A.
Pengertian
Atresia Bilier
Atresia
Bilier adalah suatu keadaan dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak
berkembang secara normal. Atresia bilier merupakan suatu defek congenital yang
merupakan hasil dari tidak adanya atau obstruksi satu atau lebih saluran empedu
pada ekstrahepatik atau intrahepatik.
Atresia
bilier (biliary atresia) adalah suatu penghambatan di dalam
pipa/saluran-saluran yang membawa cairan empedu (bile) dari liver
menuju ke kantung empedu (gallbladder). Ini merupakan kondisi congenital,
yang berarti terjadi saat kelahiran (Lavanilate.2010.Askep Atresia
Bilier).
Atresia
biliaris adalah suatu kaeadaan dimana terjadi gangguan dari sistim bilier
ekstra hepatik. Karakteristik dari atresia biliarias adalah tidak terdapatnya
sebagian sistim bilier antara duodenum dan hati sehingga terjadi hambatan
aliran empedu dan menyebabkan gangguan fungsi hati tapi tidak menyebabkan
icterus karena hati masih tetap membentuk konyugasi bilirubin dan tidak dapat
menembus blood brain barier.
Fungsi dari
sistem empedu adalah membuang limbah metabolik dari hati dan mengangkut garam
empedu yang diperlukan untuk mencerna lemak di dalam usus halus. Pada atresia
bilier terjadi penyumbatan aliran empedu dari hati ke kandung empedu. Hal ini
bisa menyebabkan kerusakan hati dan sirosis hati, yang jika tidak diobati bisa
berakibat fatal
Secara empiris
Atresia Biliary dapat dikelompokkan dalam 2 tipe:
a. Tipe yang
dapat dioperasi (yang dapat diperbaiki)
Jika
kelainan/sumbatan terdapat dibagian distalnya
b. Tipe yang
tidak dapat dioperasi
Jika
kelainan atau sumbatan
terdapat dibagian atas porta hepatic, tetapi akhir-akhir ini dapat
dipertimbangakan untuk suatu operasi porto enterostoma hati radikal.
B.
Anatomi
Fisiologi Empedu
Kantong
empedu adalah kantong muskular hijau menyerupai pir dengan panjang 7 – 10 cm dan berwarna
hijau gelap – bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan
empedu yang dikandungnya. Organ ini
terletak di lekukan di bawah lobus kanan hati dan terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Kapasitas total kantung empedu kurang lebih 30 – 60 ml.
Komposisi
empedu :
a.
Pigmen
Empedu, terdiri dari biliverdin (hijau) dan bilirubin (kuning). Pigmen ini
merupakan hasil penguraian hemoglobin yang terintegrasi.
b.
Garam Empedu, terbentuk dari asam empedu yang berkaitan dengan kolesterol
dan asam amino.
Empedu memiliki 2 fungsi penting
yaitu membantu
pencernaan (emulsifikasi), absorbsi lemak dan berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin
(Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol
C.
Etiologi
Atresia Bilier
Penyebab
dari Atresia bilier tidak diketahui dengan pasti. Mekanisme auto imun mungkin
merupakan sebagian penyebab terjadinya progresivitas dari Atresia bilier. Dua
tipe dari atresia biliaris adalah bentuk fetal dan terjadi selama masa fetus
dan timbul ketika lahir, serta bentuk perinatal lebih spesifik dan tidak terlihat
pada minggu kedua sampai minggu keempat kehidupan. Penelitian terbaru mengatakan infeksi virus
pada bayi sangat sugestif merupakan penyebab dari Atresia bilier. Kurang lebih 10 % dari Atresia bilier
terutama bentuk fetal bersama sama dengan kelainan kongenital lainnya seperti
kelainan jantung ,limpa dan usus.
Atrsia
biliaris bukan kelainan heriditer ini terlihat pada bayi kembar atresia bilier
tidak terjadi pada keda bayi tersebut. Atresia bilier terjadi selama periode
fetus atau neonatal kemungkinan triger nya adalah salah satu atau kombinasi
faktor dibawah ini :
a.
Infeksi
virus atau bakteri
b.
Masalah
sistem imun
c.
Komponen
empedu yang abnormal
d.
Gangguan
pertumbuhan liver dan duktus biliaris
D.
Patofisiologi
Obstruksi
pada saluran empedu ekstrahepatik menyebabkan obstruksi aliran normal empedu ke
luar hati dan ke dalam kantong empedu dan usus. Akhirnya terbentuk sumbatan dan
menyebabkan empedu balik ke hati.ini akan menyebabkan peradangan, edema dan
degenerasi hati. Bahkan hati menjadi fibrosis dan cirrhosis dan hipertensi
portal sehingga akan mengakibatkan gagal hati.
Degerasi
secara gradual pada hati menyebabkan jaundice, ikterik dan hepatomegaly. Karena
tidak ada empedu dalam usus, lemak dan vitamin larut lemak tidak dapat
diabsorbsi, kekurangan vitamin larut lemak dan gagal tumbuh.
E.
Manifestasi
Klinis
Bayi-bayi yang
lahir dengan atresia bilier biasanya lahir dengan berat badan yang normal dan
perkembangannya baik pada minggu pertama. Hepatomegali akan terlihat lebih
awal, splenomegali sering terjadi, dan biasanya berhubungan dengan
progresivitas penyakit sirosis hepatis dan hipertensi portal.
Terjadi
ikterus karena peningkatan bilirubin, ikterus yang fisiologis sering disertai
peningkatan bilirubin yang terkonjugasi. Berikut manifestasi klinis atresia
bilier yang lebih rinci.
Gejala
biasanya timbul dalam waktu 2 minggu setelah lahir, yaitu berupa:
a.
Air kemih bayi berwarna gelap
b.
Tinja berwarna pucat
c.
kulit berwarna kuning
d.
berat badan tidak bertambah atau penambahan berat
badan berlangsung lambat
e.
hati membesar.
Pada saat
usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut:
a.
Gangguan
pertumbuhan
b.
Gatal-gatal
c.
Rewel
d.
Tekanan darah
tinggi pada vena porta (pembuluh darah yang mengangkut darah dari lambung, usus
dan limpa ke hati).
e.
Distensi abdomen
f.
Varises esophagus
g.
Hepetomegali
h.
Jaundice dalam 2 minggu sampai 2 bulan
i.
Lemah
j.
Pruritus
k.
Anoreksia
l.
Letragi
F. Komplikasi
Komplikasi yang di timbulkan pada penyakit atresia bilier adalah:
a.
Cirrhosis bilier yang progresif
b.
Gagal hati
c.
Gagal tumbuh
d.
Hipertensi portal dan atau varises esophagus terlihat
40% pada anak dibawah usia 3 tahun
e.
Asites
f.
Encephalopathy
G.
Pemeriksaan
Diagnostik
1. Fungsi hati
: bilirubin, aminotransferase (ALTAST) dan factor pembekuan protrhombin time,
partial thromboplastin time.
2. Pemeriksaan
urine dan tinja.
3. Biopsy hati
: Dengan
jarum yang khusus dapat diambil bagian liver yang ti[is dan dibawah mikroskop
dapat dinilai obstruksi dari sistim bilier.
4. Imeging,
terdiri dari :
a. USG (Ultrasonografi)
: gambaran USG
tergantung dari tipe dan berapa derajat penyakit. Pada pemeriksaan USG terlihat
hati yang membesar ataupun normal, Kandung empedu tidak ada atau mengecil
dengan panjang <1.5 cm . Kandung empedu biasanya lebih kecil dari 1,9
cm,dinding yang tipis atau tidak terlihat ,ireguler dengan kontur yang lobuler(gall
bladder ghost triad), kalau ada gambaran ini dikatakan sensitivitas 97 %
dan spesifisitas 100%. Gambaran kandung
empedu yang normal (panjang >1,5 cm dan lebar >4 cm ) dapat terlihat
sekitar 10 % kasus.
b. Kholangiografi : Berguna untuk
menentukan letak atresia. Pada kholangiografi terlihat gambaran atresia bilier
bervariasi. Pengukuran dari hilus hepar jika atresia dikoreksi secara
pembedahan dengan menganastomosis duktus biliaris.
c. ERCP : untuk melihat kebocoran
sistem bilier ekstra hepatal daerah porta hepatis.
H.
Penatalaksanaan
Atresia
bilier adalah keadaan penyakit yang serius dan dapat menyebabkan cirrhosis
hepatis ,hipertensi portal, karsinoma hepatoseluler, dan kematian terjadi
sebelum umur 2 tahun. Nutrisi pada pasien Atresia bilier harus diperhatikan
terutama untuk lemak,asam lemak esensial yang mudah diabsorbsi dan pemberian
protein dan kalori yang baik.
Prosedur yang terbaik adalah
mengganti saluran empedu yang mengalirkan empedu ke usus. Tetapi prosedur ini
hanya mungkin dilakukan pada 5-10% penderita. Untuk melompati atresia bilier
dan langsung menghubungkan hati dengan usus halus, dilakukan pembedahan yang
disebut prosedur kasai.
1.
Terapi
medikamentosa
a.
Memperbaiki aliran bahan-bahan yang dihasilkan oleh
hati terutama asam empedu (asamlitokolat), dengan memberikan :
1) Fenobarbital
5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis, per oral.
2)
Fenobarbital akan merangsang enzimglukuronil
transferase (untuk mengubah bilirubin indirek menjadi bilirubin direk);
enzimsitokrom P-450 (untuk oksigenisasi toksin), enzim Na+ K+ ATPase
(menginduksi aliranempedu). Kolestiramin 1 gram/kgBB/hari dibagi 6 dosis
atau sesuai jadwal pemberian susu. Kolestiraminmemotong siklus enterohepatik
asam empedu sekunder
b.
Melindungi hati dari zat toksik, dengan memberikan
: Asam ursodeoksikolat, 310 mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis, per oral. Asam
ursodeoksikolatmempunyai daya ikat kompetitif terhadap asam litokolat yang
hepatotoksik.
2.
Terapi
nutrisi
Terapi yang
bertujuan untuk memungkinkan anak tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin,
yaitu :
a.
Pemberian makanan yang mengandung medium chain
triglycerides (MCT) untuk mengatasi malabsorpsi lemak dan mempercepat
metabolisme. Disamping itu, metabolisme yang dipercepat akan secara
efisien segera dikonversi menjadi energy untuk secepatnya dipakai oleh organ
dan otot, ketimbang digunakan sebagai lemak dalam tubuh. Makanan yang
mengandung MCT antara lain seperti lemak mentega, minyak kelapa, dan lainnya.
b.
Penatalaksanaan defisiensi vitamin yang larut dalam
lemak. Seperti vitamin A, D, E, K
3.
Terapi bedah
a.
Kasai
Prosedur
Prosedur
kasai bertujuan untuk mengangkat daerah yang mengalami atresia
dan menyambung hepar langsung ke usus halus sehingga sehingga cairan empedu
dapat lansung keluar ke usus halus disebut juga Roux-en-Y
hepatoportojejunostomy. Pembedahan akan berhasil jika dilakukan sebelum bayi
berusia 8 minggu. Biasanya pembedahan ini hanya merupakan pengobatan sementara
dan pada akhirnya perlu dilakukan pencangkokan hati. Pencakokan hati dapat
dilakukan apabila prosedur kasai tidak berhasil dan terjadi atresia total
ataupun sirosis hepatis.
Prosedur
yang terbaik adalah mengganti saluran empedu yang mengalirkan empedu keusus.
Tetapi prosedur ini hanya mungkin dilakukan pada 5-10% penderita. Untuk
melompati atresia bilier dan langsung menghubungkan hati dengan usus halus,
dilakukan pembedahan yang disebut prosedur Kasai. Biasanya pembedahan ini hanya
merupakan pengobatan sementara dan pada akhirnya perlu dilakukan pencangkokan
hati.
b. Pencangkokan atau Transplantasi Hati
Transplantasi
hati memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi untuk atresia bilier dan
kemampuan hidup setelah operasi meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun
terakhir. Karena hati adalah organ satu-satunya yang bisa bergenerasi secara
alami tanpa perlu obat dan fungsinya akan kembali normal dalam waktu 2 bulan. Anak-anak
dengan atresia bilier sekarang dapat hidup hingga dewasa, beberapa bahkan telah
mempunyai anak. Kemajuan dalam operasi transplantasi telah juga meningkatkan
kemungkianan untuk dilakukannya transplantasi pada anak-anak dengan
atresia bilier. Di masa lalu, hanya hati dari anak kecil yang dapat
digunakan untuk transplatasi karena ukuran hati harus cocok. Baru-baru
ini, telah dikembangkan untuk menggunakan bagian dari hati orang dewasa, yang
disebut"reduced size" atau "split liver" transplantasi,
untuk transplantasi pada anak dengan atresia bilier.
Berdasarkan treatment yang
diberikan :
1)
Palliative treatment
Dilakukan home care untuk meningkatkan drainase empedu dengan
mempertahankan fungsi hati dan mencegah komplikasi kegagalan hati.
2)
Supportive treatment
a.
Managing the bleeding dengan pemberian vitamin K yang
berperan dalam pembekuan darah dan apabila kekurangan vitamin K dapat
menyebabkan perdarahan berlebihan dan kesulitan dalam penyembuhan. Ini bisa
ditemukan pada selada, kubis, kol, bayam, kangkung, susu, dan sayuran berdaun
hijau tua adalah sumber terbaik vitamin ini.
b.
Nutrisi support, terapi ini diberikan karena
klien dengan atresia bilier mengalami obstruksi aliran dari hati ke dalam
usus sehingga menyebabkan lemak dan vitamin larut lemak tidak dapat diabsorbsi.
Oleh karena itu diberikan makanan yang mengandung medium chain triglycerides
(MCT) seperti minyak kelapa.
c.
Perlindungan kulit bayi secara teratur akibat dari
akumulasi toksik yang menyebar ke dalam darah dan kulit yang mengakibatkan gatal
(pruiritis) pada kulit.
d.
Pemberian health edukasi dan emosional support,
keluarga juga turut membantu dalam memberikan stimulasi perkembangan dan
pertumbuhan klien
ASUHAN
KEPERAWATAN ATRESIA BILIER
A.
Pengkajian
1.
Identitas
Klien
Meliputi
nama lengkap, tempat tanggal lahir, umur, alamat, asal kota, dan daerah, asal
suku bangsa, nama orangtua dan pekerjaan orangtua.
2.
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : biasanya bayi yang
dibawa ke RS mengalami gejala seperti tubuh yang menguning, mual dan muntah,
tinja berwarna pucat, urine yang berwarna gelap, rewel, lemah dan anoreksia
serta bayi mengalami pruritus.
b. Riwayat Kesehatan sekarang : berisi
tentang keadaan bayi sekarang seperti bayi terlihat kuning, lemah, mengalami
gangguan integritas kulit berupa pruritus dan mengalami anoreksia.
c. Riwayat kesehatan dahulu : berisi
tentang penyakit yang pernah dialami pasien sebelumnya
d. Riwayat kesehatan keluarga : berisi
tentang penyakit bawaan yang ada pada keluarga.
3.
Riwayat kehamilan dan kelahiran :
a. Prenatal
: ibu klien tidak ada gangguan pada masa kehamilan. Nutrisi yang didapatkan
cukup seperti susu dan gizi seimbang
b. Intranatal
: waktu lahir klien tidak mengalami gangguan.
c. Postnatal
: Nafas normal, menangis (+)
4.
Riwayat tumbuh kembang:
a. Kemandirian
dan bergaul : klien yang masih dikategorikan bayi belum mandiri untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya, mereka masih bergantung sepenuhnya dengan ibu dan keluarga.
b. Motorik
Kasar : bayi dengan atresia bilier rata – rata berusia 2 minggu sampai lebih dari
3 bulan, dimana bayi belum bisa berjalan dan motorik kasar lainnya.
c. Motorik
Halus : klien juga belum mampu dalam motorik halus di karenakan gangguan tumbuh
kembang.
5.
Riwayat sosial : berisi pola pengasuhan keluarga
terhadap klien/ bayi.
6.
Pemeriksaan Fisik
a. Kepala :
tampak ikterik
b. Mata : sclera tampak ikterik, konjungtiva
anemis
c. Hidung :
tidak ada kelainan
d. Mulut : mukosa mulut dan bibir tampak
ikterik
e. Telinga :
tidak ada kelainan
f. Leher : tampak ikterik,
g. Dada :
1) Paru-paru : bayi mengalami sesak nafas
dikarenakan distensi abdomen
2) Jantung : mur mur jantung bila terjadi komplikasi
h. Abdomen : tampak ikterik, palpasi supel, distensi
(-), dapat ditemukan hepatospleno
megali,
dan distensi abdomen.
i.
Ginjal : warna urine gelap dengan meningkatnya
konsentrasi bilirubin.
j.
Genitalia :
tidak ada masalah
k. Rektum : anus (+)
l.
Ekstremitas : tampak ikterik pada seluruh ektermitas atau hanya
sebagian, letargi, tonus otot meninggi.
NANDA, NOC, NIC
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
NOC
|
NIC
|
1.
|
Pola nafas tidak efektif
|
· Status respirasi : Kepatenan jalan nafas.
Indikator Skala :
1 : frekuensi napas normal.
2 : irama napas normal 3 : tidak ada rasa tercekik 4 : tidak ada rasa cemas
· Status
respirasi : ventilasi.
Indikator :
1. Rata
– rata pernafasan dalam rentang yang diharapkan
2. Kedalaman
pernafasan
3. Ekspansi
dada simetris
4. Tidak
ada nafas pendek
|
1.
Ventilasi mekanis :
·
Memeriksa kelelahan otot pernafasan
·
Memeriksa gangguan pada pernafasan
·
Berkonsultasi dengan tenaga kesehatan lain dalam meyeleksi jenis
ventilasi
·
Merencanakan dan mengaplikasikan ventilator
·
Menginformasikan pada pasien dan keluarga mengenai perbandingan dan
sensasi yang diharapkan dengan menggunakan ventilator mekanik
·
Memeriksa ventilator secara rutin
·
Memeriksa penurunan volume penghembusan nafas dan peningkatan tekanan
pada pernafasan
·
Pemberian cairan dan nutrisi yang cukup
·
Memberikan perawatan mulut secara rutin
·
Mengontrol efek buruk dari ventilasi dengan menggunakan alat
2.
Relaksasi otot progresif :
·
Memilih ketenangan dan keadaan yang nyaman.
·
Menahan pencahayaan.
·
Ambil tindakan pencegahan untuk mencegah
gangguan.
· Menempatkan pasien
di kursi baring, atau apapun yang membuat nyaman
· Ajarkan
keluarga pasien memakai pakaian yang nyaman, pakaian tidak
terbatas.
· Meneliti peningkatan
tekanan intrakarnial, kerapuhan kapiler,
kecenderungan pendarahan, berbagai kesulitan berhubungan dengan jantung akut
kesulitan dengan hipertensi, atau keadaan yang lain di mana kekuatan otot
mungkin menghasilkan luka-luka/kerugian fisiologis lebih besar, dan
memodifikasi teknik itu, dengan tepat.
3.
Pemantauan TTV :
·
Mengukur tekanan darah, denyut nadi,
temperature, dan status pernafasan, jika diperlukan
·
Memantau timbulnya dan mutu nadi
·
Dapatkan nadi apical dan radial scara stimultan
dan catat perbedaannya, jika diperlukan
·
Mengukur warna kulit, temperature, dan
kelembaban
·
Memantau sianosis pusat dan perifer
·
Memantau sisi kuku
4.
|
2
|
Kekurangan volume cairan b.d gangguan absorbsi nutrien, mual dan muntah
|
·
Keseimbangan cairan
Indikator :
1. Kesimbangan intake & output (24jam)
2. Perubahan suara napas (-)
3. Kestabilan berat badan
4. Asites (-)
5. Distensi vena leher (-)
6. Edema Perifer (-)
7.
Mata yang cekung (-)
8.
Konfusi yang tidak tampak
9. Rasa haus abnormal(-)
10. Hidrasi kulit
·
Hidrasi
Indikator :
1. Hidrasi kulit
2. Kelembaban membran mukosa
3. Oedem peripheral (-)
4. Asites (-)
5. Haus yang abormal (-)
6. Perubahan suara napas (-)
7. Napas pendek (-)
|
1.
Terapi intravena :
·
Periksa tipe, jumlah, expire date, karakter
dari cairan dan kerusakan botol
·
Tentukan dan persiapkan pompa infuse IV
·
Hubungkan
botol dengan selang yang tepat
·
Atur cairan IV sesuai suhu ruangan
·
Atur pemberian IV, sesuai resep, dan pantau
hasilnya
·
Pantau jumlah tetes IV dan tempat infus
intravena
·
Pantau terjadinya kelebihan cairan dan reaksi
yang timbul
·
Pantau kepatenan IV sebelum pemberian medikasi
intravena
2.
Menejemen cairan :
·
Timbang BB tiap hari
·
Hitung haluran
·
Pertahankan intake yang akurat
·
Monitor status hidrasi (seperti :kelebapan
mukosa membrane, nadi)
·
Monitor status hemodinamik termasuk CVP,MAP,
PAP
·
Monitor hasil lab. terkait retensi cairan
(peningkatan BUN, Ht ↓)
·
Monitor TTV
·
Monitor perubahan BB klien sebelum dan sesudah
dialisa
·
Monitor status nutrisi
·
Kaji lokasi dan luas edem
·
Distribusikan cairan > 24 jam
·
Konsultasi dengan dokter, jika gejala dan tanda
kehilangan cairan makin buruk
|
3
|
Kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d anoreksia dan penurunan berat badan.
|
· Status nutrisi
Indikator :
1. Intake
nutrisi adekuat
2. Intake
makanan dan cairan adekuat
3. Massa
tubuh normal
4. Energi
· Status
nutrisi : intake nutrisi
Indikator :
1. Intake
kalori
2. Intake
vitamin
3. Intake
protei
4. Intake
karbohidrat
5. Intake
kalsium
6. Intake
mineral
|
1.
Terapi nutrisi :
·
Mengontrol penyerapan makanan/cairan dan menghitung intake kalori harian,
jika diperlukan
·
Memantau ketepatan urutan makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian
·
Menentukan jimlah kalori dan jenis zat makanan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi, ketika berkolaborasi dengan ahli makanan, jika
diperlukan
·
Memastikan bahwa makanan berupa makanan yang tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
·
Memberi pasien makanan dan minuman tinggi protein, tinggi kalori, dan
bernutrisi yang siap dikonsumsi, jika diperlukan
·
Membantu pasien untuk memilih makanan lembut, lunak dan tidak asam, jika
diperlukan
·
Mengatur pemasukan makanan, jika diperlukan
·
Menghentikan penggunaan saluran makanan, jika intake oral dapat dimaklumi
·
Mengontrol cairan pencernaan, jika diperlukan
3.
bantuan penambahan berat badan:
·
Menunjukkan hasil diagnose untuk menentukan penyebab penurunan berat
badan, jika diperlukan
·
Menimbang berat badan pasien pada jarak waktu tertentu, jika diperlukan
·
Mendiskusikan kemungkinan penyebab rendahnya berat badan
·
Memantau mual dan muntah
·
Menentukan penyebab mual dan/atau muntah, dan pengobtan yang tepat
·
Melakukan pengobatan untuk mengurangi mual dan nyeri sebelum makan, jika
diperlukan
·
Mengontrol konsumsi kalori harian
·
Memantau jumlah serum albumin, lymphocyte, dan elektrolit
·
Menunjukkan bagaimana cara meningkatkan intake kalori
·
Memberi variasi nutrisi makanan yang tinggi kalori
|
4
|
Kerusakan
integritas kulit b.d akumulasi garam empedu dalam jaringan yg ditandai adanya
pruritus
|
· Integritas
jaringan : kulit dan membran mukosa
Indikator :
1.
Temperatur jaringan normal
2.
Elestisitas kulit normal
3.
Hidrasi
4.
Pigmentasi
5.
Warna
6.
Tekstur
7.
Ketebalan
8.
Jaringan bebas lesi
9.
Perfusi jaringan
10.
Kesehatan kulit
·
Penyembuhan luka
Indikator :
1.
Perkiraan kerusakan kulit
2.
Resolusi drainase barair dari luka
3.
Resolusi drainase kemerahan dari luka
4.
Resolusi drainase serosa yang berdarah
5.
Resolusi drainase yang kemerahan dari drain
|
1. Menejemen
obat :
·
Menentukan obat apa yang dibutuhkan dan diberikan berdasarkan
penulisan resep oleh orang yang berwenang dan atau protocol
·
Memonitor keefektifan administrasi obat, jika dipelukan
·
Memonitor tanda-tanda atau symptom-symptom dari keracunan obat
·
Memantau efek buruk dari obat
·
Memonitor pengaruh ketidakefektifan obat
·
Mengkaji kembali secara periodik dengan pasien dan/atau keluarga jenis
dan jumlah yang diberikan
·
Menentukan factor–factor yang menghalangi pasien dari menerima obat
yang diresepkan
·
Konsultasi dengan tim kesehatan professional yang lain untuk
meminimalkan angka dan frekuensi obat yang dibutuhkan untuk efek terapeutik
·
Ajari pasien dan/atau anggota keluarga tentang metode administrasi
obat, jika diperlukan
4.
Perawatan kulit : pengobatan
topikal :
·
Menghindari penggunaan kasur linen dengan tekstur kasar
·
Membersihkan dengan sabun antibakteri
·
Memakaikan pasien dengan pakaian yang tidak membatasi
·
Menaburkan bedak obat ke atas kulit
·
Menggunakan popok dengan longgar
·
Menempatkan bantal-bantal yang lunak
·
Memijat area disekitar yang sakit
·
Menutupi tangan dengan kaos tangan
·
Menggunakan bedak pengering untuk lipatan kulit yang dalam
·
Menggunakan antibiotik topical untuk area yang sakit
·
Menggunakan agen antiimflamasi topical pada area yang sakit
·
Menggunakan agen antijamur topical untuk area yang sakit
·
Memeriksa kulit sehari-hari untuk memeriksa resiko kerusakan
|
0 komentar:
Posting Komentar