1.
Pengkajian
Pengkajian
merupkan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian
terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data
yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spritual.
Pengelompokan
data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor predisposisi,
faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber coping dan kemampuan
koping yang dimiliki klien ( Stuart dan
Sundeen, 1995). Cara pengkajian lain berfokus pada lima dimensi yaitu fisik,
emosional,intelektual, sosial, dan spritual.
Isi
pengkajian meliputi :
a) Identitas
klien
b) Keluhan
utama atau alasan masuk
c) Faktor
predisposisi
d) Aspek
fisik / biologis
e) Aspek
psikososial
f) Status
mental
g) Kebutuhan
persiapan pulang
h) Mekanisme
koping
i)
Masalah psikososial dan lingkungan
j)
Pengetahuan
k) Aspek
medik
Data
yang didapat dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu :
a)
Data
objektif yang
ditemukan secara nyata.Data ini didaptkan melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
b) Data subjetif
adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga.
Data
ini didaptkan melalui wawancara
perawat kepada klien dan keluarga.
Data
yang langsung didapat pleh perawat disebut data
primer, dan data yang diambil dari pengkajian disebur data sekunder.
Perawat
dapat menyimpulakan kebutuhan atau masalah klien dari kelompok data yang
dikumpulkan. Kemungkinan kesimpulan adalah sebagai berikut :
a) Tidak
ada masalah tetapi ada kebutuhan :
1)
Klien tidak memerlukan peningkatan
kesehatan, klien hanya memerlukan pemeliharaan kesehatan dan memerlukan
followup secara periodik karena tidak ada masalah, serta klien telah mempunyai
pengetahuan untuk antisipasi masalah.
2)
Klien memerlukan peningkatan kesehatan
berupa upaya prevensi dan promosi sebagai program antisipasi terhadap masalah.
b) Ada
masalah kemungkinan
1)
Resiko terjadi masalah karena sudah ada
faktor yang dapat menimbulkan masalah.
2)
Aktual terjadi masalah disertai data
pendukung.
Umumnya
sejumlah masalah klien saling berhubungan dan dapat digambarkan sebagai pohon
masalah ( FASID, 1983 dan INJF, 1996).Agar penentuan pohon masalah dapat
dipahami dengan jelas, penting untuk diperhatikan tiga komponen yang terdapat
pada pohon masalah, yaitu : Penyebab ( cause), masalah utama ( coreproblem) dan
akibat ( effect)
Masalah
utama adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki oleh
klien.Umumnya masalah utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau keluhan
utama.
Penyebab
adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan penyebab masalah
utama. Akibat adalah salah satu dari beberapa maslah klien yang merupakan efek
atau akibat dari masalah utama.Efek ini dapat pula menyebabkan efek lain
demikian seterusnya.
Kemampuan
perawat yang diharapkan dalam melakukan pengkajian adalah mempunyai kesadaran ,
kemampuan mengobservasi dengan akurat, kemampuan komunikasi terapeutik , dan
senatiasa mampu berespon secara efektif ( Stuart dan sundeen, 1995).Prilaku
atau kegiatan yang perlu dilakukan perawat adalah membina hubungan saling
percaya dengan melakukan kontrak, mengkaji data dari klien dan keluarga,
memfalidasi data dengan klien, mengorganisasi atau mengelompokkan data dan
menetapkan kebutuhan dan / atau masalh klien.
Contoh
pohon masalah aspek jiwa
|
Akibat
|
Masalah utama :
Keluhan
utama :dengar suara tanpa
stimulus
|
|
|
Penyebab
2.
Diagnosa
Pengertian diagnosa keperawatan
dikemukakan oleh beberapa ahli :
a. Diagnosa
keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian (
Gabie, dikutip oleh Carpenito, 1983 ).
b. Diagnosa
keperawatan adalah masalah aktual atau potensial dan berdasarkan pendidikan dan
pengalamannya perawat mampu mengatasinya ( Gordon, dikutip oleh Carpenito, 1983
).
c. Diagnosa
keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual atau potensial dari
individu, keluarga atau masyarakat terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan
( Carpenito, 1995 ).
d. Diagnosa
keperawatan adalah identifikasi suatu penilaian terhadap pola respon klien baik
aktual maupun potensial ( Stuart dan Sundeen, 1995 ).
Dalam
keperawatan jiwa ditemukan diagnosa anak-beranak, dimana jika etiologi sudah
diberikan tindakan dan permasalahn belum selesai maka permasalahan dijadikan
etiologi pada diagnosa yang baru, demikian seterusnya. Hal ini dapat dilakukan
karena permasalahan tidak selalu disebabkan oleh satu etiologi yang sama
sehingga walaupun etiologi sudah diberi tindakan maka permasalahan belum
selesai. Jalan keluarnya jika permasalahan tersebut menjadi etiologi maka
tindakan diberikan secara tuntas.
Perbedaan
antara tipe-tipe diagnosa keperawatan.
Pernyataan
Diagnostik
|
Tujuan
Keperawatan atau Hasil Klien yang Berhubungan
|
Fokus
Intervensi
|
Diagnosa
aktual
Pernyataan tiga bagian termasuk label
diagnosa keperawatan, etiologi, dan tanda-tanda gejala-gejala
|
Perubahan dalam prilaku pasien beralih
kearah resolusi diagnosa atau perbaikan status
|
Mengurangi atau menghilangkan masalah
|
Diagnosa
Risiko-Tinggi
Pernyataan dua bagian termasuk label
diagnosa keperawatan dan faktor-fakrot risiko
|
Pemeliharaan kondisi yang ada
|
Mengurangi faktor-faktor risiko untuk
mencegah terjadinya masalah aktual
|
Diagnosa
Mungkin
Pernyataan dua bagian termasuk label
diagnosa keperawatan dan etiologi yang tidak dikuatkan atau batasan
karakteristik yang tidak dikuatkan
|
Tidak ditentukan kecuali masalah divalidasi
|
Mengumpulkan data tambahan untuk
menguatkan atau menetapkan tanda-tanda/gejala atau faktor-faktor risiko
|
Masalah
Kolaboratif
Komplikasi fisiologi aktual atau
potensial
|
Tujuan keperawatan
|
Menentuka awitan atau status masalah
Penatalkasanaan perubahan status
|
Beberapa
contoh diagnosanya :
1. Suhu
tubuh : risiko tinggi : hipertermia yang berhubungan dengan defisit volume
cairan
2. Defisit
volume caira yang berhubungan dengan pola makan inefektif
3. Risiko
tinggi kekerasan yang berhubungan dengan perubahan sensori persepsi :
halusinasi pendengaran
4. Perubahan
sensori persepsi : halusinasi pendengaran yang berhubungan dengan menarik diri
5. Isolasi
sosial : menarik diri yang berhubungan dengan gangguan harga diri rendah
kronis.
Kemampuan
perawat yang diperlukan dalam merumuskan diagnosa adalah kemampuan pengambilan
keputusan yang logis, pengetahuan tentang batasan adaptif atau ukuran normal,
kemapuan memberi justifikasi atau pembenaran, kepekaan sosial budaya (Stuart
dan Sundeen, 1995). Kegiatan atau perilaku perawat yang dibutuhkan dalam
merumuskandiagnosa adalah mengidentifikasi pola data, membandingkan data dengan
keadaan adaptif, menganalisa dan mengsintesa data, mengidentifikasi kebutuhan
atau masalah klien, memvalidasi dan menyusun masalah dengan klien, membuat
pohon masalah, merumuskan diagnosa keperawatan dan menyusun prioritas diagnosa
keperawatan.
3.
Rencana
Tindakan Keperawatan
Rencana tindakan
keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan
rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian masalah
dari diagnosa tertentu. Tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan
khusus telah tercapai.
Tujuan khusus
berfokus pada penyelesaian etiologi dari diagnosa tertentu. Tujuan khusus
merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki klien.
Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien.
Umumnya kemampuan pada tujuan khusus dapat dibagi tiga aspek (Stuart dan
Sundeen, 1995) yaitu kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan
etiologi dari diagnosa keperawatan, kemampuan psikomotor yang diperluakan agar
etiologi dapat selesai dan kemampuan efektif yang perlu dimiliki agar klien
percaya akan kemampuan menyelesaikan masalah.
Kata kerja untuk
tujuan.
|
Aspek/Domain
|
Kata
kerja yang dipakai
|
1.
|
Kognitif
|
Jelasakan,
hubungkan, uraikan, identifikasikan, bandingkan, diskusikan, membuat daftar,
menyebut
|
2.
|
Afektif
|
Menerima,
mengakui, menyadari, menilai, mengungkapkan, mempercayai
|
3.
|
Psikomotor
|
Menempatkan,
meniru, menyiapkan, mengulang, mengubah, mendemonstrasikan, menampilkan,
memberi.
|
Ketiga aspek
tersebut dapat pula dikaitkan dengan berbagai kemampuan klien. Yang pertama,
kemampuan kognitif, afektif, psikomotor yang terkait langsung dengan kemapuan
klien terhadap diri sendiri. Yang kedua, kemampuan kognitif, psikomotr, afektif
yang terkait dengan kemampuan klien menggunakan sumber daya yang tersedia (
sistem pendukung sosial yang tersedia ). Yang ketiga, kemampuan kognitif,
psikomotor, afektif klien terkait dengan terapi medik atau terapai lain yang
diperlukan.
Kemampuan klien
terkait dengan tujuan.
Kemampuan
Klien
|
Tujuan
|
Contoh
|
Kemampuan
mengendalikan diri
|
Pengetahuan
Psikomotor
Afektif
|
Klien
dapat menyebutkan penyebab ia marah
Klien
dapat mendemonstrasikan satu cara marah yang konstruktif
Klien
dapat mengungkapkan perasaan setelah terapi aktivitas keleompok : latihan
asertif
|
Kemampuan menggunakan sumber daya
|
Pengetahuan
Psikomotor
Afektif
|
Klien
dapat mengidentifikasi teman terdekat
Klien
dapat meniru cara berbicara yang dicontohkan perawat
Klien
dapat menyadari kegunaan membuka diri pada orang lain
|
Kemampuan
menggunakan terapi
|
Pengetahuan
Psikomotor
Afektif
|
Klien
dapat menyebutkan jam makan obat
Klien
dapat meminta obat pada jam yang tepat
Klien
dapat mengungkapkan perasaan setelah minum obat.
|
Untuk menetapkan
tujuan umum dan tujuan khusus, perawat perlu memiliki kemampuann berpikir
kritis dan kemampuan berhubungan kemitraan dengan klien dan keluarganya. Tujuan
akan sukar dicapai tanpa kerja sama yang baik antara perawat, klien, dan
keluarganya.
Rencana tindakan
disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan jiwa Indonesia atau standar
keperawatan Amerika yang membagi kerakteristik tindakan berupa : tindakan
konseling/psikoterapeutik, pendidikan kesehatan, perawatan mandiri dan
aktivitas hidup sehari-hari, terapi modalitas keperawatan, perawatan
berkelanjutan ( continuity care ) ,
tindakan kolaborasi. Pada dasarnya tindakan keperawatan terditi dari tindakan
observasi dan pengawasan (monitoring), terapi keperawatan, pendidikan
kesehatan, dan tindakan kolaborasi.
Tindakan
keperawatan menggambarkan tindakan perawat yang mandiri, kerja sama dengan
klien, kerja sama dengan keluarga, kerja sama dengan kelompok, dan kolaborasi
dengan tim kesehatan jiwa lain. Dokumentasi rencana tindakan keperawatan
dicatat pada formulir dokumen keperawatan yang berlaku di rumah sakit tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar