A. MATA
1. Anatomi Mata
Mata
adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada fotoresptor yang mengubah energy cahaya menjadi impuls
saraf.
Struktur
Aksesori Mata
1.
Orbita
adalah lekukan tulang yang berisi bola mata. Hanya seperlima rongga orbita yang
terisi bola mata : sisa rongga berisi jaringan ikat dan adiposa, serta otot
mata ekstrinsik yang berasal dari orbita dan menginsersi bola mata. Ada dua
lubang pada orbit; foramen optic berfungsi untuk lintasan saraf dan arteri yang
berkaitan dengan otot mata
2.
Tiga
pasang otot mata (dua pasang otot rektus dan satu pasang otot oblik)
memungkinkan mata untuk bergerak bebas kearah ventrikal, horizontal dan
menyilang
3.
Alis
mata melindungi mata dari keringat; kelopak mata (palpebrae) atas dan bawah
melindungi mata dari kekeringan dan debu
4.
Fisura
palpebral, atau ruang antara kelopak mata atas dan bawah, ukurannya bervariasi
diantara individu dan menentukan penampakan mata
5.
Kantus
medial terbentuk dari sambungan (juriction) medial kelopak mata atas dan bawah;
kantus lateral terbentuk dari sambungan lateral kelopak mata atas dan bawah
6.
Karunkel
adalah elevasi kecil pada sambungan medial. Bagian ini berisi kelenjar sebasea
dan kelenjar keringat
7.
Konjungtiva
adalah lapisan pelindung tipis epitelium yang melapisi setiap kelopak
(konjungtiva palpebral) dan terlipat kembali di atas permukaan anterior bola
mata (bulbar, atau okular, konjungtiva)
8.
Lempeng
tarsal pada setiap kelopak mata adalah hubungan jaringan ikat yang rapat.
KelenjarMelbornian, yang merupakan pembesaran kelenjar sebasea pada lempeng
tarsal, mensekresi barier berminyak untuk mencegah air mata yang berlebihan
pada kelopak mata bagian bawah
9.
Aparatus
lakrimal penting untuk produksi dan pengaliran air mata. Air mata mengandung
garam, mukosa dan lisozim, suatu bakteriosida. Cairan ini membasahi permukaan
mata dan mempertahankan kelembabannya. Berkedip menekan kelenjar lakrimal dan
menyebabkan produksi air mata. Air mata keluar melalui pungtum papilla
lakrimal, yang menyambung kantong lakrimal. Kantong membuka kedalam duktus
nasolakrimal yang pada gilirannya akan masuk kerongga nasal.
Struktur mata
1.
Lapisan
terluar yang keras pada bola mata adalah tunika fibrosa. Bagian posterior
tunika fibrosa adalah sklera opaque yang berisi jaringan ikat fibrosa putih
a. Sklera memberi bentuk pada bola mata dan
memberikan tempat perlekatan untuk otot
ekstrinsik
b. Kornea adalah perpanjangan anterior yang
transparan di bagian depan mata. Bagian ini mentransmisi cahaya dan memfokuskan
berkas cahaya
2.
Lapisan
tengah bola mata disebut tunika vaskular (uvea) dan tersusun dari koroid, badan
siliaris dan iris.
a. Lapisan koroid adalah bagian yang sangat
terpigmentasi untuk mencegah refleksi internal berkas cahaya. Bagian ini juga
sangat tervaskularisasi untuk memberikan nutrisi pada mata, dan elastic
sehingga dapatmenarik ligamen suspensori.
b. Badan siliaris, suatu penebalan di bagian
anterior lapisan koroid, mengandung pembuluh darah dan otot siliaris. Otot
melekat pada ligamen suspensorik, tempat perlekatan lensa. Otot ini penting
dalam akomodasi penglihatan, atau kemampuan untuk mengubah focus dari objek
berjarak jauh ke objek berjarak dekat di depan mata.
c. Iris, perpanjangan sisi anterior koroid, merupakan
bagian mata yang berwarna bening. Bagian ini terdiri dari jaringan ikat dan
otot radialis serta sirkulasi, yang berfungsi untuk mengendalikan diameter
pupil.
d. Pupil adalah ruang terbuka yang bulat pada
iris yang harus dilalui cahaya untuk dapat masuk ke interior mata.
3.
Lensa
adalah struktur bikonveksi yang bening tepat di belakang pupil. Elastisitasnya
sangat tinggi, suatu sifat yang akan menurun seiring proses penuaan.
4.
Rongga
mata. Lensa pemisah interior mata menjadi dua rongga: rongga anterior dan
rongga posterior.
a. Rongga anterior terbagi menjadi dua ruang
1. Ruang anterior : terletak di belakang kornea
dan di depan iris: ruang posterior terletak di depan lensa dan di belakang iris
2. Ruang tersebut berisi aqueous humor, suatu
cairan bening yang diproduksi prosesus siliaris untuk mencukupi kebutuhan
nutrisi lensa dankornea. Aqueous humor mengalir ke saluran Schlemm dan masuk ke
sirkulasi darah vena
3. Tekanan intra ocular pada aqueous humor
penting untuk mempertahankan bentuk bola mata. Jika aliran aqueous humor
terhambat, tekanan akan meningkat dan mengakibatkan kerusakan penglihatan,
suatu kondisi yang disebut glaukoma.
b. Rongga posterior terletak diantara lensa dan
retina dan berisi vitreus humor. Semacam gel tranparan yang juga berperan untuk
mempertahankan posisi retina terhadap kornea
5. Retina, lapisan terdalam mata, adalah lapisan
yang tipis dan transparan. Lapisan ini terdiri dari lapisan jaringan saraf
dalam.
a. lapisan terpigmentasi luar pada retina melekat pada lapisan koroid.
Lapisan ini adalah lapisan tunggal sel epitel kuboidal yang mengandung pigmen
melanin dan berfungsi untuk menyerap cahaya berlebih dan mencegah refleksi
internal berkas cahaya yang melalui bola mata. Lapisan ini juga menyimpan
vitamin A
b. lapisan jaringan saraf dalam (optikal). yang terletak bersebelahan
dengan lapisan terpigmentasi, adalah struktur kompleks yang terdiri dari
berbagai jenis neuron yang tersusun dalam sedikitnya sepuluh lapisan terpisah.
(1) sel batang dan kerucut adalah reseptor fotosensitif yang terletak
berdekatan dengan lapisan terpigmentasi. Sel batang adalah neuron silindris
bipolar yang bermodifikasi menjadi dendrit sensitif cahaya. Setiap mata berisi
sekitar 120 juta sel batang terletak terutama pada perifer retina. Sel batang
tidak sensitif terhadap warna dan bertanggung jawab untuk penglihatan di malam
hari. Sel kerucut berperan dalam persepsi warna. Sel ini berfungsi pada tingkat
intensitas cahaya yang tinggi dan berperan dalam penglihatan di siang hari.
(2) neuron bipolar membentuk lapisan tengah dan menghubungkan sel
batang dan sel kerucut ke sel-sel
ganglion.
(3) sel ganglion mengandung akson yang bergabung pada regia khusus
dalam retina untuk membentuk saraf optik.
(4) sel horizontal dan sel amakrin merupakan sel lain yang ditemukan
dalam retina, sel ini berperan untuk menghubungkan sinaps-sinaps lateral.
(5) cahaya masuk melalui lapisan ganglion, lapisan bipolar dan badan
sel batang serta kerucut untuk menstimulasi prosesus dendrit dan memicu impuls
saraf. Kemudian impuls saraf menjalar dengan arah terbaik melalui kedua lapisn
sel saraf.
c. Bintik buta (diskus optik) adalah titik keluar saraf optik. Karena
tidak ada fotoreseptor pada area ini. Maka tidak ada sensasi penglihatan yang
terjadi saat cahaya jatuh ke area ini
d. Lutea makula adalah area kekuningan yang terletak agak lateral
terhadap pusat
e. Fovea adalah pelekukan sentral makula lutea yang tidak memiliki sel
batang dan hanya mengandung sel kerucut. Bagian ini adalah pusat visual mata :
bayangan yang terfokus disini akan diinterpretasi dengan jelas dan tajam oleh
otak.
f. jalur visual ke otak
(1) saraf optik terbentuk dari akson sel-sel ganglion yang keluar dari
matan dan bergabung tepat disisi superior kelenjar hipofisis membentuk klasma
optik.
(2) pada kiasma optik, serabut neuron yang berasal dari separuh bagian
temporal (lateral) setiap retina tetap berada disisi yang sama sementara
serabut neuron yang berasal dari separuh bagian nasal (medial) setiap retina
menyilang ke sisi yang berlawanan.
(3) setelah kiasma optik, serabut akson membentuk traktus optik yang
memanjang untuk bersinapsis dengan neuron dalam nuklei gerikulasi lateral
talamus. Aksonnya menjalar ke korteks lobus oksipital.
(4) sebagian akson berhubungan dengan kolikuli superior, okulomotorik,
dan nuklei pratektum untuk berpartisipasi dalam refleks pupilaris dan
silliaris.
2. Fisiologi Mata pada Dewasa
Mata adalah organ fotosensitif yang sangat
berkembang dan rumit, yang memungkinkan
analisis cermat dari bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang dipantulkan
objek. Mata terletak dalam struktur bertulang yang protektif di tengkorak,
yaitu rongga orbita. Setiap mata terdiri atas sebuah bola mata fibrosa yang
kuat untuk mempertahankan bentuknya, suatu sistem lensa untuk memfokuskan bayangan, selapis sel
fotosensitif, dan suatu sistem sel dan saraf yang berfungsi mengumpulkan,
memproses, dan meneruskan informasi visual ke otak (Junqueira, 2007).
Mata adalah organ fotosensitif yang sangat
berkembang dan rumit, yang memungkinkan analisis cermat dari bentuk, intensitas
cahaya, dan warna yang dipantulkan objek. Mata terletak dalam struktur
bertulang yang protektif di tengkorak, yaitu rongga orbita. Setiap mata terdiri
atas sebuah bola mata fibrosa yang kuat
untuk mempertahankan bentuknya, suatu sistem lensa untuk memfokuskan bayangan,
selapis sel fotosensitif, dan suatu sistem sel dan saraf yang berfungsi
mengumpulkan, memproses, dan meneruskan informasi visual ke otak (Junqueira,
2007).
Untuk membawa sumber cahaya jauh dan dekat terfokus
di retina, harus dipergunakan lensa yang lebih kuat untuk sumber dekat.
Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa sehingga baik sumber cahaya dekat maupun
jauh dapat difokuskan di retina dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa
bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris. Otot siliaris adalah
bagian dari korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid di sebelah
anterior. Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk
penglihatan jauh, tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa
menjadi lebih cembung dan lebih kuat untuk penglihatan dekat. Serat-serat saraf
simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh, sementara
sistem saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat
(Sherwood, 2001).
Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata,
terfokus pada retina dan menghasilkan
sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi maksimal, pupil dapat
dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak dibandingkan ketika sedang
konstriksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua elemen
kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang terdiri dari otot-otot
sirkuler dan papillary dilator yang terdiri dari sel-sel epitelial kontraktil
yang telah termodifikasi. Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai myoepithelial
cells (Saladin, 2006).
Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini
berkontraksi dan melebarkan pupil sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki
mata. Kontraksi dan dilatasi pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas
cahaya berubah dan ketika kita memindahkan arah pandangan kita ke benda atau
objek yang dekat atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki
mata, pembentukan bayangan pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata
(Saladin, 2006).
Beberapa media refraksi mata yaitu kornea (n=1.38),
aqueous humour (n=1.33), dan lensa
(n=1.40). Kornea merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa. Lensa hanya
berfungsi untuk menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata terfokus pada
benda yang dekat dan jauh. Setelah cahaya mengalami refraksi, melewati pupil
dan mencapai retina, tahap terakhir dalam proses visual adalah perubahan energi
cahaya menjadi aksi potensial yang dapat diteruskan ke korteks serebri. Proses
perubahan ini terjadi pada retina (Saladin, 2006).
Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented
retina dan sensory retina. Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang
berisi pigmen melanin yang bersama-sama dengan pigmen pada koroid membentuk
suatu matriks hitam yang mempertajam penglihatan dengan mengurangi penyebaran
cahaya dan mengisolasi fotoreseptor-fotoreseptor yang ada. Pada sensory retina,
terdapat tiga lapis neuron yaitu lapisan fotoreseptor, bipolar dan ganglionic.
Badan sel dari setiap neuron ini dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron
dari berbagai lapisan bersatu. Lapisan pleksiform luar berada diantara lapisan
sel bipolar dan ganglionic sedangkan lapisan pleksiformis dalam terletak
diantara lapisan sel bipolar dan ganglionic (Seeley, 2006).
Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori
retina, sinyal yang terbentuk akan diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm,
optic tract, lateral geniculate dari thalamus, superior colliculi, dan korteks
serebri (Seeley, 2006).
3 Fisiologi Mata pada Lansia
Pada indera penglihatan atau mata pada usia lansia
mengalami perubahan struktur sehingga mengalami kemunduran dari fungsi secara
normal, contoh pada bagian lensa terdiri sel-sel ynag secra normal sel-selnya
selalu diaganti tetapi pada bagian tengah digantikan tetapi mengalami kesulitan
ganda selain posisinya yang ditengah juga jauh dari aquos humerous sebagai
suplai nitrisi, sehingga disebut sel tertua, karena bertambahnya usia maka sel
bagian tengah ini mengalami kematian sehingga menjadi kaku, karena kaku maka
menjadikan tidak lentur, lensa menjadi tidak mampu mengambil bentuk sferis
(bulat) yang digunakan untuk akomodasi penglihatan jarak dekat.
Perubahan penglihatan dan fungsi mata dianggap normal
dalam proses penuaan termasuk penurunan kemampuan dalam melakukan akomodasi,
konstriksi pupil, akibat penuan, dan perubahan warna serta kekeruhan lansa
mata, yaitu katarak.
Semakin bertambahnya usia, lemak akan berakumulasi di
sekitar kornea dan membentuk lingkaran berwarna putih atau kekuningan di antara
iris dan sklera. Kejadian ini disebut arkus sinilis, biasanya ditemukan pada
lansia.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada
penglihatan akibat proses menua:
1. Terjadinya
awitan presbiopi dengan kehilangan kemampuan akomodasi. Kerusakan ini terjadi
karena otot-otot siliaris menjadi lebih lemah dan kendur, dan lensa kristalin
mengalami sklerosis, dengan kehilangan elastisitas dan kemampuan untuk
memusatkan penglihatan jarak dekat. Implikasi dari hal ini yaitu kesulitan
dalam membaca huruf-huruf yang kecil dan kesukaran dalam melihat dengan jarak
pandang dekat.
2. Penurunan
ukuran pupil atau miosis pupil terjadi karena sfingkter pupil mengalami
sklerosis. Implikasi dari hal ini yaitu penyempitan lapang pandang dan
mempengaruhi penglihatan perifer pada tingkat tertentu.
3. Perubahan
warna dan meningkatnya kekeruhan lensa kristal yang terakumulasi dapat
menimbulkan katarak. Implikasi dari hal ini adalah penglihatan menjadi kabur
yang mengakibatkan kesukaran dalam membaca dan memfokuskan penglihatan,
peningkatan sensitivitas terhadap cahaya, berkurangnya penglihatan pada malam
hari, gangguan dalam persepsi kedalaman atau stereopsis (masalah dalam
penilaian ketinggian), perubahan dalam persepsi warna.
4. Penurunan
produksi air mata. Implikasi dari hal ini adalah mata berpotensi terjadi
sindrom mata kering.
5. Pada
masa dewasa akhir penurunan indera penglihatan bisa mulai dirasakan dan terjadi
mulai awal masa dewasa tengah. Adaptasi terhadap gelap lebih menjadi lambat,
yang berarti bahwa orang yang lanjut usia membutuhkan waktu lama untuk
memulihkan kembali penglihatan mereka ketika keluar dari ruangan yang terang
menuju ke tempat yang agak gelap.
b> Telinga
1. Anatomi Telinga
Struktur
Telinga
Telinga merupakan
alat pendengaran sekaligus keseimbangan didalam tubuh kita. dibagi menjadi
bagian luar, tengah dan dalam.
1. Telinga luar terdiri dari pinna (aurikula) dan kanalis auditorius
eksternus, dipisahkan dari telinga tengah oleh struktur seperti cakram yang
dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi
kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit
dan tersusun terutama kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada
lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya
sepanjang kanalis auditorus eksternus. Tepat didepan meatus ujung jari di
meatus auditorus eksternus ketika membuka dan menutup mulut.
2. Membran Timpani (gendang telinga) adalah perbatasan telinga tengah.
Membran timpani membentuk kerucut dan dilapisi kulit pada permukaan eksternal
dan membran mukosa pada permukaan internal. Membran ini memisahkan telinga luar
dan telinga tengah. Dan memiliki tegangan, ukuran, dan ketebalan yang sesuai
untuk menggetarkan gelombang bunyi secara mekanis.
3. Telinga Tengah terletak di
rongga berisi udara dalam bagian petrosus tulang temporal. Telinga tengah
mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli
dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen yang membantu
hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga
tengah, yang memisahkan telinga tengah dan telinga dalam). Jendela bulat
memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat
tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur
berbentuk cincin.
Tuba Eustachius (auditori) menghubungkan
telinga tengah dengan faring. Lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar
35mm,.normalnya, tuba eustachius tertutup. Namun, dapat terbuka akibat kontraksi
otot palatum ketika melakukan manuver Valsava atau menguap dan menelan. Tuba
berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dannmenyeimbangkan tekanan dalam
telinga tengah dengan tekanan atmosfer.
4. Telinga Dalam (internal) berisi cairan dan
terletak dalam tulang temporal, disisi medial telinga tengah. Telinga dalam
terdiri dari dua bagian : labirin tulang dan labirin membranosa didalam labirin
tulang.
a. labirin tulang adalah ruang berliku berisi
perlimfe. Suatu cairan yang menyerupai cairan serebrospinal. Bagian ini
melubangi bagian petrosus tulang temporal dan terbagi menjadi tiga bagian yaitu
vestibula, saluran semisirkular dan koklea yang berbentuk seperti siput.
1. Vestibula adalah bagian sentral labirin
tulang yang menghubungkan saluran semisirkular dengan koklea. Dinding lateral
vestibula mengandung fenestra vestibuli dan fenestra cochleae yang berhubungan
dengan telinga tengah. Membran melapisi fenestra untuk mencegah keluarnya
cairan perlimfe.
2. Rongga tulang saluran semisirkular menonjol
dari bagian posterior vestibula. Saluran semisirkular anterior dan posterior
mengarah pada bidang ventrikal di setiap sudut kanannya. Saluran semisirkular
lateral terletak horizontal dan pada sudut kanan kedua saluran diatas.
b. labirin membranosa adalah serangkaian tuba
berongga dan kantong yang terletak dalam labirin tulang dan mengikuti kontur
labirin tersebut. Bagian ini mengandung cairan endolimfe, cairan yang
menyerupai cairan intraselular.
Labirin membranosa dalam regia vestibula
merupakan lokasi awal dua kantong, utrikulus dan sakulus yang dihubungkan
dengan duktus endolimfe sempit dan pendek. Duktus semisirkular yang berisi
endolimfe terletak dalam saluran semisirkular pada laburun tulang yang
mengandung perilimfe. Setiap duktus semisirkular, utrikulus dan sakulus
mengandung reseptor untuk ekuilibrium statis (bagaimana cara kepala
berorientasi terhadap ruang bergantung pada gaya gravitasi) dan ekuilibrium
dinamis (apakah kepala bergerak atau diam dan kecepatan serta arah gerakan).
Utrikulus terhubung dengan duktus semisirkular sedangkan sakulus terhubung
dengan duktus koklear dalam koklea.
2. Fisiologi Telinga pada Dewasa
Beberapa organ yang berperan penting dalam proses
pendengaran adalah membran tektoria, sterosilia dan membran basilaris.
Interaksi ketiga struktur penting tersebut sangat berperan dalam proses
mendengar. Pada bagian apikal sel rambut sangat kaku dan terdapat penahan yang
kuat antara satu bundel dengan bundel lainnya, sehingga bila mendapat stimulus
akustik akan terjadi gerakan yang kaku bersamaan.
Pada bagian puncak stereosillia terdapat rantai
pengikat yang menghubungkan stereosilia yang tinggi dengan stereosilia yang
lebih rendah, sehingga pada saat terjadi defleksi gabungan stereosilia akan
mendorong gabungan-gabungan yang lain, sehingga akan menimbulkan regangan pada
rantai yang menghubungkan stereosilia tersebut. Keadaan tersebut akan
mengakibatkan terbukanya kanal ion pada membran sel, maka terjadilah
depolarisasi.
Gerakan yang berlawanan arah akan mengakibatkan
regangan pada rantai tersebut berkurang dan kanal ion akan menutup. Terdapat
perbedaan potensial antara intra sel, perilimfa dan endolimfa yang menunjang
terjadinya proses tersebut. Potensial listrik koklea disebut koklea mikrofonik,
berupa perubahan potensial listrik endolimfa yang berfungsi sebagai pembangkit
pembesaran gelombang energi akustik dan sepenuhnya diproduksi oleh sel rambut
luar (May, Budelis, & Niparko, 2004).
Pola pergeseran membran basilaris membentuk
gelombang berjalan dengan amplitudo maksimum yang berbeda sesuai dengan besar
frekuensi stimulus yang diterima. Gerak gelombang membran basilaris yang timbul
oleh bunyi berfrekuensi tinggi (10 kHz) mempunyai pergeseran maksimum pada
bagian basal koklea, sedangkan stimulus berfrekuensi rendah (125 kHz) mempunyai
pergeseran maksimum lebih kearah apeks.
Gelombang yang timbul oleh bunyi berfrekuensi sangat
tinggi tidak dapat mencapai bagian apeks, sedangkan bunyi berfrekuensi sangat
rendah dapat melalui bagian basal maupun bagian apeks membran basilaris. Sel
rambut luar dapat meningkatkan atau mempertajam puncak gelombang berjalan
dengan meningkatkan gerakan membran basilaris pada frekuensi tertentu. Keadaan
ini disebut sebagai cochlear amplifier.
Skema proses mendengar diawali dengan ditangkapnya
energi bunyi oleh telinga luar, lalu menggetarkan membran timpani dan
diteruskan ketelinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengamplifikasi getaran tersebut melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar
yang telah diamplifikasikan akan diteruskan ke telinga dalam dan di proyeksikan
pada membran basilaris, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran
basilaris dan membran tektoria.
Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter
ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius,
lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran. (Keith,
1989).
3. Fisiologi Telinga pada Lansia
Penurunan
pendengaran merupakan kondisi yang secara dramatis dapat mempengaruhi kualitas
hidup. Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. Pada lansia
lobule daun telinga memanjang dan terlihat kerutan dan saluran telinga menjadi
sempit dan rambut yang melapisi saluran telinga lebih kasar dan kaku.
Berikut ini
merupakan perubahan yang terjadi pada pendengaran akibat proses menua:
1.
Pada
telinga bagian dalam terdapat penurunan fungsi sensorineural, hal ini terjadi
karena telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi dengan baik
sehingga terjadi perubahan konduksi. Implikasi dari hal ini adalah kehilangan
pendengaran secara bertahap. Ketidak mampuan untuk mendeteksi volume suara dan
ketidakmampuan dalam mendeteksi suara dengan frekuensi tinggi seperti beberapa
konsonan (misal f, s, sk, sh, l).
2.
Pada
telinga bagian tengah terjadi pengecilan daya tangkap membran timpani,
pengapuran dari tulang pendengaran, otot dan ligamen menjadi lemah dan kaku.
Implikasi dari hal ini adalah gangguan konduksi suara.
3.
Pada
telinga bagian luar, rambut menjadi panjang dan tebal, kulit menjadi lebih
tipis dan kering, dan peningkatan keratin. Implikasi dari hal ini adalah
potensial terbentuk serumen sehingga berdampak pada gangguan konduksi suara.
4. Presbiakusis (gangguan dalam
pendengaran). Hilangnya
kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
Faktor
lain yang mempengaruhi pendengaran populasi manula, seperti pemajanan sepanjang
terhadap suara keras (mis. jet, senjata api, mesin gergaji mesin). Beberapa
obat, seperti aminoglik dan bahkan aspirin, mempunyai efek ototoksik gangguan
ginjal dapat menyebabkan perlambatan pengeluaran obat pada manula. Banyak
manula menelan quinin untuk mengatasi kram tungkai, yang dapat mengakibatkan
hilangnya pendengaran.
0 komentar:
Posting Komentar