1 Pengertian Alzheimer
Alzheimer merupakan penyakit dengan
gangguan degeneratif yang mengenai sel-sel otak dan menyebabkan gangguan fungsi
intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan menurut dokumen
terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun (Keperawatan Medikal Bedah :
jilid 1 hal 1003).
Alzheimer
merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan degeneratif otak
dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk merawat diri. (
Suddart, & Brunner, 2002 ).
Alzheimer
merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat,
intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan, pengobatan ditujukan
untuk menghentikan progresivitas penyakit dan meningkatkan kemandirian
penderita. (Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008)
Alzheimer
adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama
menyerang orang berusia 65 tahun keatas (Perawatan Medikal Bedah : jilid 1 hal
1003)
Sehingga
dengan demikian Alzheimer adalah penyakit kronik, degeneratif yang ditandai
dengan penurunan daya ingat, intelektual, kepribadian yang dapat mengakibatkan
berkurangnya kemampuan merawat diri. Penyakit ini menyerang orang berusia 65
tahun keatas.
2 Epidemiologi
Secara epidemiologi dengan semakin
meningkatnya usia harapan hidup pada berbagai populasi, maka jumlah orang
berusia lanjut akan semakin meningkat. Dilain pihak akan menimbulkan masalah
serius dalam bidang social ekonomi dan kesehatan, sehingga aka semakin banyak
yang berkonsultasi dengan seorang neurolog karena orang tua tersebut yang
tadinya sehat, akan mulai kehilangan kemampuannya secara efektif sebagai
pekerja atau sebagai anggota keluarga. Hal ini menunjukkan munculnya penyakit
degeneratif otak, tumor, multiple stroke, subdural hematoma atau penyakit
depresi, yang merupakan penyebab utama demensia.
Di Amerika, sekitar 4 juta orang
menderita penyakit ini. Angka prevalansi berhubungan erat dengan usia. Sekitar
10% populasi diatas 65 tahun menderita penyakit ini. Bagi individu
berusia diatas 85 tahun, angka ini meningkat sampai 47,2%. Dengan meningkatnya
populasi lansia, maka penyakit alzheimer menjadi penyakit yang semakin
bertambah banyak. Insiden kasus alzheimer meningkat pesat sehingga menjadi epidemi
di Amerika dengan insiden alzheimer sebanyak 187 : 100.000 per tahun dan
penderita alzheimer 123 : 100.000 per tahun.
Menurut National Alzheimer's
Association (2003), penyakit Alzheimer menyerang hingga 10 % dari orang berusia
65 tahun atau lebih, dan secara berangsur proporsi ini berlipat ganda setiap 10
tahun setelah usia 65 tahun. Dan sebanyak separuh dari populasi yang berusia 85
tahun atau lebih dapat dipastikan mengidap Alzheimer. Sementara, pada orang
yang memiliki faktor genetik turunan / bawaan dari orang tua, penyakit ini akan
menyerang di bawah usia 65 tahun. Namun, kasus seperti ini cukup jarang
ditemukan.
3 Klasifikasi
Terdapat 2 tipe Alzheimer (AD) yaitu:
1)
AD familial (FAD) yang mengikuti pola bawaan khusus
2)
AD sporadic yang tidak mengikuti pola bawaan.
4 Etiologi
Penyebab
yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab yang telah dihipotesa
adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi
udara/industri, trauma, neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament
presdiposisi heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit alzheimer terdiri dar
degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan
gangguan fungsi kognitif dengan penurunan daya ingat secara progresif.
Adanya
defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian
selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang
diakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler, kegagalan metabolisme
energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal
yang non spesifik. Penyakit alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa
penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa
penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga
ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus factor genetika.
Patogenesa
1. Faktor genetik
Beberapa
peneliti mengungkapkan 50% prevalensi kasus alzheimer ini diturunkan melalui
gen autosomal dominant. Individu keturunan garis pertama pada keluarga
penderita alzheimer mempunyai resiko menderita demensia 6 kali lebih besar
dibandingkan kelompok kontrol normal Pemeriksaan genetika DNA pada penderita
alzheimer dengan familial early onset terdapat kelainan lokus pada kromosom 21
diregio proximal logarm, sedangkan pada familial late onset didapatkan kelainan
lokus pada kromosom 19. Begitu pula pada penderita down syndrome mempunyai
kelainan gen kromosom 21, setelah berumur 40 tahun terdapat neurofibrillary
tangles (NFT), senile plaque dan penurunan Marker kolinergik pada jaringan
otaknya yang menggambarkan kelainan histopatologi pada penderita alzheimer.
Hasil penelitian penyakit alzheimer terhadap anak kembar menunjukkan 40-50%
adalah monozygote dan 50% adalah dizygote. Keadaan ini mendukung bahwa faktor
genetik berperan dalam penyaki alzheimer. Pada sporadik non familial (50-70%),
beberapa ditemukan kelainan lokus
kromosom 6, keadaan ini menunjukkan bahwa kemungkinan faktor lingkungan menentukan
ekspresi genetika pada alzheimer.
2. Faktor infeksi
Ada
hipotesa menunjukkan penyebab infeksi virus pada keluarga penderita alzheimer
yang dilakukan secara immuno blot analisis, ternyata diketemuka adanya antibodi
reaktif. Infeksi virus tersebut menyebabkan infeksi pada susunan saraf pusat
yang bersipat lambat, kronik dan remisi. Beberapa penyakit infeksi seperti
Creutzfeldt-Jacob disease dan kuru, diduga berhubungan dengan penyakit
alzheimer. Hipotesa tersebut mempunyai beberapa persamaan antara lain:
a. Manifestasi klinik yang sama
b.
Tidak adanya respon imun yang spesifik
c.
Adanya plak amyloid pada susunan saraf pusat
d.
Timbulnya gejala mioklonus
e.
Adanya gambaran spongioform
3. Faktor lingkungan
Ekmann
(1988), mengatakan bahwa faktor lingkungan juga dapat berperan dalam patogenesa
penyakit alzheimer. Faktor lingkungan antar lain, aluminium, silicon, mercury,
zinc. Aluminium merupakan neurotoksik potensial pada susunan saraf pusat yang
ditemukan neurofibrillary tangles (NFT) dan senile plaque (SPINALIS). Hal
tersebut diatas belum dapat dijelaskan secara pasti, apakah keberadaan aluminum
adalah penyebab degenerasi neurosal primer atau sesuatu hal yang tumpang
tindih. Pada penderita alzheimer, juga ditemukan keadan ketidak seimbangan
merkuri, nitrogen, fosfor, sodium, dengan patogenesa yang belum jelas. Ada
dugaan bahwa asam amino glutamat akan menyebabkan depolarisasi melalui reseptor
N-methy D-aspartat sehingga kalsium akan masuk ke intraseluler (Cairan-influks)
danmenyebabkan kerusakan metabolisma energi seluler dengan akibat kerusakan dan
kematian neuron.
4. Faktor imunologis
Behan
dan Felman (1970) melaporkan 60% pasien yang menderitaalzheimer didapatkan
kelainan serum protein seperti penurunan albumin dan peningkatan alpha protein,
anti trypsin alphamarcoglobuli dan haptoglobuli. Heyman (1984), melaporkan
terdapat hubungan bermakna dan meningkat dari penderita alzheimer dengan
penderita tiroid. Tiroid Hashimoto merupakan penyakit inflamasi kronik yang
sering didapatkanpada wanita muda karena peranan faktor immunitas
5. Faktor trauma
Beberapa
penelitian menunjukkan adanya hubungan penyakit alzheimer dengan trauma kepala.
Hal ini dihubungkan dengan petinju yang menderita demensia pugilistik, dimana
pada otopsinya ditemukan banyak neurofibrillary tangles.
6. Faktor
neurotransmitter
Perubahan
neurotransmiter pada jaringan otak penderita Alzheimer mempunyai peranan yang sangat penting seperti :
a) Asetikolin
Barties
et al (1982) mengadakan penelitian terhadap aktivitas spesifik neurotransmitter
dengan cara biopsy sterotaktik dan otopsi jaringan otak pada penderita
Alzheimer didapatkan penurunan aktivitas kolinasetil transferase,
asetikolinesterase dan transport kolin serta penurunan biosintesa asetilkolin.
Adanya deficit presinaptik kolinergik ini bersifat simetris pada korteks frontalis,
temporalis superior, nucleus basalis, hipokampus. Kelainan neurotransmitter
asetilkolin merupakan kelainan yang selalu ada dibandingkan jenis
neurotransmitter lainnya pada penyakit Alzheimer, dimana pada jaringan
otak/biopsy selalu didapatkan kehilangan cholinergic marker. Pada penelitian
dengan pemberian scopolamine pada orang normal, akan menyebabkan berkurang atau
hilangnya daya ingat. Hal ini sangat mendukung hipotesa kolinergik sebagai
patogenesa penyakit Alzheimer.
b) Noradrenalin
Kadar
metabolism norepinefrin dan dopamine didapatkan menurun pada jaringan otak
penderita Alzheimer. Hilangnya neuron bagian dorsal lokus seruleus yang
merupakan tempat yang utama noradrenalin pada korteks serebri, berkolerasi
dengan deficit kortikal noradrenergik.
Bowen
et al (1988), melaporkan hasil biopsi dan otopsi jaringan otak penderita
Alzheimer menunjukan adanya defesit noradrenalin pada presinaptik neokorteks.
Palmer et al (1987),Reinikanen (1988), melaporkan konsentrasi noradrenalin
menurun baik pada post dan ante-mortem penderita Alzheimer.
c) Dopamine
Sparks
et al (1988), melakukan pengukuran terhadap aktivitas neurotransmitter region
hypothalamus, dimana tidak adanya gangguan perubahan akivitas dopamine pada
penderita Alzheimer. Hasil ini masih controversial, kemungkinan disebabkan
karena histopatologi region hypothalamus setia penelitian bebeda-beda.
d) Serotonin
Didapatkan
penurunan kadar serotonin dan hasil metabolisme 5 hidroxi-indolacetil acil pada
biopsy korteks serebri penderita Alzheimer. Penurunan juga didapat pada
subregio hipotalamus sangat bervariasi, pengurangan maksimal pada anterior
hipotalamus sedangkan pada posterior peraventrikuler hipotalamus berkurang
sangat minimal. Perubahan kortikal serotonergik ini beghubungan dengan hilangnya
neuron-neuron dan diisi oleh formasi NFT pada nucleus rephe dorsalis
e) MAO (manoamin oksidase)
Enzim
mitokondria MAO akan mengoksidasi transmitter monoamine. Akivitas normal MAO A
untuk deaminasi serotonin, norepinefrin, dan sebagian kecil dopamine, sedangakan
MAO-B untuk deaminasi terutama dopamine. Pada penderita Alzheimer, didapatkan
peningkatan MAO A pada hipotalamus dan frontalis sedangakan MAO-B pada daerah
temporal dan menurun pada nucleus basalis dari meynert.
5 Patofisiologi
Terdapat beberapa perubahan khas
biokimia dan neuropatologi yang dijumpai pada penyakit Alzheimer, antara lain:
serabut neuron yang kusut (masa kusut neuron yang tidak berfungsi) dan plak
seni atau neuritis (deposit protein beta-amiloid, bagian dari suatu protein
besar, protein prukesor amiloid (APP). Kerusakan neuron tersebut terjadi secara
primer pada korteks serebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak.
Secara maskroskopik, perubahan otak
pada Alzheimer melibatkan kerusakan berat neuron korteks dan hippocampus, serta
penimbunan amiloid dalam pembuluh darah intracranial. Secara mikroskopik,
terdapat perubahan morfologik (structural) dan biokimia pada neuron – neuron.
Perubahan morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada akhirnya
berkembang menjadi degenarasi soma dan atau akson dan atau dendrit. Satu tanda
lesi pada AD adalah kekusutan neurofibrilaris yaitu struktur intraselular yang
berisi serat kusut dan sebagian besar terdiri dari protein “tau”. Dalam SSP, protein tau sebagian besar sebagai
penghambat pembentuk structural yang terikat dan menstabilkan mikrotubulus dan
merupakan komponen penting dari sitokleton sel neuron. Pada neuron AD terjadi
fosforilasi abnormal dari protein tau, secara kimia menyebabkan perubahan pada
tau sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus secara bersama – sama. Tau
yang abnormal terpuntir masuk ke filament heliks ganda yang sekelilingnya
masing – masing terluka. Dengan kolapsnya system transport internal, hubungan
interseluler adalah yang pertama kali tidak berfungsi dan akhirnya diikuti
kematian sel. Pembentukan neuron yang
kusut dan berkembangnya neuron yang rusak menyebabkan Alzheimer.
Lesi khas lain adalah plak senilis,
terutama terdiri dari beta amiloid (A-beta) yang terbentuk dalam cairan
jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal. A-beta adalah fragmen
protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan normal melekat pada membrane
neuronal yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP terbagi
menjadi fragmen – fragmen oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket
yang berkembang menjadi gumpalan yang bisa larut. Gumpalan tersebut akhirnya
bercampur dengan sel – sel glia yang akhirnya membentuk fibril – fibril plak
yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan diyakini beracun bagi neuron
yang utuh. Kemungkinan lain adalah A-beta menghasilkan radikal bebas sehingga
menggagu hubungan intraseluler dan menurunkan respon pembuluh darah sehingga
mengakibatkan makin rentannya neuron terhadap stressor.
Selain karena lesi, perubahan
biokimia dalam SSP juga berpengaruh pada AD. Secara neurokimia kelainan pada
otak
6 Manifestasi klinis
Pada stadium
awal Alzheimer, terjadi keadaan mudah lupa dan kehilangan ingatan ringan.
Terdapat kesulitan ringan dalam aktivitas pekerjaan dan social. Depresi dapat
terjadi pada saat ini. Pasien dapat kehilangan kemampuannya mengenali wajah,
tempat, dan objek yang sudah dikenalnya. Pasien juga sering mengulang-ulang
cerita yang sama karena lupa telah menceritakannya. Kemampuan berbicara memburuk
sampai pembentukan suku kata yang tidak masuk akal, agitasi, dan peningkatan
aktivitas fisik. Nafsu makan pun bertambah secara berlebihan. Terjadi pula
disfagia dan inkontinensia. Pasien dapat menjadi depresif, curiga, paranoid,
dan kasar(perubahan kepribadian).
a.
Gejala ringan
(lama penyakit 1-3 tahun)
Lebih sering bingung dan melupakan informasi yang baru
dipelajari
Disorientasi : tersesat di daerah
sekitar yang dikenalnya dengan baik
Bermasalah dalam melaksanakan tugas
rutin
Mengalami perubahan dalam kepribadian
dan penilaian, misalnya mudah tersinggung, mudah menuduh ada yang mengambil
barangnya, bahkan menuduh pasangannya selingkuh
b.
Gejala
sedang(lama penyakit 3-10 tahun)
1)
Kesulitan dalam mengerjakan aktivitas
hidup sehari-hari seperti makan dan mandi
2)
Perubahan tingkah laku, misalnya sedíh
dan emosi
3)
Mengalami gangguan tidur
4)
Keluyuran
5)
Kesulitan mengenali keluarga dan
teman(pertama-tama yang akan sulit untuk dikenali adalah orang-orang yang
paling jarang ditemuinya, mulai dari nama ingá tidak mengenali wajah sama
sekali, kemudian bertahap kepada orang-orang yang cukup jarang ditemui)
c.
Gejala berat (lama penyakit 8-12 tahun)
1)
Sulit atau kehilangan kemampuan bicara
2)
Sangat tergantung pada
caregiver(pengasuh)
3)
Perubahan perilaku : misalnya mudah
curiga, depresi, atau mudah mengamuk
Terdapat beberapa stadium
perkembangan penyakit alzheimer yaitu:
a.
Stadium I (lama penyakit 1-3 tahun)
Memori : ingatan terganggu
Kepribadian : ketidakpedulian, lekas marah sesekali
Motor sistem : normal
EEG : normal
CT/MRI : normal
PET : hipometabolisme posterior bilateral
Memori : ingatan terganggu
Kepribadian : ketidakpedulian, lekas marah sesekali
Motor sistem : normal
EEG : normal
CT/MRI : normal
PET : hipometabolisme posterior bilateral
b.
Stadium II (lama penyakit 3-10 tahun)
Memori : ingatan terakhir sangat terganggu
Kepribadian : ketidakpedulian, lekas marah sesekali
Motor sistem : gelisah, mondar-mandir
EEG : latar belakang irama lambat
CT/MRI : normal
PET : hipometabolisme frontal dan parietal bilateral
Memori : ingatan terakhir sangat terganggu
Kepribadian : ketidakpedulian, lekas marah sesekali
Motor sistem : gelisah, mondar-mandir
EEG : latar belakang irama lambat
CT/MRI : normal
PET : hipometabolisme frontal dan parietal bilateral
c.
Stadium III (lama penyakit 8-12 tahun)
Fungsi intelektual : sangat memburuk
Motor sistem : anggota tubuh kaku dan postur fleksi
EEG : difus lambat
PET : hipometabolisme frontal dan parietal
Fungsi intelektual : sangat memburuk
Motor sistem : anggota tubuh kaku dan postur fleksi
EEG : difus lambat
PET : hipometabolisme frontal dan parietal
7 Komplikasi
Kehilangan
memori , gangguan penilaian dan perubahan kognitif lain dapat disebabkan oleh
Alzheimer .Seseorang dengan penyakit Alzheimer mungkin tidak dapat berkomunikasi.
Penyakit
Alzheimer dapat berkembang menjadi tahap akhir , perubahan otak mulai
mempengaruhi fungsi fisik, seperti menelan , keseimbangan, dan kontrol usus dan
kandung kemih . Efek ini dapat meningkatkan kerentanan terhadap masalah
kesehatan tambahan seperti :
1.
Pneumonia dan infeksi
lainnya . Kesulitan menelan dapat menyebabkan orang dengan penyakit Alzheimer
untuk menghirup ( aspirasi ) makanan atau cairan ke saluran udara dan paru-paru
mereka , yang dapat menyebabkan pneumonia . Ketidakmampuan untuk mengontrol
pengosongan kandung kemih ( urinary incontinence) mungkin memerlukan penempatan
tabung untuk mengeringkan dan mengumpulkan urin ( kateter urin ) . Memiliki
kateter meningkatkan risiko infeksi saluran kemih , yang dapat menyebabkan
lebih - serius , infeksi yang mengancam jiwa .
2.
Cedera karena jatuh .
Orang dengan Alzheimer menjadi semakin rentan untuk jatuh . Terjun dapat
menyebabkan patah tulang . Selain itu, jatuh adalah penyebab umum dari cedera kepala
serius.
8
Pencegahan
Saat
ini, belum ada bukti yang menunjukkan bagaimana mencegah penyakit Alzheimer.
Percobaan untuk menemukan vaksin yang dapat melawan Alzheimer terhenti beberapa
tahun lalu karena beberapa orang yang menerima vaksin mengalami peradangan
otak.
Akan
tetapi Anda dapat mengurangi risiko Alzheimer dengan cara menekan risiko sakit
jantung. Banyak faktor yang meningkatkan risiko sakit jantung juga dapat
meningkatkan risiko demensia. Faktor utama yang muncul adalah tekanan darah,
kolestrol dan tingkat gula darah. Tetap aktif – secara fisik, mental dan sosial
– juga dapat mengurangi risiko terkena Alzheimer.
9
Langkah-langkah
Pencegahan dan Pengobatan
Berkat para ilmuan akhirnya alzheimer bisa dicegah dan
diatasi. Bahkan sudah banyak obat-obat yang beredar untuk penderita alzheimer
ini. Berikut tips mencegah dan mengatasi alzheimer :
1. Makan
diet Mediterania
Para peneliti menemukan bahwa orang yang secara teratur
mengkonsumsi diet Mediterania 38 persen lebih rendah untuk terserang penyakit
Alzheimer. Sebuah diet Mediterania yang kaya dalam kacang-kacangan, lemak sehat
(dari salad dressing, alpukat), tomat, ikan, sayuran, sayuran berdaun gelap dan
dan buah-buahan. Diet Mediterania juga dikenal karena rendah daging merah,
daging organ, mentega dan susu tinggi lemak.
2. Berhenti
merokok
Sebuah studi baru-baru ini dalam Archives of Internal
Medicine menemukan bahwa merokok secara langsung terkait dengan peningkatan
dramatis dalam demensia di kemudian hari. Studi ini menemukan bahwa mereka yang
dilaporkan merokok dua bungkus rokok sehari memiliki resiko 100% lebih besar
dari diagnosis demensia dibandingkan non-perokok.
3. Makan
seledri dan paprika hijau
Peneliti dari Universitas Illinois di Urbana-Champaign
melihat efek dari luteolin pada otak tikus, menurut penelitian yang diterbitkan
dalam Proceedings of the National Academy of Sciences. Luteolin, yang ditemukan
dalam seledri dan paprika hijau, ditemukan untuk mengurangi radang otak yang
disebabkan oleh Alzheimer dan dapat mengurangi gejala kehilangan memori.
4. Minum
kopi
European Journal of Neurology menemukan bahwa mereka yang
memiliki asupan kafein meningkat memiliki risiko yang jauh lebih rendah
berkembangnya penyakit Alzheimer daripada mereka yang dengan sedikit atau tidak
mengkonsumsi kafein. Studi lain yang dipublikasikan dalam Journal of
Alzheimer’s Disease menemukan bahwa kadar kafein abnormal secara signifikan
menurukan protein yang terkait dengan penyakit Alzheimer dan 50 persen
pengurangan di tingkat amyloid beta, zat membentuk gumpalan lengket plak dalam
otak orang-orang dengan penyakit Alzheimer. Ini berarti bahwa studi ini
menemukan bahwa kafein dapat menjadi penting dalam mencegah Alzheimer, tetapi
sebenarnya dapat menjadi pengobatan terapi bagi mereka yang sudah didiagnosis
dengan penyakit. Hal ini merupakan perkembangan besa, Ini juga merupakan alasan
besar untuk melanjutkan kebiasaan latte harian Anda.
5. Latihan
(Olahraga)
Beberapa penelitian telah menunjukkan manfaat olahraga
pada orang dengan penyakit Alzheimer. Journal of American Medical Associate
menerbitkan penelitian yang menemukan bahwa latihan olahraga untuk pasien
dengan penyakit Alzheimer tidak hanya meningkatkan kondisi fisik dan
memperpanjang mobilitas independen mereka. Mobilitas Independen penting
terutama bagi mereka dengan penyakit Alzheimer, karena salah satu gejala
Alzheimer yang sering tidak dibahas adalah kurangnya keseimbangan, jatuh dan
tersandung. Hal ini menyebabkan cedera dan kebutuhan untuk pengawasan konstan
pada pasien Alzheimer. Dengan menggabungkan 60 menit latihan pada hari-hari
dalam seminggu, dan istirahat teratur, seseorang dapat meningkatkan
mobilitasnya.
Meskipun tidak ada obat untuk Alzheimer sampai saat ini,
para peneliti tidak berhenti bekerja keras untuk menemukan cara baru untuk
mencegah, mengobati dan menyembuhkan penyakit ini.
Pengobatan untuk para penderita alzheimer yaitu dengan
cara meminum obat asetikolin nesterase yang berfungsi untuk menambah zat yang
memperbesar daya ingat. Selain itu pengobatan untuk penderita juga dengan
melakukan terapi secara teratur. untuk lebih memudahkan terapi yang teratur,
akan lebih baik jika penderita (yang biasanya sudah lanjut usia) di titipkan di
panti agar perkembangannya bisa terkontrol dengan baik di bandingkan di rumah
sendiri.
Banyak sekali orang yang menderita Alzheimer berperilaku
dalam cara yang agresif. Biasanya orang dengan penyakit Alzheimer menunjukkan
perilaku agresif jika ia merasa terhina, takut, atau frustasi karena mereka
tidak dapat memahami orang lain atau membuat sendiri dipahami.
Ketika seorang pasien Alzheimer secara lisan atau fisik
agresif, dokter menggunakan obat-obatan seperti antipsikotik risperidone atau
olanzapine. Obat antipsikotik yang lebih tua seperti Haloperidol tidak
digunakan karena efek samping yang parah.
Akan tetapi, Penelitian telah menunjukkan bahwa pengobatan
non-obat seperti kotak cahaya terang yang lebih baik mengelola perilaku agresif
dalam Alzheimer sebagai risiko keamanan obat antipsikotik lebih besar daripada
manfaatnya.
Selain obat-obatan yang ilmiah seperti dikemukakan
diatas, terdapat juga obat pencegahan alami yang sering dipakai memasak orang
Indonesia yaitu kunyit. Kunyit, selain menambah nafsu makan, kunyit juga
ternyata dapat mencegah kita dari penyakit alzheimer di masa tua nanti.
Satu penelitian menunjukkan orang-orang yang mengonsumsi
banyak kunyit, pada hakekatnya jarang yang terkena Alzheimer. “Di negara-negara
di mana orang-orangnya mengonsumsi banyak (kunyit), kejadian penyakit Alzheimer
sangat rendah. Di India dan Asia Tenggara, penyakit itu jarang. Dan (di Amerika
Serikat) itu sangat, sangat biasa,” kata Chris Kilham seorang pemburu obat
dalam wawancara dengan Fox News.
Kilham menjelaskan bahwa akar kunyit, yang juga dikenal
dalam bentuk ekstrak yang disebut curcumin, merupakan salah satu rempah-rempah
yang berguna dalam mencegah munculnya Alzheimer dan bahkan mengobatinya.
"Orang yang menderita penyakit Alzheimer memiliki
plak yang melekat di otak disebut "amyloid beta." Beberapa plak juga
berkembang karena Alzheimer, atau karena menjadi penyebab langsungnya. Tetapi,
plak-plak itu secara langsung berkaitan dengan proses degeneratif," jelas
Kilham.
Penelitian menunjukkan bahwa kunyit benar-benar
melenyapkan plak-plak ini, baik saat plak itu mulai terbentuk dan bahkan selama
tahap akhir dari perkembangan plak.
Apa yang ada dalam kunyit adalah sesuatu yang tampak
untuk menghalangi perkembangan penyakit Alzheimer dan benar-benar membantu
mengurangi keberadaan plak dalam otak. Dalam penelitian terhadap binatang, saat
binatang benar-benar memiliki plak "amyloid beta" dalam otak mereka
dan mereka diberi akar kunyit, maka plak itu berkurang.
Menurut Kilham, perusahaan-perusahaan obat bekerja keras
mencoba mengembangkan versi obat dari kunyit, tetapi Kilham merekomendasikan
untuk makan kunyit asli bila memungkinkan, dan mengonsumsi ekstrak kunyit bila
makan kunyit dalam makanan bukan pilihan.
Dengan demikian, kita tidak usah khawatir akan penyakit
ini, karena sudah terbukti oleh riset bahwa kunyit dapat mengurangi resiko
alzheimer. Sedangkan, indonesia merupakan negara yang mengkonsumsi kunyit dalam
hampir setiap bumbu masakannya.
0 komentar:
Posting Komentar