1 Definisi Kejang Demam
Kejang demam adalah kejang
yang dihubungkan dengan suatu penyakit yang dicirikan dengan demam tinggi (suhu
38,9o-40,00C). Kejang demam berlangsung kurang dari 15
menit, generalisata, dan terjadi pada anak-anak tanpa kecacatan neurologik.
Jenis kejang ini memberi dampak 3%-5% pada anak dan biasanya terjadi setelah
usia 6 bulan dan sebelum usia 3 tahun. Kejang demam tidak lazim terjadi pada
anak setelah usia 5 tahun.
Kejang demam adalah bangkitan kejang
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 380C)
yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Arif Mansjoer. 2000)
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and Gallo,1996).
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and Gallo,1996).
Kejang demam adalah serangan pada
anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan demam (Walley and Wong’s edisi
III,1996). Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat
sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan
oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri
atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995). Kejang demam adalah
kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa
infeksi sistem saraf pusat.
Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena
peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.
2 Etiologi
Kejang Demam
Penyebab tidak diketahui. Kejang demam biasanya dikaitkan dengan
infeksi saluran pernapasan atas, infeksi saluran kemih, dll. Kejang juga
dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, termasuk tumor otak, trauma,
bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan
gejala putus alkohol dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik
subcutan dan anoksia serebral. Sebagian kejang merupakan idiopati (tidak
diketahui etiologinya).
1. Intrakranial
·
Asfiksia : Ensefolopati hipoksik – iskemik
·
Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid,
subdural, atau intra ventrikular
·
Infeksi : Bakteri, virus, parasit
·
Kelainan bawaan : disgenesis korteks serebri, sindrom
zelluarge, Sindrom Smith -Lemli – Opitz.
2.
Ekstra cranial
·
Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia,
hipomognesemia, gangguan elektrolit (Na dan K)
·
Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus
obat.
·
Kelainan yang diturunkan : gangguan metabolisme asam
amino, ketergantungan dan kekurangan produksi kernikterus.
3. Idiopatik
·
Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5.
3 Epidemiologi
Kejang Demam
Pendapat para ahli tentang usia
penderita saat terjadi bangkitan kejang demam tidak sama. Pendapat para ahli
terbanyak kejang demam terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan sampai
dengan 5 tahun. Menurut The American Academy of Pediatrics (AAP) usia termuda
bangkitan kejang demam adalah usia 6 bulan.
Kejang demam merupakan salah
satu kelainan saraf tersering pada anak. Berkisar 2%-5% anak di
bawah 5 tahun pernah mengalami bangkitan kejang demam. Lebih dari 90% penderita
kejang demam terjadi pada anak berusia dibawah 5 tahun. Terbanyak bangkitan
kejang demam terjadi pada anak berusia antara usia 6 bulan sampai dengan 22
bulan. Insiden bangkitan kejang demam tertinggi terjadi pada usia 18 bulan. Di
berbagai negara insiden dan prevalensi kejang demam berbeda- beda. Di Amerika
Serikat dan Eropa prevalensi kejang demam berkisar 2-5%. Di Asia prevalensi
kejang demam meningkat dua kali lipat bila dibandingkan di Eropa dan Amerika.
Di Jepang kejadian kejang demam berkisar 8,3% - 9,9%. Bahkan di kepulauan
Mariana (Guam), telah dilaporkan insidensi kejang demam yang lebih besar,
rnencapai 14%. Prognosis kejang demam baik kejang demam bersifat benigna. Angka
kernatian hanya 0,64 % - 0,75 %. Sebagian besar penderita kejang demam sembuh
sempurna, sebagian kecil berkembang menjadi epilepsi sebanyak 2-7%. 4%
penderita kejang demam secara bermakna mengalami gangguan tingkah laku dan
penurunan tingkat intelegensi.
4 Patofisiologi
Mekanisme Kejang DemamKejang demam adalah bangkitan kejang
demam yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh atau(suhu rektal di atas 38 derajat
yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering
dijumpai pada anak, terutama pada golongan umur 6 bulan – 4
tahun.Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan
suatu energy yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolism
otak yang terpenting adalah glukosa.Sifat proses itu adalah oksidasi dimana
oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak
melalui system kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang
melalui proses oksidasi dipecah menjadi co2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu
membrane yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan pembekuan luar
ionic.
Dalam keadaan normal, membrane sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh
ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (N+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam dalam
sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron
terdapat keadaan sebaliknya.Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan di luar sel maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membrane
dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membrane ini diperukan energy
dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan
potensial membran ini dapat di ubah oleh adanya:
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler
2.Rangsangan yang datangnya mendadak
misalnya mekanis,kimiawi,atau aliran listrik darisekitarnya.
3.Perubahan patofisiologi dari membrane
sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1 derajat C akan mengakibatkan kenaikan
metabolism basal 10% -15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh
tubuh dibandingkan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh
tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membrane sel neuron dan
dalam waktu yang singkat erjadi difusi ion kalium maupun ion Natrium melalui
membrane tadi dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik
ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke
membrane sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan
terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan
tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang
pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang
telah terjadi pada 38 derajat C sedangkan pada anak dengan ambang kejang
yang tinggi kejang baru terjadi pada suhu 40 derajat C atau lebih.
Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih
sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya
perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang. Kejang demam
dapat berlangsung singkat pada umumnya tidak bebahaya dan
tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang berlangsung lma (lebih
dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan
oksigen dan energy untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme aerobic, hipotensi
arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin
meningkat.
5 Klasifikasi Kejang Demam
1.
Kejang demam sederhana
Merupakan kejang demam yang berlangsung singkat, kurang
dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik
dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang
tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80%
di antara seluruh kejang demam.
2.
Kejang demam kompleks
Merupakan kejang demam dengan salah
satu ciri berikut ini:
- Kejang lama > 15 menit
Kejang lama adalah kejang yang
berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak
sadar. Kejang lama terjadi pada
8% kejang demam.
- Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
- Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
6 Manifestasi klinis
Gejala
berupa:
1)
Suhu anak tinggi.
2)
Anak pucat / diam saja.
3)
Mata terbelalak
ke atas disertai kekakuan dan kelemahan.
4)
Umumnya kejang demam berlangsung singkat.
5)
Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau
hanya sentakan atau kekakuan fokal.
6)
Serangan tonik-klonik (dapat berhenti sendiri)
7)
Kejang dapat diikuti sementara berlangsung beberapa
menit
8)
Seringkali kejang berhenti sendiri.
7 Komplikasi
Menurut
Taslim S. Soetomenggolo dapat mengakibatkan :
1)
Kerusakan sel otak
2)
Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama
lebih dari 15 menit dan bersifat unilateral
3)
Kelumpuhan
8 Pemeriksaan laboratorium
1) EEG: Untuk
membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat lesi organik,
melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang setelah kejang.
2) CT SCAN:
Untuk mengidentifikasi lesi serebral, misalnya: infark, hematoma, edema
serebral, dan Abses.
3) Pungsi
Lumbal: merupakan pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan
kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis.
4) Laboratorium:
Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) mengetahui sejak dini
apabila ada komplikasi dan penyakit kejang demam.
9 Penatalaksanaan
Medis
Pada penatalaksanaan kejang demam
ada 3 hal yang perlu dikerjakan yaitu:
1)
Pengobatan Fase Akut
Seringkali kejang berhenti sendiri.
Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau
muntahan. Jalan napas harus bebas agar oksigenisasi terjamin. Perhatikan
keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi
jantung. Suhu tubuh tinggi diturunkan dengan kompres air dan pemberian
antipiretik.
Obat yang paling cepat menghentikan kejangadalah diazepam yang diberikan intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg. Bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila diazepam intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit gunakan diazepam intrarektal 5 mg (BB<10>10kg). Bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 5 menit kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara intravena perlahan-lahan 1 mg/kgBb/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan pembilasan dengan Nacl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena.
Obat yang paling cepat menghentikan kejangadalah diazepam yang diberikan intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg. Bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila diazepam intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit gunakan diazepam intrarektal 5 mg (BB<10>10kg). Bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 5 menit kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara intravena perlahan-lahan 1 mg/kgBb/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan pembilasan dengan Nacl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena.
Bila kejang berhenti dengan
diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital diberikan langsung setelah kejang
berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan -1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke atas
75 mg secara intramuscular. Empat jam kemudian diberikan fenobarbital dosis
rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2
dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis.
Selama keadaan belum membaik, obat diberikan secara suntikan dan setelah
membaik per oral. Perhatikan bahwa dosis total tidak melebihi 200mg/hari. Efek
sampingnya adalah hipotensi, penurunan kesadaran dan depresi pernapasan. Bila
kejang berhenti dengan fenitoin, lanjutkan fenitoin dengan dosis
4-8mg/KgBB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.
2)
Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan
cairan serebrospinalis dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis,
terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian kebanyakan
dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitiss,
misalnya bila ada gejala meningitis atau kejang demam berlangsung lama.
3)
Pengobatan profilaksis
Ada 2 cara profilaksis, yaitu:
- Profilaksis intermiten saat demam
Untuk profilaksis intermiten
diberian diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi menjadi
3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat diberikan pula secara intrarektal
tiap 8 jam sebanyak 5mg (BB<10kg)>10kg) setiap pasien menunjukkan suhu
lebih dari 38,5 0 C. efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk dan hipotonia.
- Profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan setiap hari
Profilaksis terus menerus berguna
untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan
otak tapi tidak dapat mencegah terjadinya epilepsi dikemudian hari. Profilaksis
terus menerus setiap hari dengan fenobarbital 4-5mg.kgBB/hari dibagi dalam 2
dosis. Obat lain yang dapat digunakan adalah asam valproat dengan dosis 15-40
mg/kgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis selama 1-2 tahun setelah kejang
terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan. Profilaksis terus menerus
dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria (termasuk poin 1 atau 2) yaitu :
1. Sebelum
kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist atau perkembangan
(misalnya serebral palsi atau mikrosefal)
2. Kejang
demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan neurologist sementara
dan menetap.
3. Ada
riwayat kejang tanpa demam pada orang tua atau saudara kandung.
4. Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi kejang multiple dalam satu episode demam.
4. Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi kejang multiple dalam satu episode demam.
Bila hanya
mmenuhi satu kriteria saja dan ingin memberikan obat jangka panjang maka
berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam dengan diazepam oral
atau rectal tiap 8 jam disamping antipiretik.
10 Terapi
Pengelolaan
rutin bayi normal yang menderita kejang demam sederhana meliputi pencarian yang
teliti penyebab demam, cara-cara aktif untuk mengendalikan demam termasuk
penggunaan antipiretik, dan menenangkan orang tua. Profilaksis antikonvulsan
jangka pendek tidak terindikasi. Profilaksis antikonvulsan yang lama untuk
mencegah kejang demam berulang adalah dalam perdebatan dan tidak lagi
dianjurkan.
Antipilepsi seperti fenitoin dan karbamazepin tidak efektif dalam pencgahan
kejang demam. Fenobarbital tidak efektif dalam pencegahan kejang demam berulang
dan dapat menurunkan fungsi kognitif pada anak yang diobati dibanding dengan
anak yang tidak diobati.
Natrium valproat efektif pada pengeolaan kejang demam, tetapi kemungkinan
resiko obat tidak membenarkan penggunaannya pada penyakit dengan prognosis yang sangat baik tanpa pengobatan.
Diazepam oral dianjurkan sebagai metoda yang efektif dan aman untuk mengurangi
resiko kejang demam berulang. Pada mulainya setiap sakit demam, diazepam 0,3
mg/kg/8 jam peroral ( 1 mg/kg/24 jam ) diberikan untuk selama sakit ( biasanya
2-3 hari). Efek samping biasanya ringan, tetapi gejala kelesuan, iritabilitas,
dan ataksia dapat dikurangi dengan menyesuaikan dosis.
0 komentar:
Posting Komentar