1 Definisi
Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total.
Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi
tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa
tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah;
tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh
pada tulang normal (Brunner&Suddarth, 2000).
Menurut WHO pada International Consensus Development
Conference, di Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan
sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai perubahan
mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada
akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan resiko
terjadinya patah tulang (Suryati, 2006).
Osteoporosis
adalah gangguan metabolisme tulang sehingga masa tulang berkurang. Resorpsi
terjadi lebih cepat dari pada formasi tulang, sehingga tulang menjadi tipis
(Pusdiknakes, 1995). Jadi osteoporosis adalah kelainan atau gangguan yang
terjadi karena penurunan masa tulang total.
1. Osteoporosis primer adalah
kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai dengan proses penuaan. Sampai
saat ini osteoporosis primer masih menduduki tempat utama karena lebih banyak
ditemukan dibanding dengan osteoporosis sekunder. Proses ketuaan pada wanita
menopause dan usia lanjut merupakan contoh dari osteoporosis primer.
2. Osteoporisis sekunder didefinisikan sebagai
kehilangan massa tulang akibat hal hal tertentu. mungkin berhubungan
dengan kelainan patologis tertentu termasuk kelainan endokrin, epek samping
obat obatan, immobilisasi, Pada osteoporosis sekunder, terjadi penurunan
densitas tulang yang cukup berat untuk menimbulkan fraktur traumatik akibat
faktor ekstrinsik seperti kelebihan steroid, artritis reumatoid, kelainan
hati/ginjal kronis, sindrom malabsorbsi, mastositosis sistemik,
hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, varian status hipogonade, dan lain-lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa
tulang pada usialanjut:
a. Determinan
Massa Tulang
Faktor
genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap
derajatkepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukupbesar dan yang
lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam padaumumnya mempunyai struktur
tulang lebih kuat/berat dari paciabangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang
mempunyai tulang kuat(terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap
fraktur karenaosteoporosis.
Faktor
mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di
sampingfaktor genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulangdan
berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massatulang. Dengan
perkataan lain dapat disebutkan bahwa adahubungan langsung dan nyata antara
massa otot dan massa tulang.Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap
kerja mekanikBeban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besardan
juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemaintenis atau pengayuh
becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baikpada otot maupun tulangnya terutama
pada lengan atau tungkainya;sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya
akan dijumpaipada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu
yanglama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupundemikian
belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanisyang diperlukan dan
berapa lama untuk meningkatkan massa tulangdi sampihg faktor genetik.
Faktor
makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan
nutrisi yangcukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan
mencapaimaksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan.Pemberian
makanan yang berlebih (misainya kalsium) di ataskebutuhan maksimal selama masa
pertumbuhan, disangsikan dapatmenghasilkan massa tulang yang melebihi
kemampuanpertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan
kemampuangenetiknya.
b. Determinan
penurunan Massa Tulang
Faktor
genetik
Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya
fraktur. Padaseseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapatrisiko
fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampaisaat ini tidak ada
ukuran universal yang dapat dipakai sebagaiukuran tulang normal. Setiap
individu mempunyai ketentuan normalsesuai dengan sitat genetiknya serta beban
mekanis den besarbadannya. Apabila individu dengan tulang yang besar,
kemudianterjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungandengan
lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masihmempunyai tulang tobih
banyak dari pada individu yang mempunyaitulang kecil pada usia yang sama.
Faktor
mekanis
Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan
faktor yangterpenting dalarn proses penurunan massa tulang schubungandengan
lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa adainteraksi panting
antara faktor mekanis dengan faktor nutrisihormonal. Pada umumnya aktivitas
fisis akan menurun denganbertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan
fungsibeban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun
denganbertambahnya usia.
Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting
dalam prosespenurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya
Lisia,terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisiyang
sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause,dengan masukan
kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak,akan mengakibatkan keseimbangan
kalsiumnya menjadi negatif,sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan
absorbsinyajuga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaanini
jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yangerat antara masukan
kalsium dengan keseimbangan kalsium dalamtubuhnya. Pada wanita dalam masa
menopause keseimbangankalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta
absorbsinyakurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil
akhirkekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalahpergeseran
keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mgkalsium sehari.
Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam
mempengaruhipenurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akanmengakibatkan
ekskresi asam amino yang mengandung sulfatmelalui urin, hal ini akan
meningkatkan ekskresi kalsium.Pada umumnya protein tidak dimakan secara
tersendiri, tetapibersama makanan lain. Apabila makanan tersebut
mengandungfosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsiummelalui
urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluarankalsium melalui tinja.
Hasil akhir dari makanan yang mengandungprotein berlebihan akan mengakibatkan
kecenderungan untuk terjadikeseimbangan kalsium yang negatif
Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh
akanmengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal inidisebabkan oleh
karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium darimakanan dan juga menurunnya
konservasi kalsium di ginjal.
Rokok
dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung
akanmengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertaimasukan
kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokokterhadap penurunan massa tulang
tidak diketahui, akan tetapi kafeindapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui
urin maupun tinja.
Alkohol
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang
seringditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderunganmasukan
kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yangmeningkat. Mekanisme
yang jelas belum diketahui dengan pasti .
Dalam keadaan normal, tulang dalam
keadaan seimbang antara proses pembentukan dan penghancuran. Fungsi penghancuran
(resorpsi) yang dilaksanakan oleh osteoklas, dan fungsi pembentukan yang
dijalankan oleh osteoblas senantiasa berpasangan dengan baik. Fase yang satu
akan merangsang terjadinya fase yang lain. Dengan demikian tulang akan
beregenerasi. Keseimbangan kalsium, antara yang masuk dan keluar, juga memiliki
peranan yang penting, bahkan merupakan faktor penentu utama untuk terjadinya
osteoporosis adalah kadar kalsium yang masih terdapat pada tulang. Seseorang
memiliki densitas tulang yang tinggi (tulang yang padat), mungkin tidak akan
sampai menderita osteoporosis. Kehilangan kalsium tidak akan mencapai tingkat
dimana terjadi osteoporosis. Lebih kurang 99% dari keseluruhan kalsium tubuh
berada di dalam tulang dan gigi. Apabila kadar kalsium darah turun di
bawah normal, tubuh akan mengambilnya dari tulang untuk mengisinya lagi.
Dengan bertambahnya usia, keseimbangan sistem
mulai terganggu. Tulang kehilangan kalsium lebih cepat dibanding kemampuannya
untuk mengisi kembali. Secara umum, osteoporosis terjadi saat fungsi
penghancuran sel-sel tulang lebih dominan dibanding fungsi pembentukan sel-sel
tulang, karena pola pembentukan dan resopsi tulang berbeda antar individu. Para
ahli memperkirakan ada banyak faktor yang berperan mempengaruhi keseimbangan
tersebut. Kadar hormon tiroid dan paratiroid yang berlebihan dapat
mengakibatkan hilangnya kalsium dalam jumlah yang lebih banyak. Obat-obat
golongan steroid pun dapat mengakibatkan hilangnya kalsium dari tulang.
Proses pembentukan dan penimbunan
sel-sel tulang mencapai kepadatan maksimal berjalan paling efisien sampai
umur mencapai 30 tahun, dengan bertambahnya usia, semakin sedikit jaringan
tulang yang dibuat. Dengan usia yang lanjut, jaringan tulang yang hilang
semakin banyak. Penelitian memperlihatkan bahwa setalah mencapai usia 40 tahun,
akan kehilangan tulang sebesar 0,5% setiap tahunnya. Pada wanita dalam masa
pascamenopause, keseimbangan kalsium menjadi negatif dengan tingkat 2 kali
lipat dibanding sebelum menopause. Faktor hormonal menjadi sebab mengapa wanita
dalam masa pascamenopause mempunyai resiko lebih besar untuk menderita
osteoporosis. Pada masa menopause, terjadi penurunan kadar hormon estrogen.
Estrogen memang merupakan salah satu faktor terpenting dalam mencegah hilangnya
kalsium tulang. Selain itu, estrogen juga merangsang aktivitas osteoblas serta
menghambat kerja hormon paratiroid dalam merangsang osteoklas.
1. Nyeri
dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat
2. Fraktur
kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 )
3. Nyeri
timbul mendadak
4. Sakit
hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang
5. Nyeri
berkurang pada saat istirahat di tempat tidur
6. Nyeri
ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambahkarena melakukan aktivitas
7. Deformitas
vertebra thorakalis
8. Penurunan
tinggi badan
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan
mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi
vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter,
dan fraktur colles pada pergelangan tangan
7 Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan radiologik
Dilakukan untuk menilai densitas massa tulang sangat tidak sensitif.
Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan
daerah trabekuler yang lebih lusen.Hal ini akan tampak pada tulang-tulang
vertebra yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.
b. Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)
Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan untuk menilai
densitas massa tulang, seseorang dikatakan menderita osteoporosis apabila nilai
BMD ( Bone Mineral Density ) berada dibawah -2,5 dan dikatakan mengalami
osteopenia (mulai menurunnya kepadatan tulang) bila nilai BMD berada antara
-2,5 dan -1 dan normal apabila nilai BMD berada diatas nilai -1.
Beberapa metode yang digunakan untuk menilai densitas massa tulang:
1. Single-Photon Absortiometry (SPA)
Pada SPA digunakan unsur radioisotop I yang mempunyai energi photon rendah
guna menghasilkan berkas radiasi kolimasi tinggi. SPA digunakan hanya untuk
bagian tulang yang mempunyai jaringan lunak yang tidak tebalseperti distal
radius dan kalkaneus.
2. Dual-Photon Absorptiometry (DPA)
Metode ini mempunyai cara yang sama dengan SPA. Perbedaannya berupa sumber
energi yang mempunyai photon dengan 2 tingkat energi yang berbeda guna
mengatasi tulang dan jaringan lunak yang cukup tebal sehingga dapat dipakai
untuk evaluasi bagian-bagian tubuh dan tulang yang mempunyai struktur geometri
komplek seperti pada daerah leher femur dan vetrebrata.
3. Quantitative Computer Tomography (QCT)
Merupakan densitometri yang paling ideal karena mengukur densitas tulang
secara volimetrik.
c. Sonodensitometri
Sebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas perifer dengan
menggunakan gelombang suara dan tanpa adanya resiko radiasi.
d. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dalam menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah yaitu pertama
T2 sumsum tulang dapat digunakan untuk menilai densitas serta kualitas jaringan
tulang trabekula dan yang kedua untuk menilai arsitektur trabekula.
e. Biopsi tulang dan Histomorfometri
f. Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk memeriksa kelainan
metabolisme tulang.
g. Radiologis
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun
yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra
biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteks dan hilangnya
trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus
vertebra menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nukleus pulposus ke
dalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.
h. CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai
nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas
110 mg/cm3baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebra atau
penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada
pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.
i. Pemeriksaan Laboratorium
1. Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
2. Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi
ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)
3. Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.
4. Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.
Adapun penatalaksanaan
osteoporosis adalah sebagai berikut.
1.Prinsip Pengobatan
a. Meningkatkan
pembentukan tulang, obat-obatan yg dapatmeningkatkan pembentukan tulan adalah
Na-fluorida dan steroidanabolik
b. Menghambat
resobsi tulang, obat-obatan yang dapatmengahambat resorbsi tulang adalah
kalsium, kalsitonin, estrogendan difosfonat.
2. Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia
pertumbuhan/dewasa muda,hal ini bertujuan:
a. Mencapai
massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal
b. Mengatur
makanan dan life style yang menjadi seseorang tetap bugar, seperti:
1. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
2. Latihan teratur
setiap hari
3. Hindari :
a. Makanan
tinggi protein
b. Minum
alkohol
c. Merokok
d. Minum
kopi
e. Minum
antasida yang mengandung aluminium.
0 komentar:
Posting Komentar