1 KONSEP DASAR PATIENT SAFETY
Patient safety adalah suatu sistem dimana pemberi
layanan kesehatan membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yg disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tdk mengambil tindakan yg seharusnya diambil (KKP-RS)
1. 2400 th lalu
Hipocrates “Primum, Non Nocere” (First, Do No Harm)
a.
Jangan Tambah Penderitaan Sisakit
- Intinya
: Keselamatan pasien hal yang paling diutamakan
2. Th 2000 IOM tentang To Err is Human
Error in health care : A leading
cause of death and injury
3. WHO memulai Program Patient Safety th 2004 : “Safety
is a fundamental principle of patient care and a critical component
of quality management.” (World Alliance for Patient
Safety, Forward Programme WHO,2004)
4. KOMITE KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT (KKP-RS)
dibentuk PERSI, pd tgl 1 Juni 2005 àMENTERI KESEHATAN bersama
PERSI & KKP-RS telah mencanangkan Gerakan Keselamatan
Pasien Rumah Sakit pd Seminar Nasional PERSI tgl 21 Agustus 2005, di JCC.\
Tujuan Patient safety :
Tujuan
keselamatan pasin adalah mencegah hasil yang tidak diharapkan
(adverse outcome) yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Mencegah & menurunkan kejadian
yang tidak diharapkan dari kesalahan medis (Medical Error) di RS
2. Peningkatan Keselamatan Pasien &
menciptakan budaya keselamatan pasien di RS
3. Mencegah terjadinya kesalahan yang
diketahui / tampak serta mengurangi akibat dari kesalahan tersebut
4. Terlaksananya program-program
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
Kemungkinan Kesalahan Bisa Terjadi
1.
Diagnostik
- Kesalahan atau keterlambatan
diagnose
- Tidak
menerapkan pemeriksaan yang sesuai
- Menggunakan
cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai
- Tidak bertindak atas hasil
pemeriksaan atau observasi
2. Pengobatan
- Kesalahan pada prosedur
pengobatan
- Kesalahan
pada pelaksanaan terapi
- Kesalahan
metode penggunaan obat
- Keterlambatan
merespon hasil pemeriksaan
- Asuhan yang tidak layak
3. Preventive
- Tidak memberikan terapi
provilaktik
- Monitor dan follow up yang
tidak adekuat
4.Lain-lain
:
- Kegagalan berkomunikasi
- Kegagalan
alat
- Kegagalan
sistem lain
2 KEPERAWATAN KOMUNITAS
keperawatan
komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang ditujukan pada
masyarakat dengan penekanan pada “kelompok resiko tinggi”, dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan dan evaluasi
pelayanan keperawatan (Spradley, 1985; Logan dan Dawkin, 1987).
Keperawatan
komunitas memberikan perhatian terhadap pengaruh faktor lingkungan melalui
fisik, biologis, psikologis, sosial dan cultural dan spiritual terhadap
kesehatan masyarakat dan memberi prioritas pada strategi pencegahan peningkatan
dan pemeliharaan kesehatan dalam upaya mencapai tujuan.
Tujuan
Keperawatan Komunitas
Tujuan keperawatan komunitas adalah
untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui :
a. Pelayanan
kesehatan langsung (direct care) terhadap individu, keluarga dan kelompok dalam
kontes komunitas
b. perhatian
lagsung terhadap seluruh masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana
masalah/issue kesehatan masyarakat mempengaruhi keluarga, individu dan
kelompok.
Sasaran Keperawatan
Komunitas
Seluruh masyarakat termasuk individu,
keluarga dan kelompok beresiko tinggi (kelompok penduduk di daerah kumuh,
daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi,
balita dan ibu hamil).
Strategi Intervensi
Keperawatan Komunitas
Adapun strategi intervensi keperawatan
komunitas yaitu proses kelompok pendidikan kesehatan dan kerjasama
(Friendship).
Lingkungan Bidang
Kewenangan Dan Tanggung Jawab
Keperawatan komunitas merupakan bentuk
pelayanan/asuhan langsung yang berfokus kepada kebutuhan dasar komunitas, yang
berkaitan dengan kebiasaan atau pola perilaku masyarakat yang tidak sehat,
ketidakmampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan internal dan
eksternal.
Intervensi keperawatan yang dilakukan
mencakup: pendidikan kesehatan/keperawatan (Health Education),
mendemonstrasikan keterampilan dasar yang dapat dilakukan oleh komunitas,
melakukan intervensi keperawatan yang memerlukan keahlian perawat, misalnya
konseling remaja, pasangan yang akan menikah dan sebagainya, melakukan
kerjasama lintas program dan lintas sektoral untuk mengatasi masalah komunitas
serta melakukan rujukan keperawatan dan non keperawatan apabila diperlukan.Intervensi
keperawatan tersebut difokuskan pada 3 level pencegahan yaitu :
a.
Prevensi Primer
Pencegahan dalam arti sebenarnya,
terjadi sebelum sakit atau ketidak berfungsian dan diaplikasikan ke populasi
sehat pada umumnya.Pencegahan primer mencakup peningkatan kesehatan pada
umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit. Contoh kegiatan di bidang
prevensi primer antara lain:
1- Stimulasi
dan bimbingan dini/awal dalam kesehatan keluarga dan asuhan anak/balita.
2- Imunisasi
3- Penyuluhan
tentang gizi balita
--- Penyuluhan
tentang pencegahan terhadap kecelakaan
5- Asuhan
prenatal.
6- Pelayanan
Keluarga Berencana
7- Perlindungan
gigi (dental prophylaxis)
8- Penyuluhan
untuk pencegahan keracunan
b.
Prevensi sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa
dini dan intervensi yang tepat untuk menghambat proses psikologik sehingga
memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan/keseriusan penyakit. Contoh:
Kegiatan di bidang prevensi sekunder antara lain:
1) Mengkaji
keterbelakangan tumbuh kembang seorang anak/balita
2) Memotivasi
keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala termasuk gigi dan
mata terhadap balita.
c. Prevensi Tersier
Pencegahan tersier mulai pada saat cacat
atau ketidakmampuan terjadi sampai stabil/menetap atau tidak dapat diperbaiki
(irreversible). Rehabilitasi sebagai tujuan pencegahan primer lebih dari upaya
menghambat proses penyakit sendiri, yaitu : mengembalikan individu kepada
tingkat berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya. Contoh : Kegiatan
dibidang Prevensi tersier antara lain :
1) perawat
mengajar kepada keluarga untuk melakukan perawatan anak dengan kolostomi di
rumah.
2) Membantu
keluarga yang mempunyai anak dengan kelumpuhan anggota gerak untuk latihan
secara teratur di rumah.
Pada praktek
keperawatan komunitas, prinsip-prinsip kesehatan komunitas haruslah menjadi
pertimbangan yaitu :
a. Pemanfaatan,
Intervensi yang dilakukan harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
komunitas artinya ada keseimbangan antara manfaat dengan kerugian.
b. Autonomi,
Komunitas diberi kebebasan untuk melakukan atau memilih alternatif yang terbaik
yang disediakan untuk komunitas.
c. Keadilan,
Melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan kapasitas komunitas.
3 PENERAPAN KESELAMATAN
PASIEN DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS
Adapun penerapan keselamatan pasin di
keperawatan komunitas tidak terlepas dari 6 (enam) Standar Keselamatan Pasien
(SKP) sebagaimana yang ditetapkan oleh PMK No 1691 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit sebagai berikut:
1. Ketepatan
identifikasi pasien
2. Peningkatan
komunikasi yang efektif
3. Peningkatan
keamanan obat yang prlu diwaspadai
4. Kepastian
tepat-lokasi, tepat prosedur, tepat-pasien operasi
5. Pengurangan
resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan
resiko pasien jatuh
Lalu bagaimana penerapan 6 (enam) SKP
ini di kepeawatan komunitas? Berikut adalah contoh penerapan keselamatan pasien
di keperawatan komunitas brdasarkan 6(enam) standar di atas:
a.
Prevensi Primer
1-- Stimulasi
dan bimbingan dini/awal dalam kesehatan keluarga dan asuhan anak/balita.
Dalam bimbingan dini kesehatan keluarga
dan suhan anak balita, sering terjadi KTD yang disebabkan oleh beberapa factor
seperti komunikasi yang tidak efektif seperti penyampaian informasi yang tidak rinci
dan tidak jelas dari perawat pada keluarga sehingga terjadi kesalahan dalam
penerapan. Dalam hal ini penting bagi perawat menjelaskan asupan gizi yang
tepat untuk balita, berapa kadarnya, apa saja yang boleh dikonsumsi dan tidak
dan juga meluruskan paham yang salah di masyarakat terkait pemenuhan gizi
baita. Begitu juga dalam bimbingan dini kesehatan keluarga diperlukan penyampaian
yang rinci dan jelas dalam memberikan pendidikan kesehatan, misalnya terkait
cara pemeliharaan kesehatan yang benar, terkait pencegahan hiv pada kelompok
beresiko tinggi, perlu dijelaskan dengan jelas seperti cara pemakaian kondom
yang sering terjadi kekeliruan dimana penyuluh mencontohkannya dengan
menggunakan jempol, akan lebih baik jika dijelaskan menggunakan pantom. Disamping itu, perlu bagi
perawat mengkaji secara komprehensif keadaan tempat tinggal keluarga binaan
guna memberikan pendidikan yang tepat terkait pengelolaan rumah yang baik untuk
menghindari resiko cidera bagi anggota
keluarga, seperti lantai kamar mandi yang licin yang bisa menyebabkan anggota
keluarga terjatuh terutama lansia, dimana hal ini merupakan salah satu contoh
penerapan sasaran ke-enam keselamatan pasien.
Adapun indicator tempat tinggal dan
lingkungan yang sehat adalah sebagai berikut:
Indikator Lingkungan Rumah Yang Sehat
1. Letak
rumah yang sehat
a. Tidak
didirikan didekat tempat sampah yang dikumpulkan atau dibuang.
b. Dekat
dengan air bersih.
c. Jarak
kurang lebih 100 meter dari tmpat buang sampah
d. Dekat
sarana pem,bersihan
e. Di
tempat dimana air hujan dan air kotor tidak menggenang.
2. Ruangan
yang sehat
Ruangan yang sehat adalah ruangan yang cukup
luas ditempati, cukup bersih, cukup penerangan alami dalam rumah ( dapat
membaca Koran tanpa penerangan tambahan di pagi hari)
3. Tata
ruang yang sehat
a. Disediakan
cara tersendiri untuk membuang air limbah atau untuk menyiram tanaman dikebun.
b. Disediakan
tempat khusus untuk pembuangan sampah padat.
c. Terdapat
tempat khusus atau kandang diluar rumah untuk binatang peliharaan.
d. Bebas
dari binatang penular antara lain, bebas jentik, bebas tikus dan kecoak.
4. Ventilasi
atau sirkulasi udara yang lancar
a. Ruangan
yang cukup dimana penghuninya tidak terlalu banyak,terutama saat mereka sedang
tidur.
b. Kandang
peliharaan sekurang-kurangnya 10 meter dari rumah.
c. Terdapat
tempat untuk mandi dan mencuci pakaian serta alat-alat rumah tangga lainnya
dengan limbah rumah tangga digunakan untuk menyiram tanaman dihalaman atau
kebun.
d. Mempunyai
tempat khusus untuk menyimpan makana dan minuman yang mudah dijangkau serta
aman dari debu, tikus, serangga dan binatang lainnya,
e. Mempunyai
tempat khusus memasak serta lubang atau saluran pembuangan asap.
f. Mempunyai
jendela yang memyungkinkan udara segar masuk sehingga udara kotor atau asap
yang berada diluar dapat segera terbawa keluar.
g. Memiliki
tempat-tempat terlindung guna menyimpan barang-barang atau apapun yang harus dijauhkan
dari jangkauan anak-anak.
5. Lantai
dan dinding yang aman
a. Mudah
dibersihkan.
b. Permukaan
halus dan rata
c. Lantai
terbuat dari kayu, bambu,
ubin, atau plester.
Berikut adalah masalah-masalah kesehatan
lingkungan yang sering terjadi di Indonesia yang banyak memberikan dampak buruk
terhadap status kesehatan masyarakat itu sendiri:
1) Air
Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluaan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat diminum apabila telah dimasak.Sedangkan, air minum adalah air yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan langsung diminimum. Syarat-syarat
kualitas air bersih diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Syarat
fisik : tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna
b. Syarat
kimia : kadar besi maksimum yang diperbolehkan 0,3mg/liter, kesadahan(maks.
500mg/l)
c. Syarat
mikrobiologis : koliform tinja atau total koliform (maks. 0 per 100 ml air)
2) Pembuangan
Kotoran dan Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu
menggunakan jamban dengan syarat sebagai berikut:
a. Tanah
permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi.
b. Tidak
boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau
sumur.
c. Tidak
boleh terkontaminasi oleh air permukaan
d. Tidak
boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain.
e. Tidak
boleh terjadi penanganan tinja segar; atau, bila memang benar-benar diperlukan
harus dibatasi seminal mungkin.
f. Jamban
harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
g. Metode
pembuatan dan pengoperasian harus sederhana
dan tidak mahal.
3) Kesehatan
Pemukiman
Secara umum, rumah dapat dikatakan sehat
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Memenuhi
kebutuhan fisiologis yaitu pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup,
terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
b. Memenuhi
kebutuhan psikologis yaitu privasi yang cukup, komunikasi yang sehat antar
anggota keluarga dan penghuni rumah
c. Memenuhi
persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar
matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, di samping
pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
d. Mememnuhi
persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan
luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan,
konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4) Pembuanagan
Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik
harus memperhatikan faktor-faktor atau unsur sebagai berikut:
a. Penimbunan
sampah : faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah jumlah penduduk
dan kepadatannya, tingkat aktivitas, pola kehidupan atau tingkat sosial
ekonomi, letak geografis iklim, musim dan kemajuan teknologi.
b. Penyimpanan
sampah
c. Pengumpulan,
pengelolaan dan pemanfaatan kembali
d. Pengangkutan
e. Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah,
kita dapat mengetahui hubungan dan urgensi masing-masing unsur tersebut agar
kita dapat memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.
5) Serangga
dan Binatang Pengganggu
Serangga sebagai reservoir(habitat dan survival) bibit penyakit yang kemudian
disebut sebagai vektor misalnya pinjal tikus untuk penyakit pes atau sampar,
nyamuk Anopheles, sp untuk penyakit
malaria, nyamuk Aedes sp untuk demam
berdarah dangue(DBD), nyamuk Culex
untuk penyakit filariasis(kaki gajah). Penanggulang dan pencegahan dari
penyakit tersebut di antaranya dengan merancang rumah atau tempat pengelolaan
makan dengan anti-tikus (ratpoff),
kelambu yang dicelupkan ke dalam pesetisida untuk mencegah gigitan nyamuk Anopheles sp, gerakan 3M(menguras,
mengubur, dan menutup)tempat atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit
filariasis dan usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat
menularkan penyakit, misalnya anjing, dapat menularkan penyakit rabies atau
anjing gila.Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit penyakit
ke makanan sehingga menimbulkan diare.Tikus dapat menyebabkan leptospirosis
dari pengeluaran urin yang telah terinfeksi bakteri penyebab.
6) Makan
dan Minuman
Sasaran higiene sanitasi makanan dan
minuman adalah adalah restoran, rumah makan, jasa boga, dan makanan
jajanan(diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan
sebagai makanan siap saji untuk dijual bagi umum, selain yang disajikan jasa
boga, rumah makan atau restoran dan hotel). Persyaratan higiene sanitasi
makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan meliputi persyarata-persyaratan
seperti lokasi dan bangunan, fasilitas sanitasi, dapur, ruang makan, dan gudang
makanan; bahan makanan dan makanan jadi; pengelolaan makanan; penyimpanan bahan
makanan dan makanan jadi; serta peralatan yang digunakan.
7) Pencemaran
Lingkungan
Pencemaran lingkungan di antaranya
pencemaran air, tanah, dan udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi
pencemaran udara di dalam ruangan(indoor
air pollutan) dan pencemaran udara di luar ruangan (outdoor air pollutan). Polusi udara dalam ruangan merupakan
masalah dalam pemukiman, gedung umum, bis, kereta api dan lainnya. Masalah ini
lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia
cenderung lebih sering berada di dalam ruangan daripada di jalanan.Pembakaran
kayu bakar dan bahan bakar rumah tangga lainnya diduga merupakan salah satu
faktor risiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita.
Mengenali masalah pencemaran udara di
luar ruamh, berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan
peningkatan. Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan risiko dampak
pencemaran pada beberapa kelompok berisiko tinggi penduduk kota dibandingkan
pedesaan. Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu akan lebih
buruk di masa mendatang. Pembakaran hutan untuk lahan pertanian atau sekedar diambil
kayunya ternyata membawa dampak serius, misalnya infeksi saluran pernafsan
akut, iritasi pada mata, terganggunya jadwal penerbangan dan terganggunya
ekologi hutan.
Adapun peran perawat komunitas dalam
menangani masalah di atas salah satunya adalah dengan melakukan penyuluhan
terhadap masyarakat minimal satu kali dalam satu bulan misalnya terkait
pemeliharaan lingkunganagar tetap sehat.
2-- Imunisasi
Imunisasi
merepakan satu prosedur yang difasilitasi oleh layanan kesehatan dalam
meningkatkan mutu kesehatan masyarakat.Namun, tidak jarang banyak KTD yang terjadi
sehubungan dengan imunisasi seperti terjadinya infeksi nosokomial akibat proses
injeksi yang tidak steril, kesalahan dalam pemberian vaksin, lupa mengecek
vaksin dalam keadaan baik aau tidak, dan lain sbagainya.
Berikut
adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi kejadian yang tidak
diinginkan dalam hal imunisasi:
a. Peningkatan
cakupan imunisasi
1. Revitalisasi posyandu
2. Revitalisasi PWS bulanan imunisasi
3. DOFU (drop out follow up) : menemukan bayi yang belum
imunisasi
4. Sweeping : mencari bayi yang belum lengkap imunisasi
5. Daerah urban : meningkatkan kerjasama dengan praktek
swasta
6. Daerah terpencil : mengatur jadwal kunjungan dan
imunisasi (minimal 3 kali kunjungan/tahun)
7. BLF : melengkapi imunisasi anak-anak usia < 3 tahun
pada daerah yang 3 tahun berturut-turut tidak mencapai UCI
b. Pastikan
kualitas vaksin terjaga sampai ke sasaran
1. Memantau kualitas penyimpanan vaksin di lemari es
(terjaga 2-8ºC, tidak ada bunga es)
2. Membawa vaksin ke pelayanan (tidak menggunakan es batu/
cold pack)
3. Menjaga kualitas vaksin di tempat pelayanan (tetap
disimpan dalam vaccine carrier)
c. Penjaminan
kualitas pelayanan imunisasi
1. Menggunakan ADS (auto disable syringe ), tidak recapping,
lokasi dan teknik penyuntikan benar
2. Pengelolaan penanganan limbah imunisasi: memanfaatkan
safety box, regulasi pemusnahan limbah
3. Efesiensi : tidak banyak vaksin yang terbuang ( indek
pemakaian tinggi ), pengaturan/ penjadwalan imunisasi, posyandu an pukesmas
d. Pencatatan
dan pelaporan imunisasi
1. Pencatatan : kohort/ register bayi / WUS
2. Pelaporan
a. Tepat waktu : PKM ke Kab/ kota maksimal 5 kali, Kab/kota
ke provinsi maksimal 10 kali, provinsi ke pusat maksimal 15 kali
b. Lengkap : cakupan, pemakaian logistik, IP
c. Laporan KIPI
b.
Prevensi sekunder
1-- Mengkaji
keterbelakangan tumbuh kembang seorang anak/balita
Dalam
hal ini perawat perlu menekankan pada keluarga untuk tanda-tanda prognosis
penyakit yang buruk sehingga butuh segera di rujuk ke puskesmas atau ke rumah
sakit, menekankan kepatuhan dalam pengobatan terhadap proses penyembuhan, dan
jika keterbelakangan anak menjadikannya bersifat agresif tekankan pada keluarga
untuk mengamankan barang-barang yang berbahaya baik pada anak atau pada yang
lain.
2-- Memotivasi
keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala termasuk gigi dan
mata terhadap balita.
c.
Prevensi Tersier
1-- perawat
mengajar kepada keluarga untuk melakukan perawatan anak dengan kolostomi di
rumah, yaitu bagaimana cara mengganti kantong stoma dengan benar dan menekankan
pentingnya diakukan sesuai standar prosedur sehingga resiko infeksi dapat
diatasi.
2-- Membantu
keluarga yang mempunyai anak dengan kelumpuhan anggota gerak untuk latihan
secara teratur di rumah. Dalam hal ini yang utama yang harus diperhatikan
perawat adalah komunikasi efektif pada keluarga dan menganalisa resiko jatuh
yang mungkin terjadi dan membantu keluarga mencari solusi salah satunya
melakukan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
0 komentar:
Posting Komentar