Istilah
atresia ani berasal dari bahasa Yunani yaitu “ a “ yang artinya tidak ada dan
trepsis yang berarti makanan dan nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia ani
adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang yang normal.
Atresia
ani adalah kelainan kongenital dimana anus tidak mempunyai lubang untuk
mengeluarkan feses karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat
kehamilan.
Klasifikasi Atresia Ani
Klasifikasi atresia ani ada 4 yaitu
:
1.
Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan
daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar.
2.
Membranosus atresia adalah terdapat membran pada
anus.
3.
Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada
daging diantara rectum dengan anus.
4.
Rectal atresia adalah tidak memiliki rektum.
Etiologi
Penyebab
sebenarnya dari atresia ani ini belum di ketahui pasti, namun ada sumber yang
mengatakan bahwa kelainan bawaan anus di sebabkan oleh :
1.
Karena kegagalan pembentukan septum urorektal
secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari
tonjolan embrionik.
2.
Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan
dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang anus.
3. Gangguan organogenesis dalam kandungan
penyebab atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan
berusia 12 minggu atau 3 bulan.
4.
Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada
kelainan rektum, sfingter, dan otot dasar panggul. Namum demikian pada agenesis
anus, sfingter internal mungkin tidak memadai. Menurut penelitian beberapa ahli
masih jarang terjadi bahwa gen autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia
ani. Orang tua tidak diketahui apakah mempunyai gen carier penyakit ini. Janin
yang diturunkan dari kedua orang tua yang menjadi carier saat kehamilan
mempunyai peluang sekitar 25 % - 30 % dari bayi yang mempunyai sindrom genetik,
abnormalitas kromosom, atau kelainan kongenital lain juga beresiko untuk
menderita atresia ani (Purwanto, 2001).
Faktor Predisposisi
Atresia ani dapat terjadi disertai
dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir, seperti :
1. Kelainan sistem pencernaan terjadi kegagalan
perkembangan anomali pada gastrointestinal.
2.
Kelainan sistem perkemihan terjadi
kegagalan pada genitourinari.
Patofisiologi
Kelainan
ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena
gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik,
sehingga anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor
dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal
genitourinari dan struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya
penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal karena tidak ada
kelengkapan dan perkembangan struktur kolon antara 7-10 minggu dalam
perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam
agenesis sakral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan
usus besar yang keluar melalui anus sehingga menyebabkan fekal tidak dapat
dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi. Putusnya saluran
pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi baru lahir tanpa lubang
anus.
Manifestasi Klinik
Bayi
muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat defekasi
mekonium. Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih tinggi.
Pada golongan 3 hampir selalu
disertai fistula. Pada bayi wanita sering ditemukan fistula rektovaginal
(dengan gejala bila bayi buang air besar feses keluar dari (vagina) dan jarang
rektoperineal, tidak pernah rektourinarius. Sedang pada bayi laki-laki dapat
terjadi fistula rektourinarius dan berakhir di kandung kemih atau uretra dan
jarang rektoperineal. Gejala yang akan timbul :
1.) Mekonium tidak keluar dalm 24 jam pertama
setelah kelahiran.
2.)
Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu
rektal pada bayi.
3.) Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau
anus yang letaknya salah.
4.) Perut kembung.
5.) Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
(Ngastiyah, 2005)
Komplikasi
1. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.
2. Obstruksi intestinal
3. Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan.
4. Komplikasi jangka panjang :
a. Eversi mukosa anal.
b. Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari
anastomosis.
c. Impaksi dan konstipasi akibat terjadi
dilatasi sigmoid.
d. Masalah atau kelambatan yang berhubungan
dengan toilet training.
e. Inkontinensia akibat stenosis anal atau
impaksi.
f. Fistula kambuh karena
tegangan di area pembedahan dan infeksi.
(Betz, 2002)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam tindakan
atresia ani yaitu :
a. Pembuatan kolostomi
Kolostomi adalah
sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen
untuk mengeluarkan feses. Pembuatan lubang biasanya sementara atau permanen
dari usus besar atau colon iliaka. Untuk anomali tinggi, dilakukan kolostomi
beberapa hari setelah lahir.
b. PSARP (Posterio Sagital Ano
Rectal Plasty)
Bedah definitifnya, yaitu anoplasty
dan umumnya ditunda 9 sampai 12 bulan. Penundaan ini dimaksudkan untuk memberi
waktu pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini
juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badannya dan bertambah baik status
nutrisinya.
c. Tutup kolostomi
Tindakan yang terakhir dari atresia
ani. Biasanya beberapa hari setelah operasi, anak akan mulai BAB melalui anus.
Pertama, BAB akan sering tetapi seminggu setelah operasi BAB berkurang
frekuensinya dan agak padat.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk memperkuat diagnosis sering
diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
1. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya obstruksi intestinal.
2. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk
menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk mengetahui jarak pemanjangan
kantung rektum dari sfingternya.
3. Ultrasound terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi
organ internal terutama dalam sistem pencernaan dan mencari adanya faktor
reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.
4. CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
5. Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai
pelviokalises dan ureter.
6. Pemeriksaan fisik rektum
Kepatenan rektal dapat dilakukan
colok dubur dengan menggunakan selang atau jari.
7. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Juga bisa
digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan traktus
urinarius.
Pengkajian
Fokus
1. Pengkajian
Konsep teori
yang digunakan penulis adalah model konseptual keperawatan dari Gordon. Menurut
Gordon data dapat dikelompokkan menjadi 11 konsep yang meliputi :
a.
Pola Persepsi Kesehatan
Mengkaji
kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di rumah.
b.
Pola Nutrisi dan Metabolik
Anoreksia,
penurunan BB dan malnutrisi umumnya terjadi pada pasien dengan atresia ani post
tutup kolostomi. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu oleh mual dan
muntah dampak dari anastesi.
c.
Pola Eliminasi
Dengan
pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh
dibersihkan dari bahan-bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk buangan.
Oleh karena itu pada pasien atresia ani tidak terdapatnya lubang pada anus,
sehingga pasien akan mengalami kesulitan dalam defekasi.
d.
Pola Aktivitas dan Latihan
Pola latihan dan
aktivitas dipertahankan untuk menghindari kelemahan otot.
e.
Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan
tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman dan daya ingatan masa lalu
dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
f.
Pola Tidur dan Istirahat
Pada
pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri pada luka
insisi.
g.
Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri
Menjelaskan
konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort. Tidak terjadi
perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka jahitan operasi.
h. Pola
Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk
mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit. Perubahan pola biasa
dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
i.
Pola Reproduksi dan Seksual
Pola ini
bertujuan untuk menjelaskan fungsi sosial sebagai alat reproduksi.
j.
Pola Pertahanan Diri, Stress dan
Toleransi
Adanya faktor
stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, dan rumah.
k.
Pola Keyakinan
Untuk
menerapkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan
konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan perawat memberikan
motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah.
2. Pemeriksaan Fisik
Hasil
pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani biasanya anus tampak
merah, usus melebar, termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh
jaringan, pada auskultasi terdengar hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam
waktu 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urine dan vagina.
Fokus Intervensi
Diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul :
1. Pre
Operasi
a.
Inkontinentia bowel berhubungan dengan tidak lengkapnya pembentukan anus.
b. Resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah.
c. Kecemasan orang tua berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur perawatan.
2. Post Operasi
a. Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
b. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
c. Resiko
infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan.
d. Kurangnya pengetahuan keluarga
berhubungan dengan kebutuhan perawatan dirumah.
Thanks for your information. Please accept my comments to still connect with your blog. And we can exchange backlinks if you need.
BalasHapusWhat Is Albinism?
What Is Acanthosis Nigricans?
What Is Agoraphobia?
What Is ADHD?
What Is Atresia Ani?