sukar mengerjakan pekerjaan
sehari-hari
10.
Penglihatan dimalam hari
lebih berkurang
11.
Sukar mngendarai kendaraan
dimalam hari
12.
Waktu membaca penerangan
memerlukan sinar lebih cerah
13.
Sering berganti kaca mata
14.
Penglihatan menguning
15.
Untuk sementara jelas
melihat dekat
Katarak senile biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun,
Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya
mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit
Mata, ed. 3)
Katarak Senil Dapat
Dibagi Atas Stadium:
1.
Katarak insipient :
Pada
stadium ini akan terlihat hal-hal berikut: kekeruhan mulai dari tepi ekuator
berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ).
Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.
Katarak sub kapsular posterior,
kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara
serat lensa dan dan korteks berisi jaringan degenerative(benda morgagni)pada
katarak insipient.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia
oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini
kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.(Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa
Mata Keruh, ed. 2,)
2. Katarak Imatur :
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi
kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa
sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.Pada stadium ini
terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung.
Pencembungan lensa akan mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan
menjadi mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan
sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa
Mata Keruh, ed. 2,)
3.Katarak Matur:
Bila proses degenerasiberjalan terus
maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui
kapsul. Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong
ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada
stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh
karena deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat
negatif.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2)
4. Katarak Hipermatur :
Katarak yang terjadi akibatkorteks yang
mencair sehingga masa lensa ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan
korteks ini maka nukleus "tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak
morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik
mata depan maka dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma
fakolitik (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2)
5.Katarak
Intumesen :
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan
lensa akibat lensa degenerative yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah
lensa disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong
iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal.
Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak
intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan
miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan
mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan miopisasi.
Pada
pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel
serat lensa. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
6.
Katarak Brunesen :
Katarak yang berwarna coklat sampai
hitam (katarak nigra) terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak
pasien diabetes militus dan miopia tinggi.Sering tajam penglihatan lebih baik
dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari
65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior. (Ilyas,
Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)
Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:
1. Katarak Inti (Nuclear)
Merupakan yang paling
banyak terjadi.Lokasinya terletak pada nukleus atau bagian tengah dari lensa.
Biasanya karena proses penuaan.
Keluhan yang biasa terjadi:
Ø Menjadi lebih rabun jauh sehingga mudah
melihat dekat, dan untuk melihat dekat melepas kaca matanya Setelah mengalami
penglihatan kedua ini ( melihat dekat tidak perlu kaca mata ) penglihatan mulai
bertambah kabur atau lebih menguning. Lensa lebih
coklat
Ø Menyetir malam silau dan sukar
Ø Sukar membedakan warna biru dan ungu
2. Katarak Kortikal
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks.Mulai dengan
kekeruhan putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu
penglihatan.Banyak pada penderita DM.
Keluhan yang biasa terjadi:
Ø Penglihatan jauh dan dekat terganggu
Ø Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra
3. Katarak Subkapsular
Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada
lajur jalan sinar masuk.DM, renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid
dalam jangka waktu yang lama dapat mencetuskan kelainan ini.Biasanya dapat
terlihat pada kedua mata.
Keluhan yang biasa terjadi:
Ø Mengganggu saat membaca
Ø Memberikan keluhan silau dan halo atau warna sekitar sumber cahaya
Ø Mengganggu penglihatan
·
Katarak Trauma
Katarak
yang terjadi akibat trauma pada lensa mata. Katarak
traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau trauma
tumpul terhadap bola mata.Sebagian besar katarak traumatik dapat dicegah.Lensa
menjadi putih segera setelah masuknya benda asing, karena lubang pada kapsul
lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadang korpus vitreum masuk dalam
struktur lensa.
Pasien
mengeluh penglihatan kabur secara mendadak.Mata jadi merah, lensa opak, dan
mungkin disertai terjadinya perdarahan intraokular.Apabila humor aqueus atau
korpus vitreum keluar dari mata, mata menjadi sangat lunak.Penyulit adalah
infeksi, uveitis, ablasio retina dan glaucoma.
·
Katarak Sekunder
Menunjukkan
kekeruhan kapsul posterior akibat katarak traumatik yang terserap sebagian atau
setelah terjadinya ekstraksi katarak ekstrakapsular.
Epitel
lensa subkapsul yang tersisa mungkin mencoba melakukan regenerasi serat-serat
lensa, sehingga memberikan gambaran “telur ikan” pada kapsul posterior
(manik-manik Elschnig).Lapisan epitel yang berproliferasi tersebut mungkin
menghasilkan banyak lapisan, sehingga menimbulkan kekeruhan.Sel-sel ini mungkin
juga mengalami diferensiasi miofibroblastik.Kontraksi serat-serat ini
menimbulkan banyak kerutan-kerutan kecil di kapsul posterior, yang menimbulkan
distorsi penglihatan.Semua ini menimbulkan penurunan ketajaman penglihatan
setelah ekstraksi katarak ekstrakapsular.
E.
ETIOLOGI
Sebagian besar katarak
terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60
tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu
terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
·
Faktor keturunan.
·
Cacat bawaan sejak lahir. (congenital)
·
Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
·
Penggunaan
obat tertentu, khususnya steroid.
·
gangguan
metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
·
gangguan
pertumbuhan,
·
Mata tanpa pelindung terkena sinar
matahari dalam waktu yang cukup lama.
·
Rokok
dan Alkohol
·
Operasi mata sebelumnya.
·
Trauma (kecelakaan) pada mata.
·
Disebabkan oleh paparan
sinar radiasi
·
Faktor-faktor
lainya yang belum diketahui.
F.
MANIFESTASI KLINIS
· Penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan.
· Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak
akan tampak dengan oftalmoskop
· Pandangan menjadi kabur atau redup
· Pupil tampak abu-abu atau putih
· Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
· Peka terhadap sinar atau cahaya
· Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia)
· Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca
· Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
· Kesulitan melihat pada malam hari
· Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa
menyilaukan mata
· Penurunan ketajaman penglihatan (bahkan pada siang hari)
G.
PATOFISIOLOGI
Lensa yang
normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis.Pada zona sentral terdapat nucleus,diperifer ada
korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior.Dengan bertambahnya usia, nekleus mengalami perubahan warna menjadi
cokelat kekuningan. Disekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nucleus. Opasitas pada
kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal
salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa menyebabkan hilangnya
transparansi.Perubahan pada serabut halus múltipel (zonula) yang memanjang dari
badan silier kesekitar daerah diluir lensa,misalnya, dapat menyebabkan
penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein
lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
menyebutkan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi.Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada
pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi di lateral, namun mempunyai
kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemas,
seperti diabetes, Namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan
yang normal.Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan “matang” ketika
orang memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenitaldan harus
diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia
dan kehilangan penglihatan permanen. Factor yang paling sering berperan dalam
terjadinya katrak meliputi radiasi sinar ultra violet B, obat-obatan, alcohol,
merokok, diabetes, dan asupan vitamin anti oxidan yang kurang dalam jangka
waktu lama
Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan mineral
penting.Katarak merupakan kondisi penurunan ambulan oksigen, penurunan air,
peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi
tidak dapat larut. Pada proses penuaan ,lensa secara bertahap kehilangan air
dan mengalami peningkatan dalam usuran dan densitasnya.Peningkatan densitas
diakibatkan oleh kompresi central serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi dikortek, serat
lensa ditekan menjadi central. Serat-serat lensa yang padat lama-lam
menyebabkan hilangnya tranparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan sering
bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan ganguan
metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini, menyebabkan perubahan
kandungan bahan-bahan yang ada didalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan
kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian lensa atau
kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea dihalangi oleh
lensa yang keruh atau buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang sampai
pada retina. Akibatnya otak menginterprestasikan sebagai bayangan yang
berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu,
kemudian berubah kuning, bahkan menjadi coklat atau hitam dan klien mengalami
kesulitan dalam membedakan warna (Ns.Indriana N. Istiqomah,S.Kep : Asuhan Keperawatan
Klien Gangguan Mata)
H. PENATALAKSAAN
Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tidak dapat diambil
dengan pembedahan laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan
prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum
dilakukan pengisapan keluar melalui kanula (Pokalo, 1992)
Bila penglihatan dapat
dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien
melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan
bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun
keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang
terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman
pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen
posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina
atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
Pembedahan katarak
adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65
tahun.Masa kini, katarak paling sering diangkat dengan anesthesia lokal
berdasar pasien rawat jalan, meskipun pasien perlu dirawat bila ada indikasi
medis.Keberhasilan pengembalian penglihatan yang bermanfaat dapat dicapai pada
95% pasien.
Ada 2 macam teknik pembedahan ;
1.
Ekstraksi katarak intrakapsuler : adalah pengangkatan seluruh
lensa sebagai satu kesatuan.
2.
Ekstraksi katarak ekstrakapsuler : merupakan tehnik yang lebih
disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan
untuk melihat struktur mata selama pembedahan.
Fakoemulsifisikasi merupakan penemuan
terbaru pada ektraksi ekstrakapsuler yaitu pengambilan lensa melalui insisi
yang lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason frekuensi tinggi untuk
memecah nucleus dan korteks lensa menjadi partikel kecil yang kemudian di
aspirasi melalui alat yang sama yang juga memberikan irigasi kontinus. Teknik
ini memerlukan waktu penyembuhan yang lebih pendek dan penurunan insidensi
astigmatisme pasca operasi.Kedua teknik irigasi-aspirasi dan fakoemulsifikasi
dapat mempertahankan kapsula posterior, yang nantinya digunakan untuk penyangga
IOL (Implan lensa intrakuler).
Pengangkatan lensa
karena lensa kristalina bertanggung jawab terhadap sepertiga
kekuatan fokus mata , maka bila lensa diangkat pasien memerlukan koreksi optikal
yang dapat dilakukan dengan salah satu dari tiga metode:
a.
Kaca Mata Apakia mampu memberikan
pandangan sentral yang baik.
Pembesaran 25% - 30%
menyebabkan penurunan dan distorsi pandangan perifer, yang menyebabkan
kesulitan dalam memahami relasi special, membuat benda-benda nampak jauh lebih
dekat dari yang sebenarnya.Kaca mata ini juga menyebabkan aberasi sferis,
mengubah garis lurus menjadi lengkung.
b.
Lensa Kontak jauh lebih nyaman dan
tidak terjadi pembesaran yang bermakna (5%-10%) , tak terdapat aberasi sferis,
tidak ada penurunan lapang pandangan dan tidak ada kesalahan orientasi spasial.
c.
Implan Lensa Intraokuler
(IOL) adalah
lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi kedalam mata. Mampu
menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran normal karena mampu
menghilangkan efek optikal lensa afakia yang menjengkelkan dan ketidak
praktisan penggunaan lensa kontak, maka hamper 97% pembedahan katarak dilakukan
bersamaan dengan pemasangan IOL.
I.
KOMPLIKASI
a.
Penyulit yg terjadi berupa : visus tdk akan mencapai 5/5 à
ambliopia sensori
b.
Komplikasi yang terjadi : nistagmus dan strabismus
c.
Retinits pigmentosa
d.
Glaucoma
e.
Retinal detachment
J.
PERAN PERAWAT DALAM PENATALAKSANAAN KATARAK
Penatalaksanaan
Keperawatan
1.
Peningkatan nutrisi
Penderita katarak
dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat, untuk
menghindari terjadinya konstipasi yang dapat menyebabkan hubungan dengan
katarak.
2.
Memaksimalkan cara perawatan mata dan indera yang lain
(Long C, 2003)
Penatalaksanaan
pasca bedah, seperti pembatasan aktivitas (Soeharjo, 2004)
a.
Mata tidak boleh kena air
b.
Menghindari mengendam saat defekasi
c.
Jangan menonton TV dalam jarak yang dekat
d.
Tidak boleh membaca dalam waktu yang lama
e.
Gunakan kaca mata
setiap hari untuk melindungi mata
f.
Mata tidak boleh digarut
g.
Kontrol ke poli mata pada waktu yang telah ditentukan
Tindakan
Keperawatan
1.
Perawatan pasca bedah katarak
Menurut Effendi, (1998) perawatan sesudah pasca operasi katarak dilakukan setelah 24 jam, sebagai berikut:
pertama ganti balutan, periksa mata dengan cermat terhadap adanya tanda
penyulitan pasca operasi awal seperti kornea yang berawan ( karena edema ) bilik mata depan yang dangkal, atau hifema
berikan tetesan mata Atrofin 1% dan salep mata tetrasiklin 1% setiap hari
selama 5 hari, tambahkan salep mata hidrokortison sejak hari kedua pasca
operasi. Pasien boleh pulang selama 5 hari, pemberian hidrokortison dapat
diteruskan selama 2 sampai 3 minggu dan harus kembali pemeriksaan pasca operasi
setelah 2 minggu.
Setelah berhasil operasi katarak, tubuh manusia berarti menyesuaikan diri
dengan operasi dan sebagian besar
individu akan merasa melanjutkan kegiatan mereka sehari-hari. Tapi harus ada
tindakan pencegahan dan perawatan pasca bedah bahwa mengadopsi setelah operasi
katarak (Mansjoer, 2001)
2.
Tindakan pencegahan
a.
Dokter akan menyarankan untuk memakai kaca mata gelap selama
satu minggu untuk melindungi mata dari setiap infeksi. Hal ini juga disarankan
untuk tidak boleh menggosok mata.
b.
Jangan dibiarkan mata datang dikontak langsung dengan air
dan sabun.
Dokter juga meyarankan untuk
tetap tenang dan menghindari mata atau berenang.
c.
Mengambil tindakan pencegahan dan melihat bahwa mata tidak
datang ke dalam kontak dengan debu kotoran. Juga menghindari mengemudi selama
minimal satu minggu setelah operasi.
0 komentar:
Posting Komentar