About

Jumat, 18 Oktober 2013

BERPIKIR DAN INGATAN


1.      BERPIKIR

Mengenai soal berpikir ini terdapat beberapa pendapat, diantaranya ada yang menganggap sebagai suatu proses asosiasi saja; pandangan semacam ini dikemukakan oleh kaum Asosiasionist.
Sedangkan Kaum Fungsionalist memandang berpikir sebagai suatu proses penguatan hubungan antara stimulus dan respons.
Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat, membuat keputusan, menarik kesimpulan dan merefleksikan ( Gordon, 1995).
Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi ( Chaffe,1994).
Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif.
Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory
            Dalam hal ini, dimana peran perawat adalah membantu individu yang sakit atau yang sehat, dalam kinerja aktivitas yang menunjang pada kesehatan dan pemulihannya, atau pada kematian yang tenang ( International council of nurses, 1973 ). Definisi ini mencakup kompleksitas dari keperawatan. Ketika diberi tanggung jawab untuk membantu individu dalam mencapai kembali atau meningkatkan kesehatannya, perawat harus mampu untuk berpikir secara kritisdalam upaya memecahkan masalah dan menemukan jalan keluar yang terbaik untuk kebutuhan klien.


Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang seorang individu untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat penilaian.
            Ketika perawat mengarahkan berpikir kearah pemahaman dan menemukan jalan keluar dari masalah kesehatan klien, prosesnya menjadi bertujuan dan berorientasi pada tujuan. Bagaimana perawat menggunakan informasi sebagai pertimbangan, membuat kesimpulan dan membuat gambaran mental tentang apa yang terjadi pada klien ini adalah berpikir kritis.

Jenis, Tipe, dan Pola Berpikir
                           
Ada berbagai jenis dan tipe berpikir,
Morgan dkk. (1986, dalam Khodijah, 2006: 118) membagi dua jenis berpikir, yaitu
Ø berpikir autistik  (autistic thinking) yaitu proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi, contohnya mimpi.
Ø Berpikir langsung (directed thinking) yaitu berpikir untuk memecahkan masalah.
Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118) ada enam pola berpikir, yaitu:
Ø Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu
Ø Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau disempurnakan keluasannya.
Ø Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir menganai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu.
Ø Berpikir analogis, yatiu berpikir untuk mencari hubungan antarperistiwa atas dasar kemiripannya.
Ø Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.
Ø Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal dan seringkali tidak logis.
Sedangkan menurut De Bono (1989 dalam Khodijah, 2006:119) mengemukakan dua tipe berpikir, sebagai berikut.
Ø Berpikir vertikal (berpikir konvergen) yaitu tipe berpikir tradisional dan generatif yang bersifat logis dan matematis dengan mengumpulkan dan menggunakan hanya informasi yang relevan.
Ø Berpikir lateral (berpikir divergen) yaitu tipe berpikir selektif dan kreatif yang menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk hasil dan dapat menggunakan informasi yang tidak relevan atau boleh salah dalam beberapa tahapan untuk mencapai pemecahan yang tepat.

Proses Berpikir

Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu :
Ø Pembentukan Pengertian
Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga tingkatan, sebagai berikut:
a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan unsur - unsurnya satu demi satu. Misalnya maupun membentuk pengertian manusia. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa ciri-ciri misalnya :
Manusia Indonesia, ciri - cirinya :
* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit sawo mateng
* Berambut hitam
* Dan sebagainya
Manusia Eropa, ciri - cirinya :
* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit Putih
* Berambut pirang atau putih
* Bermata biru terbuka
* Dan sebagainya
Manusia Negro, ciri - cirinya:
* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit htam
* Berambut hitam kriting
* Bermata hitam melotot
* Dan sebagainya
Manusia Cina, ciri - cirinya:
* Mahluk Hidup
* Berbudi
* Berkulit kuning
* Berambut hitam lurus
* Bermata hitam sipit
* Dan sebagainya
Dan manusia yang lain - lainnya lagi.
b. Membanding - bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri - ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.
c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap cirri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri - ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.

Ø Pembentukan Pendapat
Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau subyek dan sebutan atau predikat.
Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :                a. Pendapat Afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu, Misalnya Sitotok itu pandai, Si Ani Rajin dan sebagainya.                 b. Pendapat Negatif, Yaitu Pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya seuatu sifat pada sesuatu hal : Misalnya Sitotok itu Bodoh Si Ani Malas dan sebagainya.                               c. Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, Yaitu Pendapat yang menerangkan kebarangkalian, kemungkinan - kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal ; misalnya hari ini mungkin hujan, Si Ali Mungkin tidak Datang. Dan sebagainya.

Ø  Penarikan Kesimpulan atau Pembentukan Keputusan
Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada 3 macam keputusan, Yaitu
a. Keputusan induktif
yaitu keputusan yang diambil dari pendapat - pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum. Misalnya :
Tembaga di panaskan akan memuai
Perak di panaskan akan memuai
Besi di panaskan akan memuai
Kuningan di panaskan akan memuai Jadi (kesimpulan). Bahwa semua logam kalau dipanaskan akan memuai (Umum)
b. Keputusan Deduktif
Keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus , Jadi berlawanan dengan keputusan induktif. Misalnya : Semua logam kalau dipanaskan memuai (umum), tembaga adalah logam. Jadi (kesimpulan) : tembaga kalau dipanaskan memuai Contoh lain : Semua manusia terkena nasib mati, Si Karto adalah manusia Jadi pada suatu hari si Karto akan mati.
c. Keputusan Analogis
Keputusan Analogis adalah Keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada. Misalnya : Totok anak pandai, naik kelas (Khusus). Jadi (kesimpulan) Si Nunung anak yang pandai itu, tentu naik kelas.

Pola Berpikir
                                                                                                                        
a.   Berpikir Secara Terarah
Ketika ditanya apa yang sedang mereka pikirkan, beberapa orang kadang kala menjawab, ‘Pikiran saya kosong!’. Dalam kenyataanya tidak dapat dipastikan apakah pikiran kita benar-benar kosong, karena hamper tidak mungkin bagi kita untuk tidak berpikir tentang sesuatu pun. Namun demikian, memang benar bahwa banyak pemikiran kita sehari-hari mengambil bentuk berpikir tanpa arah. Waktu menggambarkan bahwa diri kita sedang tidak berpikir tentang sesuatu, yang sebenarnya kita maksudkan adalah kita tidak berpikir tentang sesuatu yang khusus, dengan membiarkan pikiran kita berjalan sendiri tanpa dengan sengaja memusatkannya pada pokok tertentu.
Meskipun dalam batas tertentu kita terus menerus berpikir, kita terus menerus berpikir, kita tidak terus menerus mengadakan penalaran. Penalaran terjadi bila suatu hambatan tertentu menghalangi jalan mencapai tujuan yang dikehendaki. Makin kurang jelas cara pemecahan masalah, makin banyak penalaran berperan dalam pemecahannya. Maka penalaran adalah pemusatan pikiran secara sadar dan sengaja pda masalah tertentu yang harus dicari jalan keluarnya.
Penalaran begantung pada persepsi tentang data yang relevan dengan masalah serta penggabungan data yang penting secara benar. Bila kita, misalnya, harus menyelesikan prosedur terbaik untuk merawat pasien dengan penyakit tertentu, kita terlebih dahulu akan mengumpulkan dalam pikiran kita semua data yang telah kita pelajari sehubungan dengan kondisi pasien, dan mengabaikan semua data lain yang tidak relevan dengan situasi yang ada. Dengan cara ini, kita akhirnya, melalui proses penalaran, kita akan berhasil memecahkan masalah dengan sebaik-baiknya.

b.   Berpikir Kreatif
Pengetahuan manusia terus berkembang karena beberapa individu mampu menghasilkan gagasan-gagasan baru yang memungkinkan manusia melangkah ke arah yang baru dalam upaya memahami baik dirinya maupun lingkungannya. Ada pendapat yang mengatakan bahwa sekitar separuh dari semua sumbangan khas dalam ilmu pengetahuan dan kesusasteraan diberikan oleh kelompok yang relatif kecil yang mewakili tidak lebih dari 10% dari mereka yang menggeluti bidang yang bersangkutan.
Mereka yang memberikan tambahan pada khasanah pengetahuan dunia sering melakukan dengan cara tidak menerima asumsi yang keliru yang telah membatasi pemikir-pemikir sebelumnya dalam bidan yang bersangkutan. Pemikir yang kreatif cukup fleksibel untuk mempertimbangkan semua aspek masalah, tidak menerima apa pun begitu saja tanpa meniai secata kritis.  
c.    Pemikiran Tidak Terarah
Pemikiran abnormal sering digambarkan sebagai autistic untuk membedakannya dari pemikiran normal. Pemikiran autistic dapat dirumuskan sebagai ‘bentuk berpikir’ yang didominasi kecendrungan-kecendrungan subyektif, yang materinya tidak dihubungkan dalam cirri-ciri utamanya oleh standar obyektif.
Dengan demikian, gambaran yang tidak asing lagi bahwa pasien psikotis hidup dalam dunianya sendiri itu ada benarnya, karena gambaran tentang dunia nyata telah diubah oleh kebutuhan-kebutuhan serta fantasi dalam diinya sendiri.
Namun, bila direnungkan sejenak, kita akan segera melihat bahwa pemikiran orang dewasa tidak selalu obyektif dan logis seperti yang kita sangka. Bentuk pemikiran yang muncul dalam keadaan mimpi jauh tidak sesuai dengan kenyataan.
Pemikiran autistic dapat, seperti yang telah kita lihat, timbul dalam pengalaman normal dalam kondisi eksperimen buatan, tetapi dengan mudah kita dapat menemukan bukti lebih lanjut aanya kecenderungan autistic dalam pemikiran sehari-hari orang dewasa normal.

2.    INGATAN

Ingatan atau memori adalah sebuah fungsi dari kognisi yang melibatkan otak dalam pengambilan informasi. Ingatan banyak dipelajari dalam psikologi kognitif dan ilmu saraf.
Kategori
Ada banyak klasifikasi ingatan berdasarkan durasi, alam, dan pengambilan sesuatu yang diinginkan. Pada dasarnya ingatan dapat dibagi pada dua kategori yaitu ingatan eksplisit dan implisit.[1]
ü  Ingatan eksplisit
Ingatan eksplisit meliputi penginderaan, semantik, episodik, naratif, dan ingatan otobiografi. Kegunaan dari ingatan eksplisit adalah untuk informasi sosial dan identitas, penggambaran otobiografi, aturan sosial, norma, harapan. Beberapa ciri dari ingatan eksplisit adalah :
·      Berkembang belakangan / bias kortikal
·      Bias hemisfer kiri
·      Hippocampal / dorsal lateral
·      Memiliki konteks atau sumber ingatan yang jelas

ü  Ingatan implisit
Ingatan implisit meliputi penginderaan, emosi, ingatan prosedural, pengkondisian rangsang - respon. Kegunaan dari ingatan implisit adalah tempat skema kelekatan, transference, dan super ego. Beberapa ciri dari ingatan implisit adalah :
·      Berkembang lebih awal / bias subkortikal
·      Bias hemisfer kanan
·      Berpusat pada Amigdala
·      Bebas dari konteks atau tidak memiliki sumber atribusi atau pelabelan

ü  Pembentukan Ingatan
Tahapan utama dalam pembentuk dan pengambilan ingatan adalah:
·      Encoding: proses dan penggabungan informasi yang diterima
·      Penyimpanan: penciptaan catatan permanen dari informasi yang telah di-encode
·      Pengambilan: memanggil kembali informasi yang telah disimpan untuk digunakan dalam suatu proses atau aktivitas.

Proses Mengingat

                 Mengingat sebenarnya merupakan tahap akhir dari proses belajar yang dengannya kita maampu memanfaatkan hasil-hasil yang telah tersimpan dari belajar sebelumnya. Seperti halnya dengan sebagian besar sifat kita, kita cenderung terlampau mengandalkan ingatan, meskipun tanpa kemampuan ini kita akan menjadi kurang manusiawi. Bila kita tidak mampu menyimpan pengetahuan yang telah kita pelajari sebelumnya dan kemudian mengingatnya kembali apabila diperlukan, maka segala sesuatu yang disajikan kepada kita harus dipelajari sebagai hal yang baru lagi.
                 Kemampuan mengingat juga merupakan salah satu faktor dasar yang memungkinkan kita mengembangkan dan menjaga hubun gan kita dengan orang lain.

Kegagalan Mengingat ( Lupa )

                 Banyak kasus lupa sebenarnya disebabkan bukannya oleh gangguan dalam proses ingatan itu sendiri, tetapi oleh belajar yang tidak memadai. Kita pada umumnya masih dapat dengan lancer menyebutkan table perkalian, membawakan puisi dan hal-hal lain yang kita pelajari di bangku sekolah, hanya karena materi ini dipompakan kepada kita melalui belajar berulang kali. Pengulangan memang akan membawa kepada over-learning (belajar sampai sudah benar-benar hafal) yang memudahkan orang mengingat di kemudian hari.
                 Salah satu penyebab utama lupa adalah yang ditimbulkan oleh interferensi (gangguan) pada jejak ingatan. Suatu infomasi jangka pendek akan mudah dipengaruhi oleh gangguan dengan datangnya informasi baru. Dampak gangguan proses belajar baru pada data yang sudah terekam terlebih dahulu dapat berlanjut untuk beberapa lama, khususnya bila dua rangkaian kata agak mirip. Istilah inhibisi retroaktif digunakan untuk menggambarkan dampak materi baru pada materi yang telah dipelajari sebelumnya tetapi belum sempat terkonsolidasi.
                 Kekeliruan proses ingatan juga membuka wawasan tentang pertanyaan seberapa jauh kebelakang dalam kehidupan kita dapat kita ingat. Hal ini berkaitan dengan kekurng andalan proses ingatan yang mencakup rentang waktu yang jangka panjang.
                 Bentuk distorsi ingatan yang lain adalah pengalaman yang dikenal dengan istilah de javu. Ini menggambarkan perasaan tidak asing lagi yang samar-samar, yang kadang kala timbul dalam situasi yang yang belum pernah kita alami sebelumnya. Perasaan ‘Saya sudah pernah kesini’ yang membuat kita mulai berpikir tentang reinkarnasi atau melihat sesuatu yang bakal terjadi di masa depan. Penjelasan yang paling munkin diberikan untuk pengalaman ini adalah gangguan ingatan atas dasar pengenalan yang keliru.









DAFTAR PUSTAKA

-   McGhie, Andrew MA Phd. 1996. Penerapan Psikologi Dalam Perawatan. Yoyakarta: Yayasan Essentia Medica.

  

0 komentar:

Posting Komentar