A. Landasan Teoritis Penyakit
1. Definisi HIV/AIDS
HIV adalah virus penyebab Acquired Immuno Deficiensi Syndrom (AIDS). Virus ini memiliki kemampuan untuk mentransfer informasi genetik, mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut Reverse Transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses transkripsi dari DNA & RNA dan transflasi dari RNA ke Protein pada umumnya (Murma, et.al, 1999). AIDS adalah suatu kumpulan kondisi tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Virginia Macedolan, 2008).
Kependekan dari :
Acquired : Didapat bukan dari keturunan
Immune : Terkait dengan sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome : Penyakit dengan kumpulan gejala.
Jadi AIDS adalah berarti kumpulan gejala akibat kekurangan dan kelemahan sistem tubuh yang dibentuk setelahkita lahir (Depkes, 2007).
AIDS adalah runtuhnya benteng pertahanan tubuh yaitu sistem kekebalan alamiah melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, yaitu hancurnya sel limposit T (Sel T). (Tombayong, 2002)
AIDS adalah penyakit defisiensi Imunitas akibat kehilangan kekebalan yang dapat mempermudah terkena berbagai infeksi seperti bakteri, jamur, parasit dan virus tertentu yang bersifat oportunistik (FKUI, 2003 : 354)
Berdasarkan hal tersebut maka penderita AIDS dimasyarakat digolongkan kedalam 2 kategori yaitu :
1. Penderita yang mengidap HIV dan telah menunjukkan gejala klinis (penderita AIDS positif).
2. Penderita yang mengidap HIV, tetapi belum menunjukkan gejala klinis (penderita AIDS negatif).
2. Etiologi
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV.
Muman Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut.
Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet. Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.
3. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda gejala-gejala (symptom) secara klinis pada seseorang penderita AIDS adalah diidentifikasi sulit karena symptomasi yang ditujukan pada umumnya adalah bermula dari gejala-gejala umum yang lazim didapati pada berbagai penderita penyakit lain, namun secara umum dapat kiranya dikemukakan sebagai berikut :
· Rasa lelah dan lesu
· Berat badan menurun secara drastis
· Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam
· Mencret dan kurang nafsu makan
· Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
· Pembengkakan leher dan lipatan paha
· Radang paru-paru
· Kanker kulit
Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS pada umumnya ada 2 hal antara lain tumor dan infeksi oportunistik :
1. Manifestadi tumor diantaranya;
a. Sarkoma kaposi ; kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Frekuensi kejadiannya 36-50% biasanya terjadi pada kelompok homoseksual, dan jarang terjadi pada heteroseksual serta jarang menjadi sebab kematian primer.
b. Limfoma ganas ; terjadi setelah sarkoma kaposi dan menyerang syaraf, dan bertahan kurang lebih 1 tahun.
2. Manifestasi Oportunistik diantaranya
2.1. Manifestasi pada Paru-paru
2.1.1. Pneumonia Pneumocystis (PCP)
Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru-paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan demam.
2.1.2. Cytomegalo Virus (CMV)
Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada paru-paru tetapi dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan penyebab kematian pada 30% penderita AIDS.
2.1.3. Mycobacterium Avilum
Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit disembuhkan.
2.1.4. Mycobacterium Tuberculosis
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan cepat menyebar ke organ lain diluar paru.
2.2. Manifestasi pada Gastroitestinal
Tidak ada nafsu makan, diare khronis, berat badan turun lebih 10% per bulan.
2.3. Manifestasi Neurologis
Sekitar 10% kasus AIDS nenunjukkan manifestasi Neurologis, yang biasanya timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan syaraf yang umum adalah ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati dan neuropari perifer.
4. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Test Serologis
§ Test anti body serum, terdiri dari Skrining HIV dan ELISA
§ Test Blood Western : untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV
§ Penurunan Sel T Limfosit, jumlah Sel T4 helper, jumlah sel T8 dengan perbandingan 2 : 1 dengan sel T4
§ Peningkatan nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV)
§ Peningkatan kadar Ig 6, Ig M dan Ig 4
§ Reaksi rantai poly merase untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada sel perifer monoseluler serta tes DHS (pembungkus hepatitis B dan anti body, Siphilis (HIV mungkin positif).
b. Pemeriksaan Patologis, misalnya Serologi urine, darah, feases, cairan spina, luka, spotum dan secresi.
c. Test Neurologis, misalnya EEG, MRI, CT Scan otak, EMG
d. Test lainnya
Sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCU tahap lanjut atau adanya komplikasi lain. Test fungsi pulmonal untuk deteksi awal pneumonia interstisial, Scan gallium, biopsi, broncos copy.
2. Test Anti Body
a. Test ELISA
Untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.
b. Wetern Blot Asay / Indirect Flovorescent Antibody (IFA)
Untuk mengenali antibody HIV dan memastikan seropositifitas HIV.
c. Indirect Immunofloveresence
Sebagai pengganti pemeriksaan Western Blot untuk memastikan Seropositifitas.
d. Radio Immuno Precipitation Assay
Mendeteksi protein pada antibody.
5. Penatalaksaan Medis dan Keperawatan
a. Penatalaksanaan Medis
Contoh pengobatan yang diberikan yaitu Obat Anti Retro Virus (ARV) bekerja langsung menghadapi replikasi (penggandaan diri) HIV.
Tujuan utama terapi :
a. Penekanan jumlah virus secara maksimal dan terus menerus, mencegah atau mengembangkan fungsi imun
b. Memperbaiki kualitas hidup
c. Mengurangi morbilitas dan mortalitas akibat infeksi HIV.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
§ Pengendalian Infeksi Opportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi opportuniti.
§ Terapi AZT (Azidotimidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik transcriptase.
§ Terapi Antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistim Immune dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya obat-obatan.
§ Vaksin dan rekkontruksi virus, vaksin yang digunakan adalah Interveron
§ Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan Sel T dan mempercepat replikasi HIV.
§ Rehabilitasi, bertujuan untuk memberikan dukungan mental psikologis membantu mengubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang beresiko atau tidak beresiko.
§ Pendidikan, untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi immune.
6. Komplikasi
a. Penyakit Paru-Paru Utama
· Pneumonia Pneumocystis, penyebab penyakit ini adalah fungsi Pneumocystis Jiro Vecii.
· TBC, merupakan infeksi unik diantara infeksi-infeksi lainnya yang terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada orang-orang sehat (Immunokompoten) melalui rute pernafasan (respirasi). Ia dapat dengan mudah ditangi bila telah diidentifikasi, dapat muncul pada stadium awal HIV serta dapat dicegah melalui terapi pengobatan. Namun demikian restirasi TBC terhadap berbagai obat merupakan masalah potensial pada penyakit ini
Pada stadium awal infeksi HIV (jumlah CD4) 300 sel per Hl), TBC muncul sebagai penyakit paru-paru.
b. Penyakit Saluran Pencernaan Utama
· Esofagitis, adalah peradangan pada tenggorokan yaitu saluran makanan dari mulut ke lambung.
· Diare, diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi karena berbagai penyebab, antar alain infeksi bakteri dan parasit seperti : Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobacter, Escherictiacolli.
c. Penyakit Syaraf dan Kejiwaan
Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena gangguan pada syaraf (Neuropsychiatic Sequalae), yang disebabkan oleh infeksi organnisme atas sistim syaraf yang telah menjadi rentan atau sebagai akibat langsung dari penyakit itu sendiri.
Kompleks dimensia AIDS adalah penyakit penurunan kemampuan mental (dimensia) yang terjadi karena penurunan metabolisme sel otak yang disebabkan oleh HIV dan didorong pula terjadinya pengaktifan imun oleh magrofag dan mikroglia pada otak yang mengalami infeksi HIV, sehingga mengeluarkan Neurotoxin. Kerusakan syaraf yang spesifik tampak dalam bentuk ketidak normalan kognitif, perilaku, motorik, yang muncul bertahun-tahun setelah terinfeksi virus HIV.
d. Kanker dan Tumor Ganas (Malignan
Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki resiko yang lebih tinggi terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA yang menyebabkan mutasi genetik.
e. Infeksi Opportunistik lainnya.
B. Laporan Kasus
1. Kasus
Tn.A berobat dengan keluhan panas yang tidak turun-turun, diare berat sudah 1 bulan dan BB turun sejak 2 bulan yang lalu. Berbagai pemeriksaan sudah dilakukan dan pasien diduga menderita AIDS. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan adalah ELISA. Hasil pemeriksaan saat ini didapatkan klien mengeluh sesak dan batuk sehingga terpasang oksigen 2 lpm.
Analisa Kasus:
HIV merupakan virus penyebab Acquired Immuno Deficiensi Syndrom (AIDS). Virus ini memiliki kemampuan untuk mentransfer informasi genetik, mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut Reverse Transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses transkripsi dari DNA & RNA dan transflasi dari RNA ke Protein pada umumnya (Murma, et.al, 1999). Sedangkan AIDS adalah suatu kumpulan kondisi tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Virginia Macedolan, 2008). AIDS adalah berarti kumpulan gejala akibat kekurangan dan kelemahan sistem tubuh yang dibentuk setelahkita lahir (Depkes, 2007).
Dari kasus yang didapat, terlihat pasien mengalami sesak nafas disertai batuk yang diakibatkan oleh infeksi pada saluran pernafasannya. Hal tersebut membuat kondisi Tn.A semakin memburuk yang ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh (demam) dan berat badan Tn.A menurun. Selain itu, Tn.A juga mengalami infeksi pada saluran cerna yang ditandai dengan diare terus menerus + 10 kali per harinya.
Dengan adanya infeksi-infeksi tersebut dan berdasarkan teoritisnya jelaslah bahwa Tn.A mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga bakteri dan virus mudah menginfeksi dan dapat menyebabkan mudah sekali terserang penyakit.
Dengan adanya pemeriksaan dengan ELISA dapat memperkuat bahwa Tn.A mengalami penurunan kekebalan tubuh yang mengindikasikan bahwa Tn.A mengidap AIDS.
2. Pengkajian Tambahan
Pengkajian 11 Fungsional Gordon pada HIV/AIDS
1. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
a. Bagaimana gambaran kesehatan klien secara umum dan saat ini
b. Apa alasan klien dating ke RS dan apa harapan klien
c. Bagaimana gambaran klien terhadap sakit yang dideritanya
d. Apa penyebab dan penanganan apa yang dilakukan oleh klien sebelum dating ke RS
e. Bagaimana kepatuhan pengobatan klien
f. Bagaimana pencegahan/ tindakan yang dilakukan dalam menjaga kesehatan
g. Bagaimana gambaran kesehatan keluarga klien.
2. Nutrisi dan Metabolik
a. Bagaimana gambaran komposisi makanan klien
b. Bagaimana tipe dan intake cairan klien
c. Bagaimana kondisi nafsu makan, kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi nafsu makan klien
d. Apa makanan kesukaan klien
e. Bagaimana gambaran BB, TB klien dalam 6 bulan terakhir
3. Pola Eliminasi
a. Berapa kali klien BAB dan BAK per harinya
b. Apakah ada masalah dalam proses BAK/BAB
c. Apakah klien menggunakan alat bantu dalam buang air
d. Bagaimana gambaran pola defekasi dan miksi klien per harinya
e. Bagaimana bau badan, keringat klien
4. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Bagaimana gambaran tingkat aktivitas, kegiatan sehari-hari klien
b. Apakah ada kesulitan saat bernafas, kelemahan, batuk, nyeri
c. Apakah aktivitas klien dibantu orang lain, alat bantu, atau mandiri
d. Bagaimana gambaran kekuatan otot dan level fungsional klien
5. Pola Istirahat tidur
a. Berapa lama tidur klien di malam hari
b. Jam berapa tidur dan bangun klien
c. Apakah tidur klien terasa efektif atau tidak
d. Apakah ada kebiasaan sebelum tidur
e. Apakah klien mengalami kesulitan dalam tidur.
6. Pola Kognitif Persepsi
a. Bagaimana kemampuan menulis, membaca, berbicara, memahami, melihat, mendengar klien
b. Apakah ada keluhan pusing
c. Apakah klien merasa nyeri atau tidak dan bagaimana klien mengatasi nyerinya
7. Persepsi Diri-Konsep Diri
a. Bagaimana gambaran diri klien
b. Apakah ada kejadian yang mengubah gambaran diri klien
c. Apa yang menjadi beban pikiran bagi klien
d. Apakah klien sering marah, cemas, depresi, takut
8. Peran-Hubungan
a. Apakah klien mempunyai orang dekat
b. Apakah ada saling ketertarikan dan saling pengertian antar keluarga
c. Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik
d. Bagaimana keadaan keuangan klien
e. Apakah klien mempunyai kegiatan social sebelum masuk RS
9. Pola Seksualitas/ Reproduksi
a. Apakah kehidupan seksual klien aktif
b. Apakah klien menggunakan alat bantu/ pelindung
c. Apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan klien
10. Koping-Toleransi Stres
a. Bagaimana klien menghadapi stress atau masalah
b. Apakah klien mengkonsumsi obat-obatan untuk menghilangkan stresnya
c. Apakah ada tujuan dan harapan dimasa yang akan datang.
11. Nilai dan Kepercayaan
a. Apa agama/ kepercayaan yang klien anut
b. Bagaimana klien melakukan ibadahnya
c. Adakah nilai/kepercayaan pribadi yang mempengaruhi kehidupan klien
d. Apakah agama merupakan hal penting dalam hidup klien
Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, diantaranya:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Test Serologis
§ Test anti body serum, terdiri dari Skrining HIV dan ELISA
§ Test Blood Western : untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV
§ Penurunan Sel T Limfosit, jumlah Sel T4 helper, jumlah sel T8 dengan perbandingan 2 : 1 dengan sel T4
§ Peningkatan nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV)
§ Peningkatan kadar Ig 6, Ig M dan Ig 4
§ Reaksi rantai poly merase untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada sel perifer monoseluler serta tes DHS (pembungkus hepatitis B dan anti body, Siphilis (HIV mungkin positif).
b. Pemeriksaan Patologis, misalnya Serologi urine, darah, feases, cairan spina, luka, spotum dan secresi.
c. Test Neurologis, misalnya EEG, MRI, CT Scan otak, EMG
d. Test lainnya
Sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCU tahap lanjut atau adanya komplikasi lain. Test fungsi pulmonal untuk deteksi awal pneumonia interstisial, Scan gallium, biopsi, broncos copy.
2. Test Anti Body
a. Test ELISA
Untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.
b. Wetern Blot Asay / Indirect Flovorescent Antibody (IFA)
Untuk mengenali antibody HIV dan memastikan seropositifitas HIV.
c. Indirect Immunofloveresence
Sebagai pengganti pemeriksaan Western Blot untuk memastikan Seropositifitas.
d. Radio Immuno Precipitation Assay
Mendeteksi protein pada antibody.
3. WOC AIDS
Terlampir
4. Penatalaksanaan
4.1. Perawatan/ Terapi yang dilakukan untuk Tn A, diantaranya:
a. Pengendalian Infeksi Opportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi opportuniti.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik transcriptase.
c. Terapi Antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistim Immune dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya obat-obatan.
d. Vaksin dan rekkontruksi virus, vaksin yang digunakan adalah Interveron
e. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan Sel T dan mempercepat replikasi HIV.
f. Rehabilitasi, bertujuan untuk memberikan dukungan mental psikologis membantu mengubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang beresiko atau tidak beresiko.
g. Pendidikan, untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi immune.
4.2. Pengobatan
Contoh pengobatan yang diberikan yaitu Obat Anti Retro Virus (ARV) bekerja langsung menghadapi replikasi (penggandaan diri) HIV.
Tujuan utama terapi :
a. Penekanan jumlah virus secara maksimal dan terus menerus, mencegah atau mengembangkan fungsi imun
b. Memperbaiki kualitas hidup
c. Mengurangi morbilitas dan mortalitas akibat infeksi HIV.
4.3. Prognosis
Sulit sekali menduga apalagi menentukan perjalanan penyakit pada waktu diagnosis AIDS ditegakkan. Mortalitas mendekati 100 %. Pencegahan dengan menghilangkan atau mengurangi perilaku beresiko merupakan tindakan yang sangat penting untuk Tn.A.
5. Prosedur Diagnostik
Dasar dalam menegakkan diagnosa AIDS adalah :
1. Adanya HIV sebagai etiologi (melalui pemeriksaan laboratorium).
2. Adanya tanda-tanda Immunodeficiency.
3. Adanya gejala infeksi oportunistik.
Langkah langkah berikut untuk diagnosa infeksi HIV-AIDS:
1. Lakukan tanya jawab segala perihal gejala infeksi oportunistik juga gejala Kanker yang terkait dengan AIDS serta tanyakan pula mengenai Perilaku Resiko.
2. Telusuri Perilaku beresiko yang memungkinkan untuk terjadinya Penularan.
3. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda infeksi oportunistik dan kanker yang terkait, serta perhatikan perubahan kelenjar yang terjadi, pemeriksaan mulut, kulit dan funduskopi untuk melihat perubahan yang terjadi.
4. Pemeriksaan penunjang Laboratorium, limfosit Total, antibody HIV, Pemeriksaan Rontgen.
5. Bila hasil antibody POSITIF maka langkah selanjutnya adalah pemeriksaan KONFIRMASI dengan metode Westren Blot.
6. Bila hasil Westren Blot memberikan hasil POSITIF maka selanjut periksalah
a. Kadar CD4
b. PPD
c. Toksoplasma
d. Serologi CMV
e. Serologi STD
f. Hepatitis.
g. Pap smear.
7. Pemeriksaan Virus Load
Berikut beberapa contoh pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk penegakan diagnosa, diantaranya:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Test Serologis
§ Test anti body serum, terdiri dari Skrining HIV dan ELISA
§ Test Blood Western : untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV
§ Penurunan Sel T Limfosit, jumlah Sel T4 helper, jumlah sel T8 dengan perbandingan 2 : 1 dengan sel T4
§ Peningkatan nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV)
§ Peningkatan kadar Ig 6, Ig M dan Ig 4
§ Reaksi rantai poly merase untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada sel perifer monoseluler serta tes DHS (pembungkus hepatitis B dan anti body, Siphilis (HIV mungkin positif).
b. Pemeriksaan Patologis, misalnya Serologi urine, darah, feases, cairan spina, luka, spotum dan secresi.
c. Test Neurologis, misalnya EEG, MRI, CT Scan otak, EMG
d. Test lainnya
Sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCU tahap lanjut atau adanya komplikasi lain. Test fungsi pulmonal untuk deteksi awal pneumonia interstisial, Scan gallium, biopsi, broncos copy.
2. Test Anti Body
a. Test ELISA
Untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.
b. Wetern Blot Asay / Indirect Flovorescent Antibody (IFA)
Untuk mengenali antibody HIV dan memastikan seropositifitas HIV.
c. Indirect Immunofloveresence
Sebagai pengganti pemA. Landasan Teoritis Penyakit
1. Definisi HIV/AIDS
HIV adalah virus penyebab Acquired Immuno Deficiensi Syndrom (AIDS). Virus ini memiliki kemampuan untuk mentransfer informasi genetik, mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut Reverse Transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses transkripsi dari DNA & RNA dan transflasi dari RNA ke Protein pada umumnya (Murma, et.al, 1999). AIDS adalah suatu kumpulan kondisi tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Virginia Macedolan, 2008).
Kependekan dari :
Acquired : Didapat bukan dari keturunan
Immune : Terkait dengan sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome : Penyakit dengan kumpulan gejala.
Jadi AIDS adalah berarti kumpulan gejala akibat kekurangan dan kelemahan sistem tubuh yang dibentuk setelahkita lahir (Depkes, 2007).
AIDS adalah runtuhnya benteng pertahanan tubuh yaitu sistem kekebalan alamiah melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, yaitu hancurnya sel limposit T (Sel T). (Tombayong, 2002)
AIDS adalah penyakit defisiensi Imunitas akibat kehilangan kekebalan yang dapat mempermudah terkena berbagai infeksi seperti bakteri, jamur, parasit dan virus tertentu yang bersifat oportunistik (FKUI, 2003 : 354)
Berdasarkan hal tersebut maka penderita AIDS dimasyarakat digolongkan kedalam 2 kategori yaitu :
1. Penderita yang mengidap HIV dan telah menunjukkan gejala klinis (penderita AIDS positif).
2. Penderita yang mengidap HIV, tetapi belum menunjukkan gejala klinis (penderita AIDS negatif).
2. Etiologi
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV.
Muman Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut.
Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet. Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.
3. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda gejala-gejala (symptom) secara klinis pada seseorang penderita AIDS adalah diidentifikasi sulit karena symptomasi yang ditujukan pada umumnya adalah bermula dari gejala-gejala umum yang lazim didapati pada berbagai penderita penyakit lain, namun secara umum dapat kiranya dikemukakan sebagai berikut :
· Rasa lelah dan lesu
· Berat badan menurun secara drastis
· Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam
· Mencret dan kurang nafsu makan
· Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
· Pembengkakan leher dan lipatan paha
· Radang paru-paru
· Kanker kulit
Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS pada umumnya ada 2 hal antara lain tumor dan infeksi oportunistik :
1. Manifestadi tumor diantaranya;
a. Sarkoma kaposi ; kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Frekuensi kejadiannya 36-50% biasanya terjadi pada kelompok homoseksual, dan jarang terjadi pada heteroseksual serta jarang menjadi sebab kematian primer.
b. Limfoma ganas ; terjadi setelah sarkoma kaposi dan menyerang syaraf, dan bertahan kurang lebih 1 tahun.
2. Manifestasi Oportunistik diantaranya
2.1. Manifestasi pada Paru-paru
2.1.1. Pneumonia Pneumocystis (PCP)
Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru-paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan demam.
2.1.2. Cytomegalo Virus (CMV)
Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada paru-paru tetapi dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan penyebab kematian pada 30% penderita AIDS.
2.1.3. Mycobacterium Avilum
Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit disembuhkan.
2.1.4. Mycobacterium Tuberculosis
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan cepat menyebar ke organ lain diluar paru.
2.2. Manifestasi pada Gastroitestinal
Tidak ada nafsu makan, diare khronis, berat badan turun lebih 10% per bulan.
2.3. Manifestasi Neurologis
Sekitar 10% kasus AIDS nenunjukkan manifestasi Neurologis, yang biasanya timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan syaraf yang umum adalah ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati dan neuropari perifer.
4. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Test Serologis
§ Test anti body serum, terdiri dari Skrining HIV dan ELISA
§ Test Blood Western : untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV
§ Penurunan Sel T Limfosit, jumlah Sel T4 helper, jumlah sel T8 dengan perbandingan 2 : 1 dengan sel T4
§ Peningkatan nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV)
§ Peningkatan kadar Ig 6, Ig M dan Ig 4
§ Reaksi rantai poly merase untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada sel perifer monoseluler serta tes DHS (pembungkus hepatitis B dan anti body, Siphilis (HIV mungkin positif).
b. Pemeriksaan Patologis, misalnya Serologi urine, darah, feases, cairan spina, luka, spotum dan secresi.
c. Test Neurologis, misalnya EEG, MRI, CT Scan otak, EMG
d. Test lainnya
Sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCU tahap lanjut atau adanya komplikasi lain. Test fungsi pulmonal untuk deteksi awal pneumonia interstisial, Scan gallium, biopsi, broncos copy.
2. Test Anti Body
a. Test ELISA
Untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.
b. Wetern Blot Asay / Indirect Flovorescent Antibody (IFA)
Untuk mengenali antibody HIV dan memastikan seropositifitas HIV.
c. Indirect Immunofloveresence
Sebagai pengganti pemeriksaan Western Blot untuk memastikan Seropositifitas.
d. Radio Immuno Precipitation Assay
Mendeteksi protein pada antibody.
5. Penatalaksaan Medis dan Keperawatan
a. Penatalaksanaan Medis
Contoh pengobatan yang diberikan yaitu Obat Anti Retro Virus (ARV) bekerja langsung menghadapi replikasi (penggandaan diri) HIV.
Tujuan utama terapi :
a. Penekanan jumlah virus secara maksimal dan terus menerus, mencegah atau mengembangkan fungsi imun
b. Memperbaiki kualitas hidup
c. Mengurangi morbilitas dan mortalitas akibat infeksi HIV.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
§ Pengendalian Infeksi Opportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi opportuniti.
§ Terapi AZT (Azidotimidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik transcriptase.
§ Terapi Antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistim Immune dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya obat-obatan.
§ Vaksin dan rekkontruksi virus, vaksin yang digunakan adalah Interveron
§ Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan Sel T dan mempercepat replikasi HIV.
§ Rehabilitasi, bertujuan untuk memberikan dukungan mental psikologis membantu mengubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang beresiko atau tidak beresiko.
§ Pendidikan, untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi immune.
6. Komplikasi
a. Penyakit Paru-Paru Utama
· Pneumonia Pneumocystis, penyebab penyakit ini adalah fungsi Pneumocystis Jiro Vecii.
· TBC, merupakan infeksi unik diantara infeksi-infeksi lainnya yang terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada orang-orang sehat (Immunokompoten) melalui rute pernafasan (respirasi). Ia dapat dengan mudah ditangi bila telah diidentifikasi, dapat muncul pada stadium awal HIV serta dapat dicegah melalui terapi pengobatan. Namun demikian restirasi TBC terhadap berbagai obat merupakan masalah potensial pada penyakit ini
Pada stadium awal infeksi HIV (jumlah CD4) 300 sel per Hl), TBC muncul sebagai penyakit paru-paru.
b. Penyakit Saluran Pencernaan Utama
· Esofagitis, adalah peradangan pada tenggorokan yaitu saluran makanan dari mulut ke lambung.
· Diare, diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi karena berbagai penyebab, antar alain infeksi bakteri dan parasit seperti : Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobacter, Escherictiacolli.
c. Penyakit Syaraf dan Kejiwaan
Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena gangguan pada syaraf (Neuropsychiatic Sequalae), yang disebabkan oleh infeksi organnisme atas sistim syaraf yang telah menjadi rentan atau sebagai akibat langsung dari penyakit itu sendiri.
Kompleks dimensia AIDS adalah penyakit penurunan kemampuan mental (dimensia) yang terjadi karena penurunan metabolisme sel otak yang disebabkan oleh HIV dan didorong pula terjadinya pengaktifan imun oleh magrofag dan mikroglia pada otak yang mengalami infeksi HIV, sehingga mengeluarkan Neurotoxin. Kerusakan syaraf yang spesifik tampak dalam bentuk ketidak normalan kognitif, perilaku, motorik, yang muncul bertahun-tahun setelah terinfeksi virus HIV.
d. Kanker dan Tumor Ganas (Malignan
Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki resiko yang lebih tinggi terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA yang menyebabkan mutasi genetik.
e. Infeksi Opportunistik lainnya.
B. Laporan Kasus
1. Kasus
Tn.A berobat dengan keluhan panas yang tidak turun-turun, diare berat sudah 1 bulan dan BB turun sejak 2 bulan yang lalu. Berbagai pemeriksaan sudah dilakukan dan pasien diduga menderita AIDS. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan adalah ELISA. Hasil pemeriksaan saat ini didapatkan klien mengeluh sesak dan batuk sehingga terpasang oksigen 2 lpm.
Analisa Kasus:
HIV merupakan virus penyebab Acquired Immuno Deficiensi Syndrom (AIDS). Virus ini memiliki kemampuan untuk mentransfer informasi genetik, mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut Reverse Transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses transkripsi dari DNA & RNA dan transflasi dari RNA ke Protein pada umumnya (Murma, et.al, 1999). Sedangkan AIDS adalah suatu kumpulan kondisi tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Virginia Macedolan, 2008). AIDS adalah berarti kumpulan gejala akibat kekurangan dan kelemahan sistem tubuh yang dibentuk setelahkita lahir (Depkes, 2007).
Dari kasus yang didapat, terlihat pasien mengalami sesak nafas disertai batuk yang diakibatkan oleh infeksi pada saluran pernafasannya. Hal tersebut membuat kondisi Tn.A semakin memburuk yang ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh (demam) dan berat badan Tn.A menurun. Selain itu, Tn.A juga mengalami infeksi pada saluran cerna yang ditandai dengan diare terus menerus + 10 kali per harinya.
Dengan adanya infeksi-infeksi tersebut dan berdasarkan teoritisnya jelaslah bahwa Tn.A mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga bakteri dan virus mudah menginfeksi dan dapat menyebabkan mudah sekali terserang penyakit.
Dengan adanya pemeriksaan dengan ELISA dapat memperkuat bahwa Tn.A mengalami penurunan kekebalan tubuh yang mengindikasikan bahwa Tn.A mengidap AIDS.
2. Pengkajian Tambahan
Pengkajian 11 Fungsional Gordon pada HIV/AIDS
1. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
a. Bagaimana gambaran kesehatan klien secara umum dan saat ini
b. Apa alasan klien dating ke RS dan apa harapan klien
c. Bagaimana gambaran klien terhadap sakit yang dideritanya
d. Apa penyebab dan penanganan apa yang dilakukan oleh klien sebelum dating ke RS
e. Bagaimana kepatuhan pengobatan klien
f. Bagaimana pencegahan/ tindakan yang dilakukan dalam menjaga kesehatan
g. Bagaimana gambaran kesehatan keluarga klien.
2. Nutrisi dan Metabolik
a. Bagaimana gambaran komposisi makanan klien
b. Bagaimana tipe dan intake cairan klien
c. Bagaimana kondisi nafsu makan, kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi nafsu makan klien
d. Apa makanan kesukaan klien
e. Bagaimana gambaran BB, TB klien dalam 6 bulan terakhir
3. Pola Eliminasi
a. Berapa kali klien BAB dan BAK per harinya
b. Apakah ada masalah dalam proses BAK/BAB
c. Apakah klien menggunakan alat bantu dalam buang air
d. Bagaimana gambaran pola defekasi dan miksi klien per harinya
e. Bagaimana bau badan, keringat klien
4. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Bagaimana gambaran tingkat aktivitas, kegiatan sehari-hari klien
b. Apakah ada kesulitan saat bernafas, kelemahan, batuk, nyeri
c. Apakah aktivitas klien dibantu orang lain, alat bantu, atau mandiri
d. Bagaimana gambaran kekuatan otot dan level fungsional klien
5. Pola Istirahat tidur
a. Berapa lama tidur klien di malam hari
b. Jam berapa tidur dan bangun klien
c. Apakah tidur klien terasa efektif atau tidak
d. Apakah ada kebiasaan sebelum tidur
e. Apakah klien mengalami kesulitan dalam tidur.
6. Pola Kognitif Persepsi
a. Bagaimana kemampuan menulis, membaca, berbicara, memahami, melihat, mendengar klien
b. Apakah ada keluhan pusing
c. Apakah klien merasa nyeri atau tidak dan bagaimana klien mengatasi nyerinya
7. Persepsi Diri-Konsep Diri
a. Bagaimana gambaran diri klien
b. Apakah ada kejadian yang mengubah gambaran diri klien
c. Apa yang menjadi beban pikiran bagi klien
d. Apakah klien sering marah, cemas, depresi, takut
8. Peran-Hubungan
a. Apakah klien mempunyai orang dekat
b. Apakah ada saling ketertarikan dan saling pengertian antar keluarga
c. Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik
d. Bagaimana keadaan keuangan klien
e. Apakah klien mempunyai kegiatan social sebelum masuk RS
9. Pola Seksualitas/ Reproduksi
a. Apakah kehidupan seksual klien aktif
b. Apakah klien menggunakan alat bantu/ pelindung
c. Apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan klien
10. Koping-Toleransi Stres
a. Bagaimana klien menghadapi stress atau masalah
b. Apakah klien mengkonsumsi obat-obatan untuk menghilangkan stresnya
c. Apakah ada tujuan dan harapan dimasa yang akan datang.
11. Nilai dan Kepercayaan
a. Apa agama/ kepercayaan yang klien anut
b. Bagaimana klien melakukan ibadahnya
c. Adakah nilai/kepercayaan pribadi yang mempengaruhi kehidupan klien
d. Apakah agama merupakan hal penting dalam hidup klien
Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, diantaranya:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Test Serologis
§ Test anti body serum, terdiri dari Skrining HIV dan ELISA
§ Test Blood Western : untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV
§ Penurunan Sel T Limfosit, jumlah Sel T4 helper, jumlah sel T8 dengan perbandingan 2 : 1 dengan sel T4
§ Peningkatan nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV)
§ Peningkatan kadar Ig 6, Ig M dan Ig 4
§ Reaksi rantai poly merase untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada sel perifer monoseluler serta tes DHS (pembungkus hepatitis B dan anti body, Siphilis (HIV mungkin positif).
b. Pemeriksaan Patologis, misalnya Serologi urine, darah, feases, cairan spina, luka, spotum dan secresi.
c. Test Neurologis, misalnya EEG, MRI, CT Scan otak, EMG
d. Test lainnya
Sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCU tahap lanjut atau adanya komplikasi lain. Test fungsi pulmonal untuk deteksi awal pneumonia interstisial, Scan gallium, biopsi, broncos copy.
2. Test Anti Body
a. Test ELISA
Untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.
b. Wetern Blot Asay / Indirect Flovorescent Antibody (IFA)
Untuk mengenali antibody HIV dan memastikan seropositifitas HIV.
c. Indirect Immunofloveresence
Sebagai pengganti pemeriksaan Western Blot untuk memastikan Seropositifitas.
d. Radio Immuno Precipitation Assay
Mendeteksi protein pada antibody.
3 Penatalaksanaan
4.1. Perawatan/ Terapi yang dilakukan untuk Tn A, diantaranya:
a. Pengendalian Infeksi Opportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi opportuniti.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik transcriptase.
c. Terapi Antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistim Immune dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya obat-obatan.
d. Vaksin dan rekkontruksi virus, vaksin yang digunakan adalah Interveron
e. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan Sel T dan mempercepat replikasi HIV.
f. Rehabilitasi, bertujuan untuk memberikan dukungan mental psikologis membantu mengubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang beresiko atau tidak beresiko.
g. Pendidikan, untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi immune.
4.2. Pengobatan
Contoh pengobatan yang diberikan yaitu Obat Anti Retro Virus (ARV) bekerja langsung menghadapi replikasi (penggandaan diri) HIV.
Tujuan utama terapi :
a. Penekanan jumlah virus secara maksimal dan terus menerus, mencegah atau mengembangkan fungsi imun
b. Memperbaiki kualitas hidup
c. Mengurangi morbilitas dan mortalitas akibat infeksi HIV.
4.3. Prognosis
Sulit sekali menduga apalagi menentukan perjalanan penyakit pada waktu diagnosis AIDS ditegakkan. Mortalitas mendekati 100 %. Pencegahan dengan menghilangkan atau mengurangi perilaku beresiko merupakan tindakan yang sangat penting untuk Tn.A.
5. Prosedur Diagnostik
Dasar dalam menegakkan diagnosa AIDS adalah :
1. Adanya HIV sebagai etiologi (melalui pemeriksaan laboratorium).
2. Adanya tanda-tanda Immunodeficiency.
3. Adanya gejala infeksi oportunistik.
Langkah langkah berikut untuk diagnosa infeksi HIV-AIDS:
1. Lakukan tanya jawab segala perihal gejala infeksi oportunistik juga gejala Kanker yang terkait dengan AIDS serta tanyakan pula mengenai Perilaku Resiko.
2. Telusuri Perilaku beresiko yang memungkinkan untuk terjadinya Penularan.
3. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda infeksi oportunistik dan kanker yang terkait, serta perhatikan perubahan kelenjar yang terjadi, pemeriksaan mulut, kulit dan funduskopi untuk melihat perubahan yang terjadi.
4. Pemeriksaan penunjang Laboratorium, limfosit Total, antibody HIV, Pemeriksaan Rontgen.
5. Bila hasil antibody POSITIF maka langkah selanjutnya adalah pemeriksaan KONFIRMASI dengan metode Westren Blot.
6. Bila hasil Westren Blot memberikan hasil POSITIF maka selanjut periksalah
a. Kadar CD4
b. PPD
c. Toksoplasma
d. Serologi CMV
e. Serologi STD
f. Hepatitis.
g. Pap smear.
7. Pemeriksaan Virus Load
Berikut beberapa contoh pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk penegakan diagnosa, diantaranya:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Test Serologis
§ Test anti body serum, terdiri dari Skrining HIV dan ELISA
§ Test Blood Western : untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV
§ Penurunan Sel T Limfosit, jumlah Sel T4 helper, jumlah sel T8 dengan perbandingan 2 : 1 dengan sel T4
§ Peningkatan nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV)
§ Peningkatan kadar Ig 6, Ig M dan Ig 4
§ Reaksi rantai poly merase untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada sel perifer monoseluler serta tes DHS (pembungkus hepatitis B dan anti body, Siphilis (HIV mungkin positif).
b. Pemeriksaan Patologis, misalnya Serologi urine, darah, feases, cairan spina, luka, spotum dan secresi.
c. Test Neurologis, misalnya EEG, MRI, CT Scan otak, EMG
d. Test lainnya
Sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCU tahap lanjut atau adanya komplikasi lain. Test fungsi pulmonal untuk deteksi awal pneumonia interstisial, Scan gallium, biopsi, broncos copy.
2. Test Anti Body
a. Test ELISA
Untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.
b. Wetern Blot Asay / Indirect Flovorescent Antibody (IFA)
Untuk mengenali antibody HIV dan memastikan seropositifitas HIV.
c. Indirect Immunofloveresence
Sebagai pengganti pemeriksaan Western Blot untuk memastikan Seropositifitas.
d. Radio Immuno Precipitation Assay
Mendeteksi protein pada A. Landasan
Teoritis Penyakit
1. Definisi
HIV/AIDS
HIV adalah virus
penyebab Acquired Immuno Deficiensi Syndrom (AIDS). Virus ini memiliki
kemampuan untuk mentransfer informasi genetik, mereka dari RNA ke DNA dengan
menggunakan enzim yang disebut Reverse Transcriptase, yang merupakan kebalikan
dari proses transkripsi dari DNA & RNA dan transflasi dari RNA ke Protein
pada umumnya (Murma, et.al, 1999). AIDS adalah suatu kumpulan kondisi tertentu
yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Virginia Macedolan, 2008).
Kependekan dari
:
Acquired : Didapat bukan dari keturunan
Immune : Terkait dengan sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome
: Penyakit dengan kumpulan gejala.
Jadi AIDS adalah
berarti kumpulan gejala akibat kekurangan
dan kelemahan sistem tubuh yang dibentuk setelahkita lahir (Depkes, 2007).
AIDS adalah runtuhnya benteng pertahanan tubuh yaitu
sistem kekebalan alamiah melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, yaitu
hancurnya sel limposit T (Sel T). (Tombayong, 2002)
AIDS adalah penyakit defisiensi Imunitas akibat
kehilangan kekebalan yang dapat mempermudah terkena berbagai infeksi seperti
bakteri, jamur, parasit dan virus tertentu yang bersifat oportunistik
(FKUI, 2003 : 354)
Berdasarkan hal
tersebut maka penderita AIDS dimasyarakat digolongkan kedalam 2 kategori yaitu
:
1.
Penderita
yang mengidap HIV dan telah menunjukkan gejala klinis (penderita AIDS positif).
2.
Penderita
yang mengidap HIV, tetapi belum menunjukkan gejala klinis (penderita AIDS
negatif).
2. Etiologi
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong
Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama
kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983
dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika
Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan
internasional pada tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV.
Muman Immunodeficiency Virus adalah sejenis
Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak
dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus
ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang
disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti
retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif.
Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious
yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita
tersebut.
Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar
yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk
silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce
transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid
dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit
(T4) yang rentan. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan
kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti
air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai disinfektan
seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi telatif
resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet. Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah mati
diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel
glia jaringan otak.
3. Manifestasi
Klinis
Tanda-tanda gejala-gejala (symptom) secara klinis
pada seseorang penderita AIDS adalah diidentifikasi sulit karena symptomasi
yang ditujukan pada umumnya adalah bermula dari gejala-gejala umum yang lazim
didapati pada berbagai penderita penyakit lain, namun secara umum dapat kiranya
dikemukakan sebagai berikut :
·
Rasa
lelah dan lesu
·
Berat
badan menurun secara drastis
·
Demam
yang sering dan berkeringat diwaktu malam
·
Mencret
dan kurang nafsu makan
·
Bercak-bercak
putih di lidah dan di dalam mulut
·
Pembengkakan
leher dan lipatan paha
·
Radang
paru-paru
·
Kanker
kulit
Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS pada
umumnya ada 2 hal antara lain tumor dan infeksi oportunistik :
1.
Manifestadi tumor diantaranya;
a.
Sarkoma kaposi ; kanker pada
semua bagian kulit dan organ tubuh. Frekuensi kejadiannya 36-50% biasanya
terjadi pada kelompok homoseksual, dan jarang terjadi pada heteroseksual serta
jarang menjadi sebab kematian primer.
b.
Limfoma ganas ; terjadi setelah
sarkoma kaposi dan menyerang syaraf, dan bertahan kurang lebih 1 tahun.
2.
Manifestasi Oportunistik diantaranya
2.1.
Manifestasi pada Paru-paru
2.1.1.
Pneumonia Pneumocystis (PCP)
Pada
umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru-paru PCP
dengan gejala sesak nafas, batuk kering,
sakit bernafas dalam dan demam.
2.1.2.
Cytomegalo Virus (CMV)
Pada
manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada paru-paru tetapi dapat
menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan penyebab kematian pada 30% penderita
AIDS.
2.1.3.
Mycobacterium Avilum
Menimbulkan
pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit disembuhkan.
2.1.4.
Mycobacterium Tuberculosis
Biasanya
timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan cepat menyebar ke organ
lain diluar paru.
2.2.
Manifestasi pada Gastroitestinal
Tidak ada nafsu makan, diare khronis, berat badan
turun lebih 10% per bulan.
2.3. Manifestasi Neurologis
Sekitar 10% kasus AIDS nenunjukkan manifestasi
Neurologis, yang biasanya timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan syaraf yang
umum adalah ensefalitis, meningitis,
demensia, mielopati dan neuropari perifer.
4. Pemeriksaan
Penunjang dan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Test Serologis
§ Test anti body serum, terdiri dari
Skrining HIV dan ELISA
§ Test Blood Western : untuk
mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV
§ Penurunan Sel T Limfosit, jumlah Sel
T4 helper, jumlah sel T8 dengan perbandingan 2 : 1 dengan sel T4
§ Peningkatan nilai kuantitatif P24
(protein pembungkus HIV)
§ Peningkatan kadar Ig 6, Ig M dan Ig
4
§ Reaksi rantai poly merase untuk
mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada sel perifer monoseluler serta
tes DHS (pembungkus hepatitis B dan anti body, Siphilis (HIV mungkin positif).
b. Pemeriksaan Patologis, misalnya
Serologi urine, darah, feases, cairan spina, luka, spotum dan secresi.
c. Test Neurologis, misalnya EEG, MRI,
CT Scan otak, EMG
d. Test lainnya
Sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial
dari PCU tahap lanjut atau adanya komplikasi lain. Test fungsi pulmonal untuk
deteksi awal pneumonia interstisial, Scan gallium, biopsi, broncos copy.
2.
Test Anti Body
a. Test ELISA
Untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah
terinfeksi HIV.
b. Wetern Blot Asay / Indirect
Flovorescent Antibody (IFA)
Untuk mengenali antibody HIV dan memastikan seropositifitas
HIV.
c. Indirect Immunofloveresence
Sebagai pengganti pemeriksaan Western Blot untuk memastikan
Seropositifitas.
d. Radio Immuno Precipitation Assay
Mendeteksi protein pada antibody.
5.
Penatalaksaan Medis dan Keperawatan
a. Penatalaksanaan Medis
Contoh
pengobatan yang diberikan yaitu Obat Anti Retro Virus (ARV) bekerja langsung
menghadapi replikasi (penggandaan diri) HIV.
Tujuan utama terapi :
a. Penekanan jumlah virus secara
maksimal dan terus menerus, mencegah atau mengembangkan fungsi imun
b. Memperbaiki kualitas hidup
c. Mengurangi morbilitas dan mortalitas
akibat infeksi HIV.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
§
Pengendalian Infeksi Opportunistik
Bertujuan menghilangkan,
mengendalikan dan pemulihan infeksi opportuniti.
§ Terapi AZT (Azidotimidin)
Obat ini menghambat replikasi
antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik transcriptase.
§ Terapi Antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistim
Immune dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi
virus pada prosesnya obat-obatan.
§ Vaksin dan rekkontruksi virus,
vaksin yang digunakan adalah Interveron
§ Menghindari infeksi lain, karena
infeksi dapat mengaktifkan Sel T dan mempercepat replikasi HIV.
§ Rehabilitasi, bertujuan untuk memberikan dukungan mental
psikologis membantu mengubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang
beresiko atau tidak beresiko.
§ Pendidikan, untuk menghindari alkohol dan obat terlarang,
makan makanan sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang
mengganggu fungsi immune.
6. Komplikasi
a. Penyakit Paru-Paru Utama
· Pneumonia Pneumocystis, penyebab
penyakit ini adalah fungsi Pneumocystis Jiro Vecii.
· TBC, merupakan infeksi unik diantara
infeksi-infeksi lainnya yang terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada
orang-orang sehat (Immunokompoten) melalui rute pernafasan (respirasi). Ia
dapat dengan mudah ditangi bila telah diidentifikasi, dapat muncul pada stadium
awal HIV serta dapat dicegah melalui terapi pengobatan. Namun demikian
restirasi TBC terhadap berbagai obat merupakan masalah potensial pada
penyakit ini
Pada
stadium awal infeksi HIV (jumlah CD4) 300 sel per Hl), TBC
muncul sebagai penyakit paru-paru.
b. Penyakit Saluran Pencernaan Utama
· Esofagitis, adalah peradangan pada tenggorokan yaitu saluran
makanan dari mulut ke lambung.
· Diare, diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi
karena berbagai penyebab, antar alain infeksi bakteri dan parasit seperti : Salmonella,
Shigella, Listeria, Kampilobacter, Escherictiacolli.
c. Penyakit Syaraf dan Kejiwaan
Infeksi
HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena gangguan pada syaraf
(Neuropsychiatic Sequalae), yang disebabkan oleh infeksi organnisme atas sistim
syaraf yang telah menjadi rentan atau sebagai akibat langsung dari penyakit itu
sendiri.
Kompleks
dimensia AIDS adalah penyakit penurunan
kemampuan mental (dimensia) yang terjadi karena penurunan metabolisme sel otak
yang disebabkan oleh HIV dan didorong pula terjadinya pengaktifan imun oleh
magrofag dan mikroglia pada otak yang mengalami infeksi HIV, sehingga
mengeluarkan Neurotoxin. Kerusakan syaraf yang spesifik tampak dalam bentuk
ketidak normalan kognitif, perilaku, motorik, yang muncul bertahun-tahun
setelah terinfeksi virus HIV.
d. Kanker dan Tumor Ganas (Malignan
Pasien dengan infeksi HIV pada
dasarnya memiliki resiko yang lebih tinggi terjadinya beberapa kanker. Hal ini
karena infeksi oleh virus DNA yang menyebabkan mutasi genetik.
e. Infeksi Opportunistik lainnya.
B. Laporan
Kasus
1. Kasus
Tn.A
berobat dengan keluhan panas yang tidak turun-turun, diare berat sudah 1 bulan
dan BB turun sejak 2 bulan yang lalu. Berbagai pemeriksaan sudah dilakukan dan
pasien diduga menderita AIDS. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan adalah
ELISA. Hasil pemeriksaan saat ini didapatkan klien mengeluh sesak dan batuk
sehingga terpasang oksigen 2 lpm.
Analisa
Kasus:
HIV
merupakan virus penyebab Acquired Immuno Deficiensi Syndrom (AIDS).
Virus ini memiliki kemampuan untuk mentransfer informasi genetik, mereka dari
RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut Reverse Transcriptase, yang
merupakan kebalikan dari proses transkripsi dari DNA & RNA dan transflasi
dari RNA ke Protein pada umumnya (Murma, et.al, 1999). Sedangkan AIDS adalah
suatu kumpulan kondisi tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh
HIV (Virginia Macedolan, 2008). AIDS adalah berarti kumpulan gejala akibat
kekurangan dan kelemahan sistem tubuh yang dibentuk setelahkita lahir (Depkes,
2007).
Dari
kasus yang didapat, terlihat pasien mengalami sesak nafas disertai batuk yang
diakibatkan oleh infeksi pada saluran pernafasannya. Hal tersebut membuat
kondisi Tn.A semakin memburuk yang ditandai dengan adanya peningkatan suhu
tubuh (demam) dan berat badan Tn.A menurun. Selain itu, Tn.A juga mengalami
infeksi pada saluran cerna yang ditandai dengan diare terus menerus + 10
kali per harinya.
Dengan
adanya infeksi-infeksi tersebut dan berdasarkan teoritisnya jelaslah bahwa Tn.A
mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga bakteri dan virus mudah
menginfeksi dan dapat menyebabkan mudah sekali terserang penyakit.
Dengan
adanya pemeriksaan dengan ELISA dapat memperkuat bahwa Tn.A mengalami penurunan
kekebalan tubuh yang mengindikasikan bahwa Tn.A mengidap AIDS.
2. Pengkajian Tambahan
Pengkajian
11 Fungsional Gordon pada HIV/AIDS
1. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
a. Bagaimana gambaran kesehatan klien
secara umum dan saat ini
b. Apa alasan klien dating ke RS dan apa
harapan klien
c. Bagaimana gambaran klien terhadap sakit
yang dideritanya
d. Apa penyebab dan penanganan apa yang
dilakukan oleh klien sebelum dating ke RS
e. Bagaimana kepatuhan pengobatan klien
f. Bagaimana pencegahan/ tindakan yang
dilakukan dalam menjaga kesehatan
g. Bagaimana gambaran kesehatan keluarga
klien.
2. Nutrisi dan Metabolik
a. Bagaimana gambaran komposisi makanan
klien
b. Bagaimana tipe dan intake cairan klien
c. Bagaimana kondisi nafsu makan, kesulitan
dan keluhan yang mempengaruhi nafsu makan klien
d. Apa makanan kesukaan klien
e. Bagaimana gambaran BB, TB klien dalam 6
bulan terakhir
3. Pola Eliminasi
a. Berapa kali klien BAB dan BAK per
harinya
b. Apakah ada masalah dalam proses BAK/BAB
c. Apakah klien menggunakan alat bantu
dalam buang air
d. Bagaimana gambaran pola defekasi dan
miksi klien per harinya
e. Bagaimana bau badan, keringat klien
4. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Bagaimana gambaran tingkat aktivitas,
kegiatan sehari-hari klien
b. Apakah ada kesulitan saat bernafas,
kelemahan, batuk, nyeri
c. Apakah aktivitas klien dibantu orang
lain, alat bantu, atau mandiri
d. Bagaimana gambaran kekuatan otot dan
level fungsional klien
5. Pola Istirahat tidur
a. Berapa lama tidur klien di malam hari
b. Jam berapa tidur dan bangun klien
c. Apakah tidur klien terasa efektif atau
tidak
d. Apakah ada kebiasaan sebelum tidur
e. Apakah klien mengalami kesulitan dalam
tidur.
6. Pola Kognitif Persepsi
a. Bagaimana kemampuan menulis, membaca,
berbicara, memahami, melihat, mendengar klien
b. Apakah ada keluhan pusing
c. Apakah klien merasa nyeri atau tidak dan
bagaimana klien mengatasi nyerinya
7. Persepsi
Diri-Konsep Diri
a. Bagaimana
gambaran diri klien
b. Apakah ada
kejadian yang mengubah gambaran diri klien
c. Apa yang
menjadi beban pikiran bagi klien
d. Apakah
klien sering marah, cemas, depresi, takut
8.
Peran-Hubungan
a.
Apakah klien mempunyai orang dekat
b.
Apakah ada saling ketertarikan dan
saling pengertian antar keluarga
c.
Bagaimana dalam pengambilan
keputusan dan penyelesaian konflik
d.
Bagaimana keadaan keuangan klien
e.
Apakah klien mempunyai kegiatan
social sebelum masuk RS
9. Pola
Seksualitas/ Reproduksi
a. Apakah
kehidupan seksual klien aktif
b. Apakah
klien menggunakan alat bantu/ pelindung
c. Apakah
klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan klien
10.
Koping-Toleransi Stres
a.
Bagaimana klien menghadapi stress
atau masalah
b.
Apakah klien mengkonsumsi
obat-obatan untuk menghilangkan stresnya
c.
Apakah ada tujuan dan harapan
dimasa yang akan datang.
11.
Nilai dan Kepercayaan
a.
Apa agama/ kepercayaan yang klien
anut
b.
Bagaimana klien melakukan ibadahnya
c.
Adakah nilai/kepercayaan pribadi
yang mempengaruhi kehidupan klien
d.
Apakah agama merupakan hal penting
dalam hidup klien
Selain
itu juga dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, diantaranya:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Test Serologis
§ Test anti body serum, terdiri dari
Skrining HIV dan ELISA
§ Test Blood Western : untuk
mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV
§ Penurunan Sel T Limfosit, jumlah Sel
T4 helper, jumlah sel T8 dengan perbandingan 2 : 1 dengan sel T4
§ Peningkatan nilai kuantitatif P24
(protein pembungkus HIV)
§ Peningkatan kadar Ig 6, Ig M dan Ig
4
§ Reaksi rantai poly merase untuk
mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada sel perifer monoseluler serta
tes DHS (pembungkus hepatitis B dan anti body, Siphilis (HIV mungkin positif).
b. Pemeriksaan Patologis, misalnya
Serologi urine, darah, feases, cairan spina, luka, spotum dan secresi.
c. Test Neurologis, misalnya EEG, MRI,
CT Scan otak, EMG
d. Test lainnya
Sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial
dari PCU tahap lanjut atau adanya komplikasi lain. Test fungsi pulmonal untuk
deteksi awal pneumonia interstisial, Scan gallium, biopsi, broncos copy.
2. Test Anti Body
a. Test ELISA
Untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah
terinfeksi HIV.
b. Wetern Blot Asay / Indirect
Flovorescent Antibody (IFA)
Untuk mengenali antibody HIV dan memastikan seropositifitas
HIV.
c. Indirect Immunofloveresence
Sebagai pengganti pemeriksaan Western Blot untuk memastikan
Seropositifitas.
d. Radio Immuno Precipitation Assay
Mendeteksi protein pada antibody.
3. WOC AIDS
Terlampir
4. Penatalaksanaan
4.1.
Perawatan/ Terapi yang dilakukan untuk Tn A, diantaranya:
a. Pengendalian Infeksi Opportunistik
Bertujuan menghilangkan,
mengendalikan dan pemulihan infeksi opportuniti.
b.
Terapi AZT (Azidotimidin)
Obat ini menghambat replikasi
antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik transcriptase.
c.
Terapi Antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistim
Immune dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi
virus pada prosesnya obat-obatan.
d.
Vaksin dan rekkontruksi virus, vaksin yang digunakan adalah Interveron
e.
Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan
Sel T dan mempercepat replikasi HIV.
f.
Rehabilitasi, bertujuan untuk memberikan dukungan mental psikologis
membantu mengubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang beresiko atau
tidak beresiko.
g.
Pendidikan, untuk menghindari alkohol dan obat terlarang,
makan makanan sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang
mengganggu fungsi immune.
4.2.
Pengobatan
Contoh
pengobatan yang diberikan yaitu Obat Anti Retro Virus (ARV) bekerja langsung
menghadapi replikasi (penggandaan diri) HIV.
Tujuan
utama terapi :
a. Penekanan jumlah virus secara
maksimal dan terus menerus, mencegah atau mengembangkan fungsi imun
b. Memperbaiki kualitas hidup
c. Mengurangi morbilitas dan mortalitas
akibat infeksi HIV.
4.3.
Prognosis
Sulit
sekali menduga apalagi menentukan perjalanan penyakit pada waktu diagnosis AIDS
ditegakkan. Mortalitas mendekati 100 %. Pencegahan dengan menghilangkan atau
mengurangi perilaku beresiko merupakan tindakan yang sangat penting untuk Tn.A.
5. Prosedur Diagnostik
Dasar dalam menegakkan diagnosa AIDS
adalah :
1.
Adanya HIV sebagai etiologi (melalui pemeriksaan
laboratorium).
2.
Adanya tanda-tanda Immunodeficiency.
3.
Adanya gejala infeksi oportunistik.
Langkah langkah berikut untuk diagnosa
infeksi HIV-AIDS:
1.
Lakukan tanya jawab segala perihal gejala infeksi
oportunistik juga gejala Kanker yang terkait dengan AIDS serta tanyakan pula mengenai
Perilaku Resiko.
2.
Telusuri Perilaku beresiko yang memungkinkan untuk
terjadinya Penularan.
3.
Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda infeksi
oportunistik dan kanker yang terkait, serta perhatikan perubahan kelenjar yang
terjadi, pemeriksaan mulut, kulit dan funduskopi untuk melihat perubahan yang
terjadi.
4.
Pemeriksaan penunjang Laboratorium, limfosit Total, antibody
HIV, Pemeriksaan Rontgen.
5.
Bila hasil antibody POSITIF maka langkah selanjutnya adalah
pemeriksaan KONFIRMASI dengan metode Westren Blot.
6.
Bila hasil Westren Blot memberikan hasil POSITIF maka
selanjut periksalah
a.
Kadar CD4
b.
PPD
c.
Toksoplasma
d.
Serologi CMV
e.
Serologi STD
f.
Hepatitis.
g.
Pap smear.
7.
Pemeriksaan Virus Load
Berikut beberapa contoh pemeriksaan
penunjang yang dilakukan untuk penegakan diagnosa, diantaranya:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Test Serologis
§ Test anti body serum, terdiri dari
Skrining HIV dan ELISA
§ Test Blood Western : untuk
mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV
§ Penurunan Sel T Limfosit, jumlah Sel
T4 helper, jumlah sel T8 dengan perbandingan 2 : 1 dengan sel T4
§ Peningkatan nilai kuantitatif P24
(protein pembungkus HIV)
§ Peningkatan kadar Ig 6, Ig M dan Ig
4
§ Reaksi rantai poly merase untuk
mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada sel perifer monoseluler serta
tes DHS (pembungkus hepatitis B dan anti body, Siphilis (HIV mungkin positif).
b. Pemeriksaan Patologis, misalnya
Serologi urine, darah, feases, cairan spina, luka, spotum dan secresi.
c. Test Neurologis, misalnya EEG, MRI,
CT Scan otak, EMG
d. Test lainnya
Sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial
dari PCU tahap lanjut atau adanya komplikasi lain. Test fungsi pulmonal untuk
deteksi awal pneumonia interstisial, Scan gallium, biopsi, broncos copy.
2.
Test Anti Body
a. Test ELISA
Untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah
terinfeksi HIV.
b. Wetern Blot Asay / Indirect
Flovorescent Antibody (IFA)
Untuk mengenali antibody HIV dan memastikan seropositifitas
HIV.
c. Indirect Immunofloveresence
Sebagai pengganti pemeriksaan Western Blot untuk memastikan
Seropositifitas.
d. Radio Immuno Precipitation Assay
Mendeteksi protein pada antibody.antibody.eriksaan Western Blot untuk memastikan Seropositifitas.
d. Radio Immuno Precipitation Assay
Mendeteksi protein pada antibody.
0 komentar:
Posting Komentar