1.1
Definisi
Obstruksi intestinal
(ileus) adalah gangguan
pasase dari isi usus akibat sumbatan sehingga terjadi penumpukkan cairan dan
udara di bagian proksimal dari sumbatan tersebut. Akibat sumbatan tersebut,
terjadi peningkatan tekanan intraluminer dan terjadi gangguan resorbsi usus
serta meningkatnya sekresi usus. Ditambah adanya muntah akibat suatu refluks
obstruksi maupun karena regurgitasi dari lambung yang penuh mengakibatkan
terjadi dehidrasi, febris dan syok. Obstruksi ileus juga merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering
dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan
appendicitis akut. Ileus obstruktif disebut juga
ileus mekanik.
1.2
Anatomi dan Fisiologi
Sistem pencernaan
Anatomi fisiologi tentang sistem
pencernaan yang meliputi:
1. Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu:
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu:
a. Bagian luar
yang sempit atau vestibula yaitu diruang antara gusi, bibir dan pipi.
b. Rongga mulut/bagian dalam yaitu
rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandi
bilaris disebelah belakang bersambung dengan faring.
2. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan, merupakan persimpangan jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan didepan ruas tulang belakang
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan, merupakan persimpangan jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan didepan ruas tulang belakang
3. Esofagus (kerongkongan)
Panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk
kardiak dibawah lambung. Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang
punggung setelah melalui thorak menembus diafragma masuk kedalam abdomen ke
lambung.
4. Gaster (lambung)
Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat
mengembang paling banyak terutama didaerah epigaster. Bagian-bagian lambung
antara lain:
a. Fundus ventrikularis, bagian
yang menonjol keatas terletak disebelah kiri osteum kardium biasanya berisi
gas.
b. Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan
pada bagian bawah notura minor.
c. Antrum
pilorus, berbentuk tebing mempunyai otot tebal membentuk spinkter pilorus.
d. Kurtura
minor, terletak disebelah kanan lambung, terdiri dari osteum kordi samapi pilorus.
e. Kurtura
mayor, lebih panjang dari kurtura minor terbentang dari sisi kiri osteum
kardium melalui fundus kontrikuli menuju kekanan sampai ke pilorus anterior
Fungsi lambung
a. Menampung
makanan.
b. Getah
cerna lambung yang dihasilkan pepsin, asam garam, renin dan lipak.
5. Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan
yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6cm,
merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan obstruksi hasil
pencernaan makanan.
a.
Duodenum
Disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang nambulir disebut papila vateri.
Disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang nambulir disebut papila vateri.
b. Yeyunum dan ileum
Panjangnya sekitar ± 6 meter. Dua perlima bagian atas adalah
yeyunum dengan ± 2-3 meter dan ileum dengan panjang ± 4-5 meter. Lekukan
yeyunum dan ileum melekat pada dinding abdomen fasterior dengan perantara
lipatan peritoneum yang berbentuk kipas disebut mesentrium.
c. Mukosa usus halus
Permukaan
epitel yang sangat halus melalui lipatan mukosa dan makro villi memudahkan
penernaan dan absorpasi
Fungsi
usus halus:
a. Menerima zat-zat makanan yang
sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran
limfe.
b. Menyerap protein dalam bentuk asam
amino.
c. Karbohirat diserap dalam bentuk
monosakarida didalam usus halus.
Pergerakan usus halus berfungsi agar proses
digesti dan absorbsi bahan – bahan makanan dapat berlangsung secara maksimal.
Pergerakan usus halus terdiri dari :
1. Pergerakan mencampur (mixing) atau pergerakan segmentasi yang mencampur
makanan dengan enzim – enzim pencernaan agar mudah untuk dicerna dan diabsorbsi
2. Pergerakan propulsif atau gerakan peristaltik yang mendorong makanan ke
arah usus besar.
Aktifitas gerakan peristaltik akan meningkat setelah makan. Hal
ini sebagian besar disebabkan oleh masuknya makanan ke duodenum sehingga
menimbulkan refleks peristaltik yang akan menyebar ke dinding usus halus.
Selain itu, hormon gastrin, CCK, serotonin, dan insulin juga meningkatkan
pergerakan usus halus. Sebaliknya sekretin dan glukagon menghambat pergerakan
usus halus.
6. Usus besar/intestinum mayor
Panjangnya
± 1 meter, lebar 5-6 cm, fungsinya menyerap air dari makanan, tempat tinggal
bakteri
koli, tempat feces. Usus besar terdiri atas 7 bagian:
a. Sekum.
b. Kolon
asenden.
Terletak
di abdomen sebelah kanan, membujur ke atas dari ileum sampai ke hati,
panjangnya ± 13 cm
c. Appendiks (usus buntu)
Sering disebut umbai
cacing dengan panjang ± 6 cm.
d. Kolon transversum.
Membujur
dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan panjang ± 28 cm.
e. Kolon
desenden.
Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur dari anus
ke bawah dengan panjangnya ± 25 cm.
f. Kolon
sigmoid.
Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk
huruf "S" ujung bawah berhubungan dengan rektum.
g. Rektum.
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus.
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus.
7. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia luar.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia luar.
1.3 Klasifikasi
·
Berdasarkan
mekanisme terjadinya obstruksi, maka obstruksi mekanik dapat dibagi menjadi :
A.
Obstruksi pada lumen usus (Intra luminer), yaitu :
- Polipoid tumor
- Intussusception
- Gaelstone Ileus
- Feces, meconium bezoar (pada
bayi)
B. Kelainan pada dinding usus (Intra mural), kebanyakan kongenital pada bayi :
-
Atresia
-
Stenosis
-
Duplikasi
Pada
penderita dewasa :
-
Neoplasma
-
Keradangan
-
Crohn disease
- Post
radiasi
- Sambungan usus
C. Kelainan di luar usus (Extra luminer)
-
Adhesion
(perlengketan)
-
Hernia
eksterna
-
Neoplasma
-
Abses
·
Obstruksi
mekanik, menurut lokalisasinya dibagi menjadi :
A. Obstruksi
mekanik rendah
Obstruksi mulai dari caecum sampai anorektal. Obstruksi ini
paling banyak disebabkan oleh tumor ganas, penyebab lainnya adalah :
-
Volvulus
-
Scibala
-
Paralise
colon distal (pseudoparalise)
B. Obstruksi mekanik tinggi
Menurut letaknya dapat dibedakan menjadi :
a.
Obstruksi
diatas pylorus, dapat disebabkan :
-
Stenosis
pylorus
-
Strictur
-
Obstruksi
oleh karena keganasan
-
Bezoar
Pada obstruksi ini gejalanya yang menonjol adalah : muntah-muntah dimana muntahannya dapat dirasakan seperti asam lambung, serangan rasa nyeri lebih sering, distensi abdomen agak kurang.
Pada obstruksi ini gejalanya yang menonjol adalah : muntah-muntah dimana muntahannya dapat dirasakan seperti asam lambung, serangan rasa nyeri lebih sering, distensi abdomen agak kurang.
b. Obstruksi dibawah pylorus.
Obstruksi terjadi mulai dari
pylorus sampai ileocaecal junction, obstruksi ini sering ditemukan pada :
-
Adhesion
(perlengketan)
-
Hernia
interna
-
Volvulus
-
Gumpalan
Ascaris
Pada obstruksi ini muntahannya faeculent (feces) warna
kuning seperti tinja. Serangan nyeri perut agak jarang, tetapi perut lebih
distensi.
·
Berdasarkan stadiumnya, ileus
obstruktif dibedakan atas:
-
Parsial: menyumbat sebagian lumen
-
Simple/komplit: menyumbat seluruh lumen
-
Strangulasi: simple dengan jepitan vasa
1.4 Etiologi
Ileus
obstruktif disebabkan oleh berbagai hal:
·
AdhesiIleus
karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi. Adhesi
umumnya berasal dari rangsangan peritoneum akibat adanya
peritonitis setempat atau umum. Adhesi dapat berupa
perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, mungkin setempat maupun luas.
·
Hernia
Kelemahan atau defek pada dinding rongga peritoneum
memungkinkan penonjolankeluar suatu
kantong peritoneal (kantong hernia) sehingga segmen suatu dalaman dapat terjepit.
·
Askariasis
Kebanyakan
cacing askariasis hidup di usus halus bagian jejunum. Obstruksi bisa terjadidimana-mana pada bagian usus halus, tetapi
biasanya di ileum terminal, tempat lumen paling sempit. Cacing tersebut
menyebabkan kontraksi lokal dinding usus yang disertaireaksi radang
setempat.d.
·
Invaginasi
Umumnya
berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik ke kolon asendens dan mungkinterus sampai keluar dari rektrum, dapat
mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk
dengan komplikasi perforasi dan peritonitis. Pada bayi dan anak-anak biasanya
spontan dan irreversible, sedangkan pada dewasa jarang terjadi.e.
·
Volvulus
Pemuntiran usus yang abnormal dari segmen usus. Volvulus
di usus halus agak jarangditemukan. Biasanya volvulus didapatkan
di bagian ileum.
· Kelainan
congenital
Gangguan
passase usus dapat berupa stenosis maupun atresia.g.Radang kronik
· Tumor .Tumpukan
sisa makanan
1.5
Manifestasi klinik
·
Obstruksi
Usus Halus
keluhan
yang timbul pada penderita dengan obstruksi intestinal yang khas adalah :
ü
Nyeri
perut, muntah-muntah, obstipasi, abdominal distensi, tidak flatus dan tidak
buang air besar.
ü
Nyeri
kram ini dapat berulang dengan interval 4-5 menit pada obstruksi intestinal
bagian proximal. Pada obstruksi intestinal bagian distal frekwensinya bertambah
jarang.
ü
Setelah
beberapa lama mengalami obstruksi rasa nyeri kram ini akan berkurang atau
menghilang sebab usus yang distensi gerakannya akan berkurang atau setelah
terjadi strangulasi dengan peritonitis, nyeri perut menjadi hebat dan terus
menerus.
ü
Pada
obstruksi intestinal proximal terjadi muntah-muntah yang profuse dengan
distensi yang ringan.
ü
Pada
obstruksi intestinal distal, muntah jarang dengan isi muntahan feses, tetapi
distensinya lebih hebat.
ü
Meningkatnya
lingkaran abdomen terjadi oleh karena pemindahan cairan dan gas dalam lumen
usus akibat obstruksi di bagian distal dari usus dan colon atau pada paralitik
ileus.
ü
Pada tahap awal, tanda vital normal. Seiring dengan kehilangan cairan dan
elektrolit, maka akan terjadi dehidrasi dengan manifestasi klinis takikardi dan
hipotensi postural. Suhu tubuh biasanya normal tetapi kadang – kadang dapat
meningkat.
ü
Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya demam, takikardi, hipotensi dan
gejala dehidrasi yang berat.
ü
Demam menunjukkan adanya obstruksi
strangulate. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi dan
peristaltic meningkat (bunyi Borborigmi). Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus
berlanjut, peristaltic akan melemah dan hilang. Adanya feces bercampur darah
pada pemeriksaan rectal toucher dapat dicurigai adanya keganasan dan intusepsi.
1.6 Pemeriksaan Fisik dan
Penunjang
-
Pemeriksaan
Fisik
·
Keadaan
umum : penderita tampak lemah, gelisah, sesak nafas dengan perut kembung dan
tegang.Kalau obstruksi berlangsung lama dan terjadi strangulasi, maka akan
terjadi demam, penderita dehidrasi, bibir kering, turgor kulit menurun,
hipotensi, takikardi dan syok septik.
·
Pemeriksaan
Abdomen
ü
Inspeksi:
Terlihat distensi, tampak gambaran usus (darm contour), tampak gerakan usus
(darm steifung), terutama pada penderita kurus.
ü
Auskultasi:
Terdengar suara usus meninggi (metallic sound) terutama pada permulaan
terjadinya obstruksi dan terdengarnya sangat jelas pada saat serangan kolik.
Kalau obstruksi berlangsung lama dan telah terjadi strangulasi serta
peritonitis, maka bising usus akan menghilang.
ü
Palpasi:
Pada obstruksi intestinal yang simple berbeda dengan obstruksi intestinal
strangulasi. Pada obstruksi intestinal strangulasi akan terjadi rangsangan
peritoneum akibat terjadinya peritonitis, akan terdapat tanda-tanda : perut
distensi tegang, nyeri tekan, nyeri lepas, nyeri kejang otot (defance muscular)
ü
Perkusi
: Seluruh dinding abdomen nyeri ketok dan terdengar suara tympani
-
Pemeriksaan
Laboratorium :
·
Tes
laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis, tetapi
sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu dalam
resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal,
selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi (Hematokrit
yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi), leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal.
·
Dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas
darah mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan
metabolik asidosis bila ada tanda – tanda shock, dehidrasi dan ketosis
·
Darah
rutin (Hb dan leukosit). Untuk mengetahui gangguan elektrolit akibat
muntah-muntah perlu diperiksa kadar Na, K, Cl, HCO3, dan Ca. Untuk mengetahui
fungsi ginjal diperiksa kadar ureum darah dan serum kreatinin.
·
Pemeriksaan
dubur :
Untuk mengetahui apakah ada
massa dalam rectum. Adanya feces harus diperhatikan, apakah ada darah samar,
sebab adanya darah dalam feces kemungkinan adanya lesi dari mukosa atau adanya
intussusepsi.
-
Pemeriksaan Radiologi
A.
Pemeriksaan
radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosa obstruksi usus.
Obstruksi mekanis usus halus ditandai oleh udara dalam usus halus, tetapi tidak
ada gas dalam usus. Bila foto fokus tidak memberi kesimpulan, dilakukan
radiogram barium untuk mengetahui tempat obstruksi (Brunner and Suddarth, 2001,
hal 1121).
B.
CT
scan kadang – kadang digunakan untuk menegakkan diagnosa pada obstruksi usus
halus untuk mengidentifikasi pasien dengan obstruksi yang komplit dan pada
obstruksi usus besar yang dicurigai adanya abses maupun keganasan
C.
Radiologi
Penderita yang suspek obstruksi intestinal perlu dibuat foto thorax dan foto polos abdomen dalam posisi :
Penderita yang suspek obstruksi intestinal perlu dibuat foto thorax dan foto polos abdomen dalam posisi :
- Berbaring telentang
- Tegak / berdiri
- Miring ke kiri (Left lateral
decubitus)
Foto thorax PA untuk mengetahui
adanya udara bebas yang terletak di bawah diafragma kanan. Bila ditemukan udara
bebas menunjukkan adanya perforasi usus.
1.7 Penatalaksanaan
a.
Pre-operatif
Dasar pengobatan obstruksi usus meliputi :
Dasar pengobatan obstruksi usus meliputi :
1. Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu
diperhatikan adalah mengawasi tanda – tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien
yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan
ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat,
konsentrasi elektrolit bisa dipantau dengan mengamati pengeluaran urin (melalui
kateter), tanda vital, tekanan vena sentral dan pemeriksaan laboratorium
berurutan.. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor
tanda – tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan
intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan
untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan
mengurangi distensi abdomen
2. Dekompressi tractus
gastrointestinal dengan sonde yang ditempatkan intralumen dengan tujuan untuk
dekompressi lambung sehingga memperkecil kesempatan aspirasi isi usus, dan
membatasi masuknya udara yang ditelan ke dalam saluran pencernaan, sehingga
mengurangi distensi usus yang bisa menyebabkan peningkatan tekanan intalumen.
3. Pemberian antibiotika untuk
pencegahan pertumbuhan bakteri berlebihan bersama dengan produk endotoksin dan
eksotoksin. Pemberian obat – obat antibiotik spektrum luas dapat
diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi
gejala mual muntah
b.
Operatif
Tergantung dari etiologi
masing-masing:
Operasi
dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis
sekunder. Operasi
diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan
dengan hasil eksplorasi selama laparotomi
Pada
umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi
ileus.
(a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk
membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata
non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
(b)
Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang
"melewati" bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor
intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
(c)
Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,
misalnya pada Ca stadium lanjut.
(d)
Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus
untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon,
invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus,
kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh karena
penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca
sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan
reseksi usus dan anastomosis.
Prognosis
Mortalitas
obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat segera
dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi
strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar
35% atau 40%. Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan
dilakukan dengan cepat
1.8 WOC
Terlampir
1.9
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul antara lain :
a. Peritonitis
karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra
abdomen.
b. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah
terjadi selalu lama pada organ intra abdomen.
c. Sepsis,
infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
d. Syok
hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
e. Pneumonia
aspirasi, akibat makanan yang dimuntahkan masuk kedalam saluran pernafasan dan
menumpuk di saluran pernafasan
Efek
terburuk adalah pasien meninggal karena tidak tertolong
nicee infonya......salam sehat.
BalasHapus