Entrepreneurship merupakan kemungkinan untuk
mendapatkan dorongan khusnya pada nilai-nilai social budaya masyarakat manusia,
agama (kepercayaan), adat istiadat yang dapat mempengaruhi perilaku individu
dalam masyarakat. Pengusaha social adalah individu dengan inovasi untuk
masyarakat pada masalah social yang paling terkini. Mereka ambisius dan gigih
dalam menanggulangi masalah social dan menawarkan ide-ide baru untuk perubahan.
Juga memecahkan masalah dengan mengubah system, menyebarkan solusi dan membujuk
seluruh masyarakat mamengambil lompatan baru.
Setiap pengusaha social menyajikan ide-ide yang
mudah dimengerti dan melibatkan dukungan yang luas untuk memaksimalkan jumlah
orang local yang akan diberdayakan.
Pengusaha social bertindak sebagai agen perubahan
bagi masyarakat, memanfaatkan peluang, perbaikan system, memunculkan pendekat
baru, dan menciptakan solusi untuk mengubah masyarakat.
Sosiologi
memfokuskan pada teori yang ditujukan ada peran, norma-norma social,
legitimasi, serta mobilitas social. Dalam memahami kewirausahaan dalam
masyarakat.
Menurut
sosiologi tidak atau adanya umpan social dapat meotivasi individu unuk
mengambil usaha kewirausahaan. Beberapa hal yang penting yang meneterbelakangi
;
1. Keluarga
factor ini berarti memperhatikan umlah anggota
keluarga, jenis keluarga, berdasarkan situasi ekonominya. Hal ini menyediakan
keamanan keungan yag lebih baik dalam bentuk kepemilikan harta bersama, yang
memungkinkan seorang individu elakukan resiko bisnis. System keluarga bersama
juga membantu dalam ekstani bisnis. Kekurangan usaha keluarga bersama adalah
kurangnya kemandirian dalam hal pengambilan keputusa.
2. Agama
Dalam
masyarakat tertentu agama memiliki pengaruh kuat pada diri seseorang untuk
kehidupan sehari-hari Agama bertindak
sebagai factor yang mempengaruhi kewirausahaan.
Agama
Islam Misalnya : Allah telah memberikan kemampuan untuk bekerja dan dilarang
untuk mengemis. Hal ini mengakibatkan seseorang harus bisa berusaha.
Prinsip
keagamaan yang berhubungan dengan kewirausahaan yaitu ;
a. Persaudaraan
universal manusia
b. Pengabdian
kepada tuhan sebagai kekuatan social untuk pelayanan social
c. Semua
usaha pribadi dan social merupakan persembahan efisiensi seseorang pada
Tuhannya
d. Pembangunan
dan pemeliharaan obligasi antara manusia untuk meningkatkan kualitas, martabat
manusia dan kasih saying antar makhluk.
Jadi berdasarkan prinsip-prisip tersebut, seseorang
yang taat beragama akan termotivasi untuk membuka dan mengembangkan suatu
peluang kewirausahaan yang akan memberikan kesempatan atau lowongan pekerjaan
bagi masyarakat banyak. Minimal wirausaha tersebut berguna untuk mengembangkan
potensi diri sendiri. setelah wirausaha
itu berhasil, barulah bisa dikembangkan dan menghasilkan lowongan pekerjaan
bagi orang lain.
3. Usia
Produktivitas
kerja dipengaruhi oleh usia seseorang dalam berwirausaha dimana semakin mud
seseorang maka produktivitasnya semakin baik karena orang muda memiliki stamina
yang lebih di banding yang sudah berumur.
4. Tempat
Tinggal
Latar
belakang lingkungan tempat tinggal seseorang sangat mempengaruhi dimana
biasanya seseorang yang tinggal di lingkungan yang memiliki tingkat pendidikan
yagn lebih tinggi akan lebih kreatif dan termotivasi untuk berwirausaha
dibanding dengan seseorang yang tinggal di daerah yang tingkat pendidikannya
kurang.
Selain
itu, seseorang yang tinggal di lingkungan yang lokasi geografinya strategis
untuk memiliki peluang baik dalam berwirasaha. Misalnya, di Kota Padang,
masyarakat Padang lebih berpeluang untuk membuka usaha rumah kontarakan atau
sewaan
5. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang dapat
mengantarkan seseorang untuk menemukan peluang baru. Sebagai contoh, ahli kimia
atau fisika lebih dulu dalam menemukan teknologi dibandingkan ahli sejarah
karena penelitian memberikan mereka akses pada informasi tentang peluang dimana
orang lain tidak mendapatkannya (Freeman, 1982). Diantara tipe-tipe pekerjaan
yang menyediakan akses pada informasi, yang paling signifikan adalah Research
and Development (Klepper dan Sleeper, 2001). Karena penelitian dan
pengembangan menciptakan sebuah informasi baru yang menyebabkan perubahan
teknologi, sehingga menjadi sebuah sumber utama dari peluang (Aldrich, 1999)
maka orang yang bekerja dalam bidang penelitian dan pengembangan akan lebih
cepat mengetahui tentang adanya peluang dan perkembangan teknologi dibandingkan
orang lain.
Contoh yang paling dekat dengan
kita adalah penemuan VCO oleh dosen MIPA Kimia UGM, Bapak Bambang Prastowo.
Beliau adalah seorang peneliti. Beliau menemukan cara untuk mengambil minyak
kelapa tanpa ada proses pemanasan. Hasilnya, ternyata minyak tersebut memiliki
khasiat yang banyak dan lebih baik. Hasilnya penelitiannya beliau jual dan
mendapatkan keuntungan banyak.
6. Tingkat
pendidikan
Seseorang
ag meiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih bisa
mengeksploitasikan kesempatan untuk berwirausaha karena mereka lebih mengetahui
peluang-peluang wirausaha yang mungkin dijalankan sesuai dengan bidangnya.
Contohnya seorang sarjana perawat bisa membuka home care karena dia mempunyai
skill di sana. Jadi, seseorang yang hanya lulusan SMA kecil kemugkinan terpikir
untuk membuka usaha home care.
7. Budaya
8. Ikatan
Sosial
Salah satu cara yang penting agar
individu bisa mendapatkan akses informasi tentang peluang kewirausahaan adalah
melalui interaksi dengan orang lain atau jejaring sosial mereka. Struktur dari
jejaring sosial seseorang akan mempengaruhi informasi apa yang mereka terima
dan mengkategorikan informasi tersebut.
Ikatan yang kuat pada seseorang
yang kita percayai sepenuhnya, juga sangat menguntungkan dalam menemukan
peluang. Dalam ikatan yang kuat, terdapat kepercayaan sehingga individu dapat
mempercayai sepenuhnya keakuratan informasi yang datang dari orang tersebut. Kepercayaan
dalam keakuratan informasi merupakan hal yang penting untuk penemuan peluang
karena wirausahawan membutuhkan akses informasi, dan selanjutnya
mensintesiskannya.
Beberapa penelitian mendukung
pendapat ini bahwa ikatan sosial meningkatkan kemungkinan seseorang dalam
menemukan peluang kewirausahaan. Sebagai contoh, Zimmer dan Aldrich (1987)
mempelajari kelompok etnik yang bekerja secara mandiri di tiga kota di Inggris
dan menemukan bahwa kebanyakan pemilik usaha mendapatkan informasi tentang
peluang kewirausahaan melalui channel mereka.
9. Akses
Informasi
Beberapa orang mampu mengenali
peluang lebih baik karena mereka memiliki informasi lebih dibandingkan orang
lain (Hayek, 1945; Kirzner, 1973). Informasi ini memungkinkan seseorang untuk
mengetahui bahwa sebuah peluang adalah sebuah anugerah ketika orang lain
mengabaikan situasi tersebut. Informasi pengalaman hidup yang spesifik, seperti
pekerjaan atau kehidupan sehari-hari dapat memberikan akses pada informasi
dimana orang lain belum tentu mendapatkannya (Venkataraman, 1997). Pengalaman
hidup ini memberikan proses permulaan pada informasi bahwa orang lain telah
menggunakan sumberdaya secara tidak lengkap atau tidak proporsional, seperti
perubahan teknologi atau perkembangan peraturan yang baru.
- Pengalaman hidup
Aktivitas tertentu memberikan
referensi pada pengatahuan yang dibutuhkan untuk mengetahui peluang. Dalam
faktanya, penelitian sebelumnya telah menunjukkan kejadian dari dua aspek
pengalaman hidup yang meningkatkan probabilitas seseorang untuk mengetahui
peluang yaitu pekerjaan dan pengalaman yang berbeda.
Variasi dalam pengalaman hidup
menyediakan akses pada informasi yang baru dan dapat membantu seseorang dalam
menemukan peluang. Penemuan peluang ini kadang seperti menyusun puzzle,
karena sebuah kepingan informasi yang baru kadang memiliki elemen yang hilang
dan membutuhkan kecermatan bahwa peluang baru telah hadir. Variasi dalam
pengalaman menyebabkan seseorang akan menerima informasi yang baru.
Selanjutnya, dari hal tersebut individu dapat menemukan kepingan peluang
(Romanelli dan Schoonhoven, 2001) karena individu dengan pengalaman hidup dan
pekerjaan yang banyak akan memiliki akses dalam pengalaman yang beranekaragam
(Casson, 1995).
Delmar dan Davidsson (2000) telah
membandingkan sampel secara acak dari 405 orang yang memiliki bisnis dengan
sebuah kelompok kontrol yang juga dipilih secara acak dan menemukan bahwa dalam
proses memulai sebuah bisnis umumnya mereka adalah orang yang sering
berpindah-pindah kerja dibandingkan kelompok kontrol.
Teori Budaya
Kewirausahaan merupakan produk budaya. Wirausaha
berasal dari nilai-nilai budaya dan system budaya yang telah tertanam dalam
lingkungan masyarakat. Menurut teori Hoselistz pasokan kewirausaahaan diatur
oleh factor budaya, dan kelompok budaya minoritas dari kewirausahaan dan
ekonomi pembangunan. Di banyak Negara pengusaha telah muncul dari social
ekonomi kelas tertentu.
Teori nilai budaya dikemukakan oleh Cochran
Thomas—Pengusaha itu adalah bukan individu super normal tetapi mereka adalah
anggota masyarakat yang memiliki modal kepribadian.
Kinerja
pengusaha dipengaruhi oleh tiga factor :
- Sikap
diri terhadap pekerjaan
- Keutuhan
Operasional kerja
- Harapan
peran yang dimintai oleh kepuasan kelompok
Dimensi budaya memberikan landasan pengembangan
nilai-nilai individu yang tercermin dalam sifat dan prilakunya. Dalam studi
baru-baru ini kewirausahaan dan kebudayaan telah dikaitkan di tingkat makro dan
miokro sebagai contoh kebudayaan nasional mempengaruhi pembentukan aliansi
teknologi oleh perusahaan kewirausahaan ( steensmaet al 2000). Atau bentuk manifestasi dari prilaku
kewirausahaan, seperti perjuangan dalam organisasi ( shane 1994). Pada tingkat
mikro pengaruh nilai budaya tentang kewirausahaan telah ikut mengambil andil.
Beberapa studi menunjukan bahwa pengusaha memiliki daya jarak yang lebih
tinggi, individualism, maskulinitas dan menghindari ketidakpastian lebih rendah,
dibandingkan dengan manajer (Mc.Grathet Al, 1992;.Busenitz dan Lau,1996).
Disisi lain, studi yang dilakukan diportugal (Al Morriset, 1994) atau Israel
(al Baumet.,1993) menemukan tidak adanya hubungan antara individualism dan
kewirausahaan.
Inkonsistensi ini menunjukkan kebutuhan untuk
mengeksplorasi kemungkinan efek mediasi atau moderasi. Nilai – nilai budaya
yang dianggap memiliki pengaruh yang signifikjan terhadap sikap-sikap
kepribadian (Hofstede dan Mc Crae,2004) sehingga memberikan kita dengan
mediator potensial yang penting. Secara khusus, mengandaikan bahwa budaya
individu mempengaruhi kecenderungan nilai kewirausahaan individu, tidak secara
langsung tetapi melalui kognisi individu.
PELUANG KEWIRAUSAHAAN
DI BIDANG SOCIAL DAN ANTROPOLOGI
Kewirausahaan mengalami perubahan seiring dengan
kemajuan teknologi, agama, dan perubahan system nilai social.
Pembelajaran untuk mencapai kesuksesan menurut
Murphy seseorang harus bias membuat komitmen, mampu menemukan masalah dan
menyelesaikannya, berfikir luas, up date, keyakinan pada diri sendiri, berani
mengambil resiko, belajar memimpin, bertahan, dan siap untuk menang.
Faktor-faktor social yang menghambat kewirausahaan. Kegiatan
kewirausahaan tidak terbatas dan harus diperluas ke berbagai konteks. Ada
banyak peluang antara lain :
- Bidang
pendidikan. Merupakan sector yang sudah menunggu pengusaha untuk
mengeksploitasi berbagai kemungkinan. Pendidikan yang belum merata dan
banyaknya sekolah-sekolah yang tidak memiliki insfrastruktur yang lengkap.
- Bidang
kesehatan. Pengadaan alat-alat kesehatan, pengelolaan ketenagakerjaan dan
lain-lain.
- Bidang
Pertanian. Inovasi metode-metode pertanian, irigasi, teknologi pertanian,
- Bidang
pariwisata
0 komentar:
Posting Komentar