a. Perubahan
Perubahan merupakan suatu proses dimana
terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status
yang bersifat dinamis artinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
ada. Perubahan dapat mencakup keseimbangan personal, sosial maupun organisasi
untuk dapat menjadikan perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide
atau konsep terbaru dalam mencapai tujuan tertentu (Hidayat, 2007).
b. Citra
Tubuh
Merupakan salah satu komponen dari
konsep diri yang membentuk persepsi seseorang tentang tubuhnya baik secara
internal maupus eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang
ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang
karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain
(Potter & Perry, 2005).
Citra tubuh adalah sikap individu
terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi performance,
potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi dan perasaan tentang ukuran
tubuh dan bentuk tubuh (Sunaryo, 2004).
c. Gangguan
Citra Tubuh
Gangguan
citra tubuh adalah perubahan presepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran, bentuk struktur, fungsi keterbatasan, makna dan obyek yang
sering kontak dengan tubuh.
Gangguan
citra tubuh adalah kekacauan pada cara seseorang merasakan citra tubuhnya.
Evaluasi diri dan perasaan tentang kemampuan diri negatif, yang dapat
diekspresikan secara langsung atau tidak langsung.
Gangguan
citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif tentang
penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan
ketidaknyamanan sosial sering menyertai penafsiran ini. Sejumlah perilaku
menghindar sering digunakan untuk menekan emosi dan pikiran negatif, seperti
visual menghindari kontak dengan sisa ekstremitas, mengabaikan kebutuhan
perawatan diri dari sisa ekstremitas dan menyembunyikan sisa ekstremitas lain.
Pada akhirnya reaksi negatif ini dapat mengganggu proses rehabilitasi dan
berkontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial (Wald & Alvaro, 2004).
Suatu gangguan citra tubuh dapat
diketahui perawat dengan mewawancarai dan mengamati pasien secara berhati-hati
untuk mengidentifikasi bentuk ancaman dalam citra tubuhnya (fungsi signifikan
bagian yang terlibat, pentingnya penglihatan dan penampilan fisik bagian yang
terlibat); arti kedekatan pasien terhadap anggota keluarga dan anggota penting
lainnya dapat membantu pasien dan keluarganya (Kozier, 2004).
2.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Citra Tubuh
Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan
kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti
pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh
dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. Selain itu, sikap dan nilai
kultural dan sosial juga mempengaruhi citra tubuh. Pandangan pribadi tentang
karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dan pandangan orang lain.
Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek
psikologinya. Pandangan yang realistik terhadap dirinya, menerima dan mengukur
bagian tubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar dari rasa
cemas dan meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik dan kognitif
perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai
efek penampakan yang lebih besar pada tubuh bila dibandingkan dengan aspek lain
dari konsep diri.
Faktor
faktor yang mempengaruhi perkembangan citra tubuh (body image) adalah:
(a) Jenis kelamin.
Chase (2001) menyatakan bahwa jenis
kelamin adalah faktor paling penting dalam perkembangan citra tubuh (body
image) seseorang. Deacey & Kenny (2001) juga sependapat bahwa jenis kelamin
mempengaruhi citra tubuh. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan menyatakan
bahwa wanita lebih negatif memandang citra tubuh (body image) dibandingkan pria
(Cash & Brown, 1989: Davidson & McCabe, 2005: Demarest & Allen,
2000: Furnaham & Greaves, 1994:, Jenelli, 1993: Rozin & Fallon, 1988
dalam Hubley & Quinlan, 2005). Pria ingin bertubuh besar dikarenakan mereka
ingin tampil percaya diri di depan teman-temannya dan mengikuti trend yang
sedang berlangsung. Sedangkan wanita ingin memiliki tubuh kurus menyerupai
ideal yang digunakan untuk menarik perhatian pasangannya. Usaha yang dilakukan
pria untuk membuat tubuh lebih berotot dipengaruhi oleh gambar dimedia massa
yang memperlihatkan model pria yang kekar dan berotot. Sedangkan wanita
cenderung untuk menurunkan berat badan disebabkan oleh artikel dalam majalah
wanita yang sering memuat artikel promosi tentang penurunan berat badan
(Anderson & Didomenico, 1992).
(b) Usia.
Pada tahan perkembangan remaja,
citra tubuh (body image) menjadi penting (Papalia & Olds, 2003). Hal ini
berdampak pada usaha berlebihan pada remaja untuk mengontrol berat badan.
umumnya lebih sering terjadi pada remaja putri dari pada remaja putra. Remaja
putri mengalami kenaikan berat badan pada masa pubertas dan menjadi tidak
bahagia tentang penampilan dan hal ini dapat menyebabkan remaja putri mengalami
gangguan makan (eating disorder). Ketidakpuasan remaja putri pada tubuhnya
meningkat pada awal hingga pertengahan usia remaja sedangkan pada remaja putra
yang semakin berotot juga semakin tidak puas dengan tubuhnya (Papalia &
Olds, 2003).
(c) Media Massa .
Tiggemann (dalam Cash &
Pruzinsky, 2002) mengatakan bahwa media yang muncul dimana-mana memberikan
gambaran ideal mengenai figur perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi
gambaran tubuh seseorang. Tiggemann (dalam Cash &purzinsky, 2002) juga
menyatakan bahwa media massa menjadi pengaruh yang paling kuat dalam budaya
sosial. Anak-anak dan remaja lebih bahyak menghabiskan waktunya dengan menonton
televisi. Konsumsi media yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen. Isi tayangan
media sering menggambarkan bahwa standart kecantikan perempuan adalah Tubuh
yang kurus dalam hal ini berarti dengan level kekurusan yang dimiliki,
kebanyakan perempuan percaya bahwa mereka adalah orang-orang yang sehat. Media
juga menggambarkan gambaran ideal bagi laki-laki adalah dengan memiliki tubuh
yang berotot.
(d) Keluarga.
Menurut teori social learning, orang
tua merupakan model yang paling penting dalam proses sosialisasi sehingga
mempengaruhi gambaran tubuh anak anaknya melalui modeling, feedback dan
instruksi. Fisher, Fisher dan Strack (dalam Cash & Pruzinsky, 2002)
menyatakan bahwa gambaran tubuh melibatkan bagaimana orangtua menerima keadaan
bayinya baik terhadap jenis kelamin bayinya dan bagaimana wajah bayinya kelak.
Ketika bayi lahir, orangtua menyambut bayi tersebut dengan pengharapan akan
adanya bayi ideal dan membandingkannya dengan penampilan bayi sebenarnya.
Kebutuhan emosional bayi adalah disayangi lingkungan yang dapat mempengaruhi
harga diri seseorang. Harapan fisik bayi oleh orangtua sama seperti harapan
oanggota keluarga lain yaitu tidak cacat tubuh. Ikeda and Narworski (dalam Cash
dan Purzinsky, 2002) menyatakan bahwa komentar yang dibuat orang tua dan
anggota keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam gambaran tubuh anak- anak.
Orang tua yang secara konstan melakukan diet dan berbicara tentang berat mereka
dari sisi negatif akan memberikan pesan kepada anak bahwa menghawatirkan berat
badan adalah sesuatu yang normal.
(e) Hubungan interpersonal.
Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung
membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi
konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik.
Hal inilah yang sering membuat orang merasa cemas dengan penampilannya dangugup
ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya. Rosen dan koleganya
(dalam Cash & Purzinsky, 2002) menyatakan bahwa feedback terhadap
penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan interpersonal
dapat mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan mengenai tubuh. Menurut
Dunn & Gokee (dalam Cash Purzinsky, 2002) menerima feedback mengenai
penampilan fisik berarti seseorang mengembangkan persepsi tentang bagaimana
orang lain memandang dirinya. Keadaan tersebut dapat membuat mereka melakukan perbandingan
sosial yang merupakan salah satu proses pembentukan dalam penilaian diri
mengenai daya tarik fisik. Pikiran dan perasaan mengenai tubuh bermula dari
adanya reaksi orang lain. Dalam konteks perkembangan, gambaran tubuh berasal
dari hubungan interpersoanal. Perkembangan emosional dan pikiran individu juga
berkontribusi pada bagaimana seseorang melihat diriya. Maka, bagaimana
seseorang berpikir dan merasa mengenai tubuhnya dapat mempengaruhi hubungan dan
karakteristik psikologis (chase, 2001).
2.3 Stressor yang dapat Menyebabkan
Gangguan Citra Tubuh
·
Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat
penyakit
·
Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi,
suntikan, daerah pemasangan infuse.
·
Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh
disrtai dengan pemasanagn alat di dalam tubuh.
·
Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah
system tubuh.
·
Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan.
·
Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan
berubah, pemasangan alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik,
pemeriksaan tanda vital, dll).
Etiologi lainnya
Kondisi
Patofisiologi dan Psikopatologis dan prosedur terapeutik yang dapat menimbulkan
gangguan citra tubuh :
1. Eksisi bedah atau gangguan bagian tubuh
a. Enterostomi
b. Mastaktomi
c. Histerektomi
d. Pembedahan
kardiovaskuler
e. Pembedahan
leher radikal
f. Laringektomi
2. Amputasi
pembedahan atau traumatik
3.
Luka bakar
4. Trauma wajah
5.
Gangguan makan
6. Obesitas
7. Gangguan muskuluskeletal
a. atritis
8. Gangguan integumen
a. Psoriasis
b. Skar sekunder akibat trauma atau pembedahan
9. Lesi otak
a. Cerebrovaskular accident
b. Demensia
c. Penyakit parkinson
10. Gangguan
afektif
a. Depresi
b. Skizofrenia
11. Gangguan
endokrin
a. Akromegali
b. Sindroma chusing
12. Penyalahgunaan bahan kimia
13. Prosedur diagnostik
14. Kehilangan atau pengurangan fungsi
a. Impotensi
b. Pergerakan/kendali
c. Sensori/persepsi
d. Memori
15. Nyeri
16. Perubahan
psikososial atau kehilangan
a. Perubahan
volunter atau dipaksakan dalam peran bekerja atau sosial
b. Dukungan
orang terdekat
c. Perceraian
d. Kepemilikan
pribadi (rumah, perlengkapan rumah tangga, keuangan)
e. Translokasi/relokasi
17. Respon
masyarakat terhadap penuaan (agetasim)
a. Umpan
balik interpersonal negatif
b. Penekanan
pada produktivitas
2.4 Respon Klien terhadap Ganggua
Citra Tubuh
Respon pasien terhadap kelainan bentuk atau
keterbatasan meliputi perubahan dalam kebebasan. Pola ketergantungan dalam
komunikasi dan sosialisasi.
Respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat
berupa:
1.
Respon penyesuaian: menunjukkan
rasa sedih dan duka cita (rasa shock, kesangsian, pengingkaran, kemarahan, rasa
bersalah atau penerimaan)
2.
Respon mal-adaptip: lanjutan terhadap
penyangkalan yang berhubungan dengan kelainan bentuk atau keterbatasan yang
tejadi pada diri sendiri. Perilaku yang bersifat merusak, berbicara tentang
perasaan tidak berharga atau perubahan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
Respon terhadap pola kebebasan – ketergantungan dapat
berupa:
1.
Respon penyesuaian: merupakan
tanggung jawab terhadap rasa kepedulian (membuat keputusan) dalam mengembangkan
perilaku kepedulian yang baru terhadap diri sendiri, menggunakan sumber daya
yang ada, interaksi yang saling mendukung dengan keluarga.
2.
Respon mal-adaptip: menunjukkan
rasa tanggung jawab akan rasa kepeduliannyaterhadap yang lain yang
terus-menerus bergantung atau dengan keras menolak bantuan.
Respon terhadap Sosialisasi dan Komunikasi dapat berupa:
1.
Respon penyesuaian: memelihara
pola sosial umum, kebutuhan komunikasi dan menerima tawaran bantuan, dan
bertindak sebagai pendukung bagi yang lain.
2. Respon mal-adaptip:
mengisolasikan dirinya sendiri, memperlihatkan sifat kedangkalankepercayaan
diri dan tidak mampu menyatakan rasa (menjadi diri sendiri, dendam, malu,
frustrasi, tertekan) (Carol, 1997).
2.5 Negatif dan Positif Citra
Tubuh
Citra
tubuh yang negatif merupakan suatu persepsi yang salah mengenai bentuk
individu, perasan yang bertentangan dengan kondisi tubuh individu sebenarnya.
Individu merasa bahwa hanya orang lain yang menarik dan bentuk tubuh dan ukuran
tubuh individu adalah sebuah tanda kegagalan pribadi. Individu merasakan malu, self-conscious,
dan khawatir akan badannya. Individu merasakan canggung dan gelisah terhadap
badannya (Dewi, 2009).
Citra
Tubuh yang positif merupakan suatu persepsi yang benar tentang bentuk individu,
individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Individu
menghargai badan/tubuhnya yang alami dan individu memahami bahwa penampilan
fisik seseorang hanya berperan kecil dalam menunjukkan karakter mereka dan
nilai dari seseorang. Individu merasakan bangga dan menerimanya bentuk badannya
yang unik dan tidak membuang waktu untuk mengkhawatirkan makanan, berat badan,
dan kalori. Individu merasakan yakin dan nyaman dengan kondisi badannya (Dewi,
2009).
2.6
Manifestasi Klinis Citra Tubuh
Tanda dan gejala gangguan citra tubuh, (Harnawatiaj, 2008)
yaitu:
1. Menolak
melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2. Tidak menerima
perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
3. Menolak
penjelasan perubahan tubuh
4. Persepsi
negatif pada tubuh
5. Preokupasi
dengan bagian tubuh yang hilang
6. Mengungkapkan
keputusasaan
7. Mengungkapkan
ketakutan
2.7 Asuhan Keperawatan Gangguan
Citra Tubuh
a) Pengkajian
1. Objektif
:
Hilangnya
bagian tubuh.
a.
Perubahan
anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi.
b.
Menyembunyikan
atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu.
c.
Menolak melihat
bagian tubuh.
d.
Menolak
menyentuh bagian tubuh.
e. Aktifitas
sosial menurun.
2. Subjektif
:
a.
Menolak
perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil operasi.
b.
Mengatakan hal
negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi.
c.
Menolak
berinteraksi dengan orang lain.
d.
Mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu.
e.
Sering
mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi.
f.
Merasa asing
terhadap bagian tubuh yang hilang.
3. Konsep diri :
Ideal diri ;
tidak realistis, ambisius
4.
Sosial budaya :
a.
Nilai budaya
yang ada di masyarakat.
b.
Nilai budaya
yang dianut individu
b)
Diagnosa Keperawatan
Selama pasien
dirawat, perawat melakukan tindakan untuk diagnosa potensial, dan akan
dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat Jalan untuk memonitor kemungkinan
diagnosa aktual.
Beberapa
diagnosa gangguan citra tubuh adalah potensial gangguan citra tubuh yang
berhubungan dengan efek pembedahan serta menarik diri yang berhubungan dengan
perubahan penampilan (Keliat, 1998).
Adapun Diagnosa yang mungkin Muncul
diantaranya:
1)
Gangguan
konsep diri : Gangguan Citra Tubuh
2)
Isolasi
social : menarik diri
3)
Deficit
perawatan diri
c) Intervensi
Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan
citra tubuh adalah meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran
serta pasien sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, mengidentifikasi perubahan
citra tubuh, menerima perasaan dan pikirannya, menetapkan masalah yang
dihadapinya, mengidentifikasi kemampuan koping dan sumber pendukung lainnya,
melakukan tindakan yang dapat mengembalikan integritas diri (Keliat, 1998).
Diagnose I : gangguan citra tubuh
SP Pasien
Tujuan Umum :
Kepercayaan
diri klain kembali normal
Tujuan khusus :
Pasien dapat
mengidentifikasi citra tubuhnya .
Pasien dapat
mengidentifikasi potensi (aspek positif).
Pasien dapat
melakukan cara untuk meningkatkan citra tubuh.
Pasien dapat
berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi
Diskusikan
persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang dulu dan saat ini, perasaan dan
harapan yang dulu dan saat ini terhadap citra tubuhnya.
Diskusikan
potensi bagian tubuh yang lain.
Bantu pasien
untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.
Ajarkan
untuk meningkatkan citra tubuh.
Gunakan
protese, wig,Gunakan protese, wig,kosmetik atau yg lainnya sesegera
mungkin,gunakan pakaian yang baru.
Motivasi
pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
Bantu pasien
menyentuh bagian tersebut.
Motivasi
pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah kepada pembentukan tubuh yang
ideal.
Lakukan
interaksi secara bertahap
Susun jadual
kegiatan sehari-hari.
Dorong
melakukan aktifitas sehari dan terlibat dalamkeluarga dan sosial.keluarga dan
sosial.
Dorong untuk
mengunjungi teman atau orang lain yang berarti/mempunyai peran pentingbaginya.
Beri pujian
thd keberhasilan pasienmelakukan interaksi.
SP keluarga
Tujuan umum :
•
Kluarga dapat membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri klien
Tujuan khusus :
Keluarga
dapat mengenal masalah gangguan.
Keluarga
dapat mengenal masalah gangguancitra tubuhcitra tubuh.
Keluarga
mengetahui cara mengatasi.
Keluarga
mengetahui cara mengatasimasalah gangguan citra tubuhmasalah gangguan citra
tubu.
Keluarga
mampu merawat pasien gangguancitra tubuhcitra tubuh.
Keluarga
mampu mengevaluasi kemampuanKeluarga mampu mengevaluasi kemampuanpasien dan
memberikan pujian ataspasien dan memberikan pujian
ataskeberhasilannya.keberhasilannya.
Intervensi
Jelaskan
dengan keluarga ttg ggn citra tubuh yang tjd pada pasien.
Jelaskan
kepada keluarga cara mengatasi gangguan citra tubuh.
Ajarkan
kepada keluarga cara merawat pasien.
Menyediakan
fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dirumah.
Menfasilitasi
interaksi dirumah.
Melaksanakan
kegiatan dirumah dan sosial.
Memberikan
pujian atas keberhasilan pasien.
0 komentar:
Posting Komentar