About

Jumat, 18 Oktober 2013

Pemberian Obat

PEMBERIAN OBAT MELALUI ORAL

Rute oral adalah rute yang paling mudah dan paling umum digunakan. Cara pemberian obat yang paling diinginkan adalah per oral.  Obat diberikan melalui mulut dan ditelan. Obat yang diberikan per oral lebih murah daripada banyak preparat lain. Awitan kerja obat oral lebih lambat dan efeknya lebih lama. Klien umumnya lebih memilih rute oral, kecuali jika klien menderita gangguan fungsi cerna atau tidak mampu menelan.
Kebanyakan tablet dan kapsul harus diberikan bersama cairan dalam jumlah yang adekuat. Hal ini member perawat kesempatan untuk meningkatkan asupan cairan klien. Untuk klien yang terpasang selang nasogastrik, obat-obatan cair lebih dipilih. Namun, pada pemberian, beberapa tablet dapat dihancurkan dan kapsul dibuka untuk dicampur dalam larutan.
Saat memberikan obat per orl, perawat harus melindungi klien dari kemungkinan aspirasi. Memberi posisi duduk pada klien atau berbaring miring akan mencegah akumulasi obat cair atau padat di belakang tenggorok. Klien yang menelan dengan lambat sebaiknya tidak dipaksa untuk minum banyak cairan setiap kali menelan. Begitu juga, klien sebaiknya hanya menelan satu pil atau kapsul pada suatu waktu. Apabila klien mulai batuk ketika minum obat, perawat harus menunda pemberian sisa obat sampai klien dapat bernafas dengan mudah. Apabila klien sulit menelan tablet, bentuk obat lain dapat dipertimbangkan, misalnya, supositoria. Setelah obat diberikan, jika klien dianjurkan mencatat asupannya, catat jumlah cairan yang digunakan untuk memberikan obat.
Kelemahan dari pemberian obat secara oral adalah efek yang tibul biasanya lambat, tidak efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak kooperatif, kurang disukai jika rasanya pahit (rasa jadi tidak enak).

PROSEDUR MEMBERI OBAT ORAL
1.     Kaji adanya kontra indikasi pada klien yang menerima obat oral, meliputi sulit menelan, mual atau muntah, randag usus atau peristaltik menurun, baru menjalani pembedahan saluran cerna, bising usus hilang atau menurun, terpasang pengisap lambung, tingkat kesadaran menurun.
2.     Tetapkan pilihan klien dan toleransinya terhadap cairan.
3.     Siapkan suplai dan peralatan yang dibutuhkan.
a, Kartu, format catatan, atau huruf cetak nama obat
b, Kereta obat atau nampan
c, Mangkuk obat sekali pakai
d, Segelas air, jus, atau cairan yang dipilih
e, Sedotan
f, Alat penghancur pil ( tidak harus )
4.     Periksa keakuratan dan kelengkapan setiap kartu, format, atau huruf cetak nama obat berdasarkan program pengobatan yang ditulis dokter. Periksa nama klien dan nama obat, dosis, rute pemberian, dan waktu pemberian obat. Laporkan, jika ada ketidaksesuaian untuk menuntut tanggung jawab perawat atau dokter.
5.     Siapkan obat :
a,   Cuci tangan
b,   Atur nampan dan mangkuk obat di dalam ruang pengobatan atau pindahkan kereta obat ke luar kamar klien
c,   Buka kunci laci atau kereta obat
d,   Siapkan obat-obatan untuk seorang klien pada suatu waktu tertentu. Simpan tiket atau format obat bersama-sama untuk setiap klien.
e,   Pilih obat yang tepat dari persediaan atau laci unit dosis. Bandingkan label obat dengan format, kartu dan huruf cetak nama obat.
f,   Hitung dosis obat yang benar. Lakukan dengan teliti. Periksa kembali perhitungan.
g,  Untuk menyiapkan tablet atau kapsul dari botol, tuang jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol lalu pindahkan ke mangkuk obat. Jangan sentuh dengan jari-jari.
h.   Untuk menyiapkan tablet atau kapsul unit-dosis, tempatkan tablet atau kapsul yang dikemas langsung ke dalam mangkuk obat.
i.    Tempatkan semua tablet atau kapsul yang akan diberikan pada waktu yang sama di dalam sebuah cangkir, kecuali tablet atau kapsul yang memerlukan pengkajian sebelum diberikan.
j.    Tablet berbentuk biji dapat dibelah dengan tangan yang dibungkus sarung tangan atang dengan alat pemotong
k.   Jika klien sulit menelan, gerus tablet dalam alat penghancur pil.
l.    Siapkan cairan. Kocok merata sebelum diberikan. Periksa dan buang obat yang telah menjadi kusam dan warnanya berubah.
m.  Ketika menyiapkan narkotik, periksa catatan narkotik untuk menghitung obat sebelumnya, bandingkan dengan suplai yang tersedia, keluarkan obat, dan lengkapi informasi yang diperlukan dengan format narkotik dan tanda tangani.
n.   Bandingkan format, kartu obat, dan huruf cetak nama obat dengan wadah.
o.   Kembalikan kotak persediaan atau obat unit-dosis yang tidak digunakan ke lemari dan kembali baca label.
p.   Tempatkan obat dan kartu, format obat, atau huruf cetak nama obat bersama-sama di atas nampan.
q.   Jangan tinggalkan obat tanpa pengawasan.
            6.  Berikan obat :
a.      Beri obat pada klien pada waktu yang benar.
b.     Identifikasi klien dengan membandingkan nama pada kartu, format obat, atau huruf cetka nama obat dengan nama pada gelang identifikasi klien. Minta klien menyebut nama lengkapnya.
c.      Lakukan pengkajian yang diperlukan sebelum obat diberikan untuk obat-obat tertentu.
d.     Jelaskan tujuan setiap pengobatan dan kerja obat pada klien. Ijinkan klien bertanya tentang obat.
e.      Bantu klien mengambil posisi duduk atau berbaring miring.
f.      Berikan obat dengan benar :
1.     Tanyakan apakaha klien ingin memegang obat padat ditangannya atau di mangkuk sebelum memasukkannya ke mulut.
2.     Tawarkan air segelas penuh atau jus untuk menelan obat.
3.     Untuk obat yang diberikan secara sublingual, minta klien meletakkan obat di bawah lidah dan biarkan obat larut seluruhnya.
4.     Campur obat bubuk dengan cairan di sisi tempat tidur dan berikan kepada klien untuk diminum.
5.     Peringatkan klien untuk tidak mengunyah atau menelan tablet.
6.     Berikan bubuk dan tablet berbuih/berbusa segera setelah larut.
g.     Apabila klien tidak mampu menahan obat, tempatkan cangkir berisi obat pada bibir dan dengan perlahan masukkan setiap obat ke dalam mulut, satu per satu.
h.     Jika tablet atau kapsul jatuh ke lantai, buang dan siapkan lagi.
i.       Temani klien sampai semau obat ditelan.
j.       Untuk obat yang sangat asam, tawarkan makanan kecil tanpa lemak.
k.     Bantu klien kembali ke posisi yang nyaman.
l.       Buang suplai yang kotor dan cuci tangan.
m.   Kembalikan kartu, format obat atau huruf cetak nama obat ke arsip yang tepat untuk pemberian obat berikutnya.
n.     Lengkapi kembali persediaan dan bersihkan area kerja.
7.       Catat waktu actual setiap obat diberikan pada catatan obat atau computer. Tulis inisial dan tanda tangan.
8.       Kembali dalam waktu 30 menit untuk mengevaluasi respons terhadap pengobatan.


2.     PEMBERIAN OBAT SUBLINGUAL

Obat sublingual dirancang supaya setelah diletakkan di bawah lidah dan kemudian larut, mudah diasorpsi. Obat yang diberikan di bawah lidah tidak boleh ditelan. Bila ditelan, efek yang diharapkan tidak akan dicapai. Nitrogliserin umumnya diberikan secara sublingual. Klien tidak boleh minum sampai seluruh obat larut. Tujuan pemberian obat secara sublingual adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit. Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari.

PROSEDUR MEMBERI OBAT SUBLINGUAL
PERSIAPAN
Persiapan Klien
- Cek perencanaan Keperawatan klien
- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
Persiapan Alat
- Obat yang sudah ditentukan
- Tongspatel (bila perlu )
- Kasa untuk membungkus tongspatel
PELAKSANAAN
- Perawat cuci tangan
- Memasang tongspatel ( jika klien tidak sadar ) kalau sadar anjurkan klien untuk mengangkat lidahnya
- Meletakan obat dibawah lidah
- Memberitahu klien supaya tidak menelan obatt
- Perawat cuci tangan
- Perhatikan dan catat reaksi klien setelah pemberian obat
EVALUASI
- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
DOKUMENTASI
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan,nama obat dan dosis, perrawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan

3.     PEMBERIAN OBAT  TOPIKAL

Obat yang diberikan melalui kulit dan membran mukosa pada prinsipnya menimbulkan efek local. Obat diberikan secara topikal dengan menggunakan cakram atau lempeng transdermal ( contoh : nitrogliserin,skopolamin, fentanil, dan estrogen). Cakram melindungi salep obat pada kulit. Metode pengantaran obat ini menjamin klien menerima kadar obat secara kontinu dalam darahnya, bukan kadar yang terputus-putus.  Obat topikal ini dapat diberikan sekurang-kurangnya 24 jam sampai tujuh hari.
Obat juga dapat diberikan pada membrane mukosa. Dengan cara ini, obat biasanya diabsorpsi lebih cepat. Perawat menggunakan beberapa metode dalam pemberian obat pada membrane mukosa yaitu :
1.     Pemberian cairan secara langsung ( contoh : meminta klien berkumur , mengusap tenggorok).
2.     Inserpsi obat ke dalam rongga tubuh ( contoh : menempatkan supositoria pada rectum atau vagina atau menginsersi paket obat ke dalam vagina ).
3.     Instilasi  ( pemasukan lambat ) cairan ke dalam rongga tubuh ( contoh : memasukkan tetes telinga, tetes hidung, dan memasukkan cairan ke dalam kandung kemih dan rectum ).
4.     Irigasi ( mencuci bersih ) rongga tubuh ( contoh : membilas mata, telinga, vagina, kandung kemih, atau rektum dengan obat cair ).
5.     Penyemprotan ( contoh : memasukkan obat ke dalam hidung dan tenggorok ).


PENGGUNAAN PADA KULIT
Karena banyak obat topikal local, misalnya losion, pasta, koyo, dan salep dapat menimbulkan efek sistemik dan lokal, perawat harus memberikan obat-obatan ini dengan menggunakan sarung tangan dan aplikator. Teknik steril paling penting, khususnya jika klien memiliki luka terbuka.
Krusta yang terbentuk dan jaringan mati menjadi tempat berkumpul mikroorganisme dan menghalangi obat kontak dengan jaringan yang akan diobati. Sebelum member obat, perawat membersihkan kulit dengan mencucinya perlahan menggunakan sabun dan air, merendam daerah bersangkutan atau membersihkan jaringan sekitarnya.
Pada saat member salep atau pasta, perawat mengoleskan obat merata pada permukaan bersangkutan dan menutup daerah tersebut dengan baik tanpa membungkusnya dengan lapisan tebal. Salep buram mencegah terlihatnya dasar kulit.
Setiap tipe obat salep, losion, bedak dan koyo harus diberikan dengan cara tertentu untuk menjamin penetrasi dan absorpsi yang baik. Perawat menggunakan losion dank rim dengan secara ringan mengapusnya pada permukaan kulit. Menggosok kulit dengan obat tersebut dapat menyebabkan iritasi. Suatu obat gosok diberikan dengan menggosoknya pada kulit secara perlaha, tetapi kuat. Bedak ditabur dengan ringan untuk menutup daerah yang diobati dengan lapisan tipis. Perawat menggunakan obat transdermal pada daerah tubuh yang bersih, kering, dan tidak berambut dengan pengecualian daerah ekstremitas di bawah lututatau siku. Selama mengoleskan obat kulit, perawat harus mengkaji kulit secara keseluruhan. Dalam mencatat pemberian obat, perawat mencatat daerah tempat obat diberikan, nama obat dan kondisi kulit klien.
Telinga
Struktur telinga dalam sangat sensitive terhadap suhu yang ekstrem. Apabila tetes telinga atau cairan irigasi tidak diberikan pada suhu ruangan, dapat menimbulkan vertigo atau mual. Masuknya larutan tidak steril ke dalam struktur telinga tengah dapat menyebabkan infeksi. Dengan mendrainase telinga, perawat bersama dokter dapat mengecek untuk meyakinkan bahwa gendan telingan klien tidak rupture. Perawat tidak boleh menyumbat saluran telingan dengan alat tetes. Memaksa obat masuk ke dalam telinga yang tersumbat dapat  menciptakan tekanan yang menimbulkan cedera pada gendang telinga.
Struktur telinga luar pada anak berbeda dengan orang dewasa. Ketika memasukkan tetesan, perawat harus meluruskan saluran telinga. Pada bayi dan anak kecil perawat harus meluruskan saluran kartilago telinga dengan memgang daun telinga dan menariknya ke bawah dank e belakang dengan lembut.pada orang dewasa diluruskan dengan menarik daun telinga ke atas dan ke belakang.

PROSEDUR MEMBERI OBAT TETES TELINGA
PERSIAPAN
Persiapan Klien
- Cek perencanaan Keperawatan klien
- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
Persiapan Alat
- Perlak / pengalas
- Kapas bulat
- Obat tetes yang sudah ditentukan
- Lidi kapas seteril
- Korentang seteril
- Bengkok
PELAKSANAAN
- Perawat cuci tangan
- Membantu klien alam posisi tidur miring, telinga yang sakit mengarah keatas
- Meletakan pengalas dibawah bahu klien
- Membersihkan liang telinga dengan lidi kapas
- Mengisi pipet dengan obat yang sudah disediakan
- Menarik daun telinga klien dan diangkat keatas dengan hati- hati
- Menetesi obat melalui sisi atau liang telinga sesuai dosisi yang ditentukan
- Membersihkan bekas catatan obat dengan kapas bulat
- Merapihkan klien dan alat-alat
- Membersihkan / membereskan alat-alat dan mengembalikan pada tempatnya
- Perawat cuci tangan
- Catat hasil tindakan
EVALUASI
- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
DOKUMENTASI
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan,nama obat dan dosis, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan

Rectal
Bentuk obat supositoria rectal lebih tipis dan bulat. Bentuk obat yang ujungnya bulat mencegah trauma anal ketika obat dimasukkan. Obat supositoria rectal mengandung obat ynag memberikan efek lokal. Obat ini khususnya bermanfaat ketika klien tidak dapat menoleransi obat oral. Obat supositoria rectal disimpan di lemari es sebelum diberikan.
Selama memberikan obat perawat harus memasukkan obat supositoria melewati sfingter anal dalam dan menyentuh mukosa rectal. Obat supositoria tidak boleh dipaksa masuk ke dalam massa atau materi feses. Adalah penting membersihkan rektum dengan enema pembersih kecil sebelum supositoria dapat dimasukkan.

PROSEDUR MEMBERI OBAT MELALUI REKTAL
PERSIAPAN
Persiapan Klien
- Cek perencanaan Keperawatan klien
- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
Persiapan Alat
- Obat yang sudah ditentukan
- Bengkok
- Sarung tangan
PELAKSANAAN
- Perawat cuci tangan
- Memasang sampiran disekeliling tempat tidur
- Membuka pakaian bawah klien
- Meletakan bengkok dekat dibawah anus
- Atur posisi klien
- Perawat memakai sarung tangan
- Mamasukan obat kedalam rektum sambil menyuruh klien menarik nafas panjang, selama + 10 menit, klien distrahatkan
- Melepaskan sarung tangan dan letakan dalam bengkok
- Merapihkan klien dan bereskan alat –alat kembali
- Perawat cuci tangan
- Catat tindakan yang telah dilakukan
EVALUASI
- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
DOKUMENTASI
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan,nama obat dan dosis, perrawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan

Penggunaan obat mata
Persentase besar klien yang menerima obat mata adalah klien lanjut usia. Masalah yang berhubungan dengan usia, termasuk penglihatan yang buruk, tremor tangan, dan kesulitan dalam memegang atau menggunakan botol obat, memengaruhi kemudahan lansia menggunakan obat mata secara mandiri. Perawat member penjelasan kepada klien dan anggota keluarga tentang teknik yang digunakan dalam pemberian obat mata.  Prinsip-prinsip saat memberikan obat mata :
1.     Kornea mata banyak disuplai serabut nyeri sehingga menjadi sensitive terhadap apapun yang diberikan ke kornea. Oleh karena itu, perawat menghindari memasukkan bentuk obat mata apapun secara langsung ke kornea.
2.     Risiko penularan infeksi dari satu mata ke mata lain sangatlah tinggi. Perawat menghindari menyentuh kelopak mata atau struktur mata yang lain dengan alat tetes atau tube salep.
3.     Perawat menggunakan obat mata henya untuk mata yang terinfeksi.
4.     Perawat tidak pernah boleh membiarkan seseorang menggunakan obat mata orang lain.

PROSEDUR MEMBERI OBAT MATA

PERSIAPAN
Persiapan Klien
- Cek perencanaan Keperawatan klien
- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
Persiapan Alat
- Obat tetes mata yang sudah ditentukan
- Bengkok
- Kapas seteril
- Pipet kalau perlu
PELAKSANAAN
- Perawat cuci tangan
- Atur posisi klien duduk atau tidur terlentang dengan di tengadahkankan
- Bersihkan mata klien dengan kapas basah seteril
- Muka klien diatas sejajar dengan langit -langit
- Membuka kelopak mata bawah dengan telunjuk jari kiri tarik kelopak bawah ke bawah
- Meneteskan obat mata pada permukaan konjungtiva pada kelopak mata bawah
- Bersihkan sisa obat yang ada dimata dengan kapas basah
- Membersihkan alat-alat dan merapihkan klien
- Perawat cuci tangan
- Catat hasil tindakan
EVALUASI
- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
DOKUMENTASI
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan,nama obat dan dosis, perrawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan

Anus
URAIAN UMUM
Suatu kegiatan pelayanan keperawatan dalam memberikan obat yang diberikan lewat Rectum untuk memudahkan pasien dalam mengeluarkan tinja
PERSIAPAN
Persiapan Klien
- Cek perencanaan Keperawatan klien
- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan, dan reaksi yang akan terjadi setelah pemberian obat
Persiapan Alat
- Baki beralas
- Hanscone sebelah kanan
- Gunting, kain kassa
- Obat pencahar yang diperlukan/Suppositoria
- Pispot dan bengkok
PELAKSANAAN
- Perawat cuci tangan
- Pasang sampiran dan gunakan sarung tangan jika perlu
- Gunting obat pencahar yang diperlukan
- Ambil dengan kain kassa
- Masukan perlahan-lahan melalui rectal 7 – 10 cm sampai melewati Spinter ani interna, sambil pasien disarankan menarik napas panjang
- Anjurkan pasien menahan BAB dulu sampai terasa mules
- Dekatkan pispot dengan pasien
- Catat pemberian obat dan reaksi pasien
- Membereskan alat-alat
- Perawat cuci tangan
- Catat tindakan yang telah dilakukan
EVALUASI
- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
DOKUMENTASI
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan,nama obat dan dosis, perrawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan.

Pemberian obat vagina
Obat vagina tersedia dalam bentuk supositoria, sabun, jeli, atau krim. Obat supositoria tersedia dalam bungkus satuan dan dikemas dalam pembungkus timah. Penyimpanan di lemari es mencegah obat supositoria padat berbentuk oval meleleh. Setelah obat sipositoria dimasukkan ke dalam rongga vagina, suhu tubuh akan membuat obat meleleh, didistribusikan dan diabsorpsi. Sabun, jeli, dan krim diberikan dengan alat untuk memasukkan obat. Obat supositoria diberikan dengan tangan yang dibungkus sarung tangan. Klien seringkali memilih untuk memberikan sendiri obat vaginanya, sehingga ia harus diberi privasi. Setelah memasukkan obat, klien mungkin berharap untuk memakai pembalut perineum untuk menampung drainase yang berlebihan. Karena obat vagina seringkali diberikan untuk mengobati infeksi, setiap rabas yang keluar mungkin berbau busuk. Teknik aseptic yang benar harus diikuti dank lien harus sering ditawari kesempatan untuk mempertahankan hygiene perineum.


0 komentar:

Posting Komentar