About

Senin, 03 November 2014

Tumor Otak



1 Pengertian Tumor Otak
Tumor Otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak (Batticaca F, 2008). Tumor ganas di susunan saraf pusat adalah semua proses neoplastik yang terdapat dalam ruang intrakranial atau dalam kanalis spinalis, yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal dari sel-sel saraf di meningen otak, termasuk juga tumor yang berasal dari sel-sel penunjang (neurologis), sel epitel pembuluh darah, dan selaput otak (Padmosantjojo,2002).
Tumor otak adalah proses desak ruang ( space occupying lession ) yang timbul dalam ronga tengkorak baik didalam kompartemen supra tentosial maupun intra tentosial ( D, Joko, 1998 ). Tumor otak atau tumor intrakranial termasuk juga lesi desak ruang (lesi/bekas organ yang karena proses pertumbuhannya dapat mendesak organ yang ada disekitarnya, sehingga organ tersebut dapat mengalami gangguan) jinak maupun ganas, yang tumbuh di otak meningen dan tengkorak (Ariani,TA dalam Sistem Neurobehavior, 2012).
Tumor otak dapat tumbuh dimanapun pada struktur otak dan pemberian nama dilakukan berdasarkan sel atau jaringan dimana tumor tersebut terletak, misalnya tumor cerebral. Tumor primer merupakan tumor yang langsung menyerang pada saraf pusat (CNS) dan bermetastasis (menyebar) di luar area ini. Tumor otak sekunder merupakan hasil metastasis dari daerah lain pada tubuh, misalnya lambung, payudara, paru-paru, saluran usus (Workman, 2010).

2 Klasifikasi
      Secara umum, tumor otak terbagias atas Tumor Benigna (bukan kanker) dan tumor tumor maligna (kanker). Tumor otak dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok besar :


1)      Tumor yang muncul dari pembungkus otak, seperti meningioma dura.
Meningioma adalah tumor pada meningens, yang merupakan selaput pelindung yang melindungi otak dan medulla spinalis. Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di bagian otak maupun medulla spinalis, tetapi, umumnya terjadi di hemisfer otak di semua lobusnya. Kebanyakan meningioma bersifat jinak (benign), sedangkan meningioma malignan jarang terjadi.
2)      Tumor yang berkembang di dalam atau diatas saraf cranial, seperti neuroma akustik.
            Neuroma akustik merupakan sebuah tumor pada saraf cranial kedelapan, saraf untuk pendengaran dan keseimbangan. Itu biasanya muncul juga dalam meatus auditor internal, dimana ini sering berkembang sebelum pengisian serebelopontin berhenti. Pasien biasanya mengalami kehilangan pendengaran, tinnitus dan gaya berjalan sempoyongan. Akibat tumor menjadi membesar, sensasi nyeri pada wajah dapat terjadi pada sisi wajah yang sama, sebagai hasil tekanan tumor pada saraf cranial kelima.
3)      Tumor yang berasal dari dalam jaringan otak, seperti pada jenis glioma.
Glioma malignan biasanya banyak terjadi pada neoplasma  otak yang jumlahnya kira-kira  45% dari semua tumor otak. Biasanya tumor-tumor ini tidak dapat dibuang secara total, karena tumor menyebar dengan infiltrasi ke dalam sekitar jaringan saraf dan ini tidak dipertimbangkan untuk direseksi tanpa meyebabkan kerusakan sekali pada struktur vital.
4)      Tumor pembuluh darah, seperti Angioma.
Angioma otak : bentuk pembesaran massa pada pembuluh darah abnormal yang didapat di dalam atau di luar daerah otak. Beberapa kehidupan yang terdapat angioma tanpa menyebabkan gejala. Adanya perdarahan serebral pada orang dibawah 40 tahun memberi kesan mungkn adanya angioma.

3 Etiologi
Penyebab pasti dari tumor otak belum diketahui. Beberapa hal yang dikaji yaknia faktor genetik, hereditas, kesalahan dalam perkembangan janin, radiasi ion, elektromagnetik, bahaya lingkungan, nutrisi, virus, dan cidera. Penggunaan telpon seluler telah diteliti dapat menyebabkan tumor otak, namun temuan ini belum dikonfirmasi (Workman, 2010).
Faktor-faktor yang perlu diprakirakan sebagai penyebab tumor otak antara lain :
a.    Genetik
Faktor keturunan memainkan peran yang kecil dalam penyebab brain tumor. Dibawah 5% penderita glioma mempunyai sejarah keluarga yang menderita brain tumor. Beberapa penyakit warisan seperti tuberous sclerosis, neurofibriomatosis tipe I, Turcot syndrome dan Li-Fraumeni cancer syndrome, mempengaruhi pasien menjadi penderita glioma. Bagaimanapun juga, tumor-tumor tersebut cenderung terjadi pada anak-anak dan orang dewasa dan tidak terjadi pada mayoritas penderita glioma.
b.    Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
c.    Kimia dan Virus
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan tumor pada manusia masih belum jelas.
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
d.   Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebablkan terbentuknya neoplasma setelah dewasa. Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.

e.    Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.
f.     Faktor Lingkungan
Prior cranial irradiation adalah satu-satunya yang beresiko menyebabkan neoplasma intrakranial.
g.    Karakteristik Gaya Hidup
Brain tumor tidak berhubungan dengan gaya hidup seperti merokok, minuman beralkohol atau penggunaan ponsel.
h.    Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
i.      Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.

4 Manifestasi Klinis
Gejala klinis pada tumor otak dikenal dengan istilah trias klosis / trias klasi tumor otak, yaitu nyeri kepala, muntah, papiledema. Namun gejala sangat bervariasi bergantung pada tempat lesi dan kecepatan pertumbuhannya.
1.      Nyeri kepala
Nyeri kepala merupakan gejala tersering, dapat bersifat dalam, terus menerus, tumbuh dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri paling hebat pada waktu pagi hari dan menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan tekanan intrakranial, seperti membungkuk, batuk, atau mengejan sewaktu BAB. Nyeri kepala sedikit berkurang jika diberi aspirin dan kompres dingin pada tempat yang sakit.
Nyeri kepala yang dihubungkan dengan tumor otak disebabkan oleh traksi dan penggeseran struktur peka nyeri dalam rongga intrakranial. Struktur peka nyeri ini termasuk arteri, vena, serta sinus-sinus vena dan saraf otak.
2.      Mual/ Nausea dan muntah
Nausea dan muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medula oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial dan batang otak. Mutah dapat terjadi tanpa diawali nausea dan dapat proyektil.
3.      Papiledema
Papiledema disebabkan oeh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papilla saraf optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi, tanda ini mengisyaratkan peningkatan tekanan intracranial. Sering kali sulit menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor otak karena pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan edema meskipun tekanan intrakranial amat tinggi. Menyertai papil adema dapat terjadi gangguan penglihatan, termasuk pembesaran bintik buta dan amaurosis (saat-saat dimana penglihatan berkurang).
4.      Gejala yang lain yang menyertai 3 gejala utama di atas adalah kelemahan, ubun - ubun menonjol, peningkatan TIK, perdarahan intrakranial, kejang, ganguan mental, dan ganguan pada endokrin.
Tanda dan gejala menurut lokasi tumor :
1.      Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depsresi, bingung, tingkah laku aneh, sulit member argumentasi / menilai benar/tidak, hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
2.      Korteks presentalis posterior
Kelemahan . kelumpuhan pada otot-oto wajah, lidah dan jari.
3.      Lobus parientalis
Kelemahan pada ekstremitas bawah.
4.      Lobus oksipitalis
Kejang, gangguan penglihatan.
5.      Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot wajah.
6.      Lobus parietalis.
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, gangguan penglihatan.
7.      Cerebellum.
Papillemdema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia, hiperekstremitas sendi.

5 Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gejala-gejalanya timbul secara berurutan. Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompesi, invasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat ganggguan neurologist fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal. Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang timbul bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga. Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan.

6 Penatalaksanaan
1.      Operatif
Untuk mendapatkan diagnosa pasti dengan dekompresi internal mengingat bahwa obat – obatan anti edema tidak bisa diberikan secara terus menerus.
2.      Terapi konservatif
Untuk tumor susunan saraf pusat  sama dengan menggunakan sinar X / gama dan radiologi lainya.
3.      Kemoterapi
Obat – obat yang digunakan untuk kemoterapi seperti HU ( hidroxsiurea ) kemoterapi diberikan intra venus dan intra arterial.
4.      Imunoterapi
Yang mendasari terapi ini adalan bahwa tumor disebabkan oleh gangguan sistem imun tubuh sehingga diharapkan dengan menekan sistim imun dapat menekan sel tumor.

7 Pengobatan
Pengobatan pada tumor otak dapat berupa :
1.      Supportive Therapy
Supportive treatment berfokus pada meringankan gejala dan meningkatkan fungsi neuroligik pasien. Supportive treatment yang utama digunakan adalah anticonvulsants dan corticosteroid.

a.      Anticonvulsants
Anticonvulsants diberikan pada pasien yang menunjukan tanda-tanda seizure. Phenytoin (300-400mg/d) adalah yang paling umum digunakan, tapi carbamazepine (600-1000mg/h), Phenobarbital (90-150mg/h), dan valproic acid (750-1500mg/h) juga dapat digunakan.
b.      Corticosteroids
Corticosteroid mengurangi edema peritumoral dan mengurangi tekanan intracranial. Efeknya mengurangi sakit kepala dengan cepat. Dexamethasone adalah corticosteroid yang dipilih karena aktivitas mineralocorticoid yang minimal. Dosisnya dapat diberikan mulai dari 16 mg/h, tetapi dosis ini dapat ditambahkan maupun dikurangi untuk mencapai dosis yang dibutuhkan untuk mengontrol gejala neurologik.
2.      Definitive Therapy
Definitive treatment intracranial tumor meliputi  :
a.       Pembedahan
Berbagai pilihan pembedahan telah tersedia, dan pendekatan pembedahan yang dipilih harus berhati-hati untuk meminimalisir resiko deficit neurologic setelah operasi. Tujuan pembedahan :
1.      Menghasilkan diagnosis histologic yang akurat
2.      Mengurangi tumor pokok
3.      Memberikan jalan untuk CSF mengalir
4.      Mencapai potensial penyembuhan.
b.      Terapi Radiasi
Terapi radiasi memainkan peran penting dalam pengobatan brain tumor pada orang dewasa. Terapi radiasi adalah terapi nonpembedahan yang paling efektif untuk pasien dengan malignant glioma dan juga sangat penting bagi pengobatan pasien dengan low-grade glioma.
c.       Kemoterapi
Kemoterapi hanya sedikit bermanfaat dalam treatment pasien dengan malignant glioma. Kemoterapi tidak memperpanjang rata-rata pertahanan semua pasien, tetapi sebuah subgroup tertentu nampaknya bertahan lebih lama dengan penambahan kemoterapi dan radioterapi. Kemoterapi juga tidak berperan banyak dalam pengobatan pasien dengan lowgrade astrocytoma. Sebaliknya, kemoterapi disarankan untuk pengobatan pasien dengan oligodendroglioma.
d.      Imunoterapi
Imunoterapi merupakan pengobatan baru yang masih perlu diteliti lebih lanjut. Tumor umumnya menghasilkan level protein yang berbeda (dibandingkan protein normal) disekitar jaringan, dan beberapa protein mengandung asam amino substitusi atau deletions, atau mengubah phosphorylation atau glycosylation. Beberapa perubahan protein oleh  tumor sudah mencukupi bagi sistem imun untuk mengenal protein yang dihasilkan tumor sebagai antigenik, dan memunculkan imun respon untuk melawan protein-protein tersebut.

8 Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang
1.      MRI
Diagnosis terbaik pada brain tumor adalah dengan penggunaan cranial MRI. MRI harus menjadi pemeriksaan pertama pada pasien dengan tanda dan gejala kelainan pada intracranial. MRI menggunakan magnetic field bertenaga untuk menentukan nuclear magnetic spin dan resonansi yang tepat pada sebuah jaringan bervolume kecil. Jaringan yang berbeda memiliki nuclear magnetic spin dan resonansi yang berbeda pula.
2.      CT Scan
CT Scan adalah pemeriksaan yang menggunakan sinar-X dan dengan penggunaan komputer yang akan menghasilkan gambar organ-organ tubuh manusia. CT Scan dapat digunakan apabila MRI tidak tersedia. Namun, low-grade tumor pada posterior fossa dapat terlewatkan oleh CT Scan.
3.      Angioserebral
Angiografi serebral memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral, dan juga untuk mengetahui adanya hematom atau bekas tusukan.
4.      EEG
EEG dapat medeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor, menentukan iritasi seperti tumor & abses, dan dapat memungkinkan utnuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang. EEG juga memberikan informasi mengenai kepekaan neuron.
5.      Radiogram tengkorak
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya massa.

0 komentar:

Posting Komentar