1. BERPIKIR
Mengenai
soal berpikir ini terdapat beberapa pendapat, diantaranya ada yang menganggap
sebagai suatu proses asosiasi saja; pandangan semacam ini dikemukakan oleh kaum
Asosiasionist.
Sedangkan
Kaum Fungsionalist memandang berpikir sebagai suatu proses penguatan hubungan
antara stimulus dan respons.
Berpikir
adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat, membuat keputusan,
menarik kesimpulan dan merefleksikan ( Gordon, 1995).
Berpikir
merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi ( Chaffe,1994).
Secara
sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara
kognitif.
Secara
lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik
informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term
memory
Dalam hal ini, dimana peran perawat
adalah membantu individu yang sakit atau yang sehat, dalam kinerja aktivitas yang
menunjang pada kesehatan dan pemulihannya, atau pada kematian yang tenang ( International
council of nurses, 1973 ). Definisi ini mencakup kompleksitas dari
keperawatan. Ketika diberi tanggung jawab untuk membantu individu dalam
mencapai kembali atau meningkatkan kesehatannya, perawat harus mampu untuk
berpikir secara kritisdalam upaya memecahkan masalah dan menemukan jalan keluar
yang terbaik untuk kebutuhan klien.
Berpikir
kritis adalah suatu proses yang menantang seorang individu untuk
menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat penilaian.
Ketika perawat mengarahkan berpikir
kearah pemahaman dan menemukan jalan keluar dari masalah kesehatan klien,
prosesnya menjadi bertujuan dan berorientasi pada tujuan. Bagaimana perawat
menggunakan informasi sebagai pertimbangan, membuat kesimpulan dan membuat
gambaran mental tentang apa yang terjadi pada klien ini adalah berpikir kritis.
Jenis, Tipe, dan Pola
Berpikir
Ada berbagai jenis dan tipe berpikir,
Morgan
dkk. (1986, dalam Khodijah, 2006: 118) membagi dua jenis berpikir, yaitu
Ø berpikir
autistik (autistic thinking) yaitu
proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang
sangat pribadi, contohnya mimpi.
Ø Berpikir
langsung (directed thinking) yaitu berpikir untuk memecahkan masalah.
Menurut
Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118) ada enam pola berpikir, yaitu:
Ø Berpikir
konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu
Ø Berpikir
abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau
disempurnakan keluasannya.
Ø Berpikir
klasifikatoris, yaitu berpikir menganai klasifikasi atau pengaturan menurut
kelas-kelas tingkat tertentu.
Ø Berpikir
analogis, yatiu berpikir untuk mencari hubungan antarperistiwa atas dasar
kemiripannya.
Ø Berpikir
ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih
komplek disertai pembuktian-pembuktian.
Ø Berpikir
pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat, lebih
dangkal dan seringkali tidak logis.
Sedangkan
menurut De Bono (1989 dalam Khodijah, 2006:119) mengemukakan dua tipe berpikir,
sebagai berikut.
Ø Berpikir
vertikal (berpikir konvergen) yaitu tipe berpikir tradisional dan generatif
yang bersifat logis dan matematis dengan mengumpulkan dan menggunakan hanya
informasi yang relevan.
Ø Berpikir
lateral (berpikir divergen) yaitu tipe berpikir selektif dan kreatif yang
menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk
hasil dan dapat menggunakan informasi yang tidak relevan atau boleh salah dalam
beberapa tahapan untuk mencapai pemecahan yang tepat.
Proses Berpikir
Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu :
Ø Pembentukan
Pengertian
Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga tingkatan, sebagai berikut:
a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan unsur - unsurnya satu demi satu. Misalnya maupun membentuk pengertian manusia. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa ciri-ciri misalnya :
Manusia Indonesia, ciri - cirinya :
* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit sawo mateng
* Berambut hitam
* Dan sebagainya
Manusia Eropa, ciri - cirinya :
* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit Putih
* Berambut pirang atau putih
* Bermata biru terbuka
* Dan sebagainya
Manusia Negro, ciri - cirinya:
* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit htam
* Berambut hitam kriting
* Bermata hitam melotot
* Dan sebagainya
Manusia Cina, ciri - cirinya:
* Mahluk Hidup
* Berbudi
* Berkulit kuning
* Berambut hitam lurus
* Bermata hitam sipit
* Dan sebagainya
Dan manusia yang lain - lainnya lagi.
b. Membanding - bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri - ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.
c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap cirri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri - ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.
Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga tingkatan, sebagai berikut:
a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan unsur - unsurnya satu demi satu. Misalnya maupun membentuk pengertian manusia. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa ciri-ciri misalnya :
Manusia Indonesia, ciri - cirinya :
* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit sawo mateng
* Berambut hitam
* Dan sebagainya
Manusia Eropa, ciri - cirinya :
* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit Putih
* Berambut pirang atau putih
* Bermata biru terbuka
* Dan sebagainya
Manusia Negro, ciri - cirinya:
* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit htam
* Berambut hitam kriting
* Bermata hitam melotot
* Dan sebagainya
Manusia Cina, ciri - cirinya:
* Mahluk Hidup
* Berbudi
* Berkulit kuning
* Berambut hitam lurus
* Bermata hitam sipit
* Dan sebagainya
Dan manusia yang lain - lainnya lagi.
b. Membanding - bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri - ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.
c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap cirri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri - ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.
Ø Pembentukan Pendapat
Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau subyek dan sebutan atau predikat.
Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu : a. Pendapat Afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu, Misalnya Sitotok itu pandai, Si Ani Rajin dan sebagainya. b. Pendapat Negatif, Yaitu Pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya seuatu sifat pada sesuatu hal : Misalnya Sitotok itu Bodoh Si Ani Malas dan sebagainya. c. Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, Yaitu Pendapat yang menerangkan kebarangkalian, kemungkinan - kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal ; misalnya hari ini mungkin hujan, Si Ali Mungkin tidak Datang. Dan sebagainya.
Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau subyek dan sebutan atau predikat.
Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu : a. Pendapat Afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu, Misalnya Sitotok itu pandai, Si Ani Rajin dan sebagainya. b. Pendapat Negatif, Yaitu Pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya seuatu sifat pada sesuatu hal : Misalnya Sitotok itu Bodoh Si Ani Malas dan sebagainya. c. Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, Yaitu Pendapat yang menerangkan kebarangkalian, kemungkinan - kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal ; misalnya hari ini mungkin hujan, Si Ali Mungkin tidak Datang. Dan sebagainya.
Ø Penarikan Kesimpulan atau Pembentukan
Keputusan
Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada 3 macam keputusan, Yaitu
a. Keputusan induktif
yaitu keputusan yang diambil dari pendapat - pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum. Misalnya :
Tembaga di panaskan akan memuai
Perak di panaskan akan memuai
Besi di panaskan akan memuai
Kuningan di panaskan akan memuai Jadi (kesimpulan). Bahwa semua logam kalau dipanaskan akan memuai (Umum)
b. Keputusan Deduktif
Keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus , Jadi berlawanan dengan keputusan induktif. Misalnya : Semua logam kalau dipanaskan memuai (umum), tembaga adalah logam. Jadi (kesimpulan) : tembaga kalau dipanaskan memuai Contoh lain : Semua manusia terkena nasib mati, Si Karto adalah manusia Jadi pada suatu hari si Karto akan mati.
c. Keputusan Analogis
Keputusan Analogis adalah Keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada. Misalnya : Totok anak pandai, naik kelas (Khusus). Jadi (kesimpulan) Si Nunung anak yang pandai itu, tentu naik kelas.
Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada 3 macam keputusan, Yaitu
a. Keputusan induktif
yaitu keputusan yang diambil dari pendapat - pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum. Misalnya :
Tembaga di panaskan akan memuai
Perak di panaskan akan memuai
Besi di panaskan akan memuai
Kuningan di panaskan akan memuai Jadi (kesimpulan). Bahwa semua logam kalau dipanaskan akan memuai (Umum)
b. Keputusan Deduktif
Keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus , Jadi berlawanan dengan keputusan induktif. Misalnya : Semua logam kalau dipanaskan memuai (umum), tembaga adalah logam. Jadi (kesimpulan) : tembaga kalau dipanaskan memuai Contoh lain : Semua manusia terkena nasib mati, Si Karto adalah manusia Jadi pada suatu hari si Karto akan mati.
c. Keputusan Analogis
Keputusan Analogis adalah Keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada. Misalnya : Totok anak pandai, naik kelas (Khusus). Jadi (kesimpulan) Si Nunung anak yang pandai itu, tentu naik kelas.
Pola
Berpikir
a. Berpikir
Secara Terarah
Ketika
ditanya apa yang sedang mereka pikirkan, beberapa orang kadang kala menjawab,
‘Pikiran saya kosong!’. Dalam kenyataanya tidak dapat dipastikan apakah pikiran
kita benar-benar kosong, karena hamper tidak mungkin bagi kita untuk tidak
berpikir tentang sesuatu pun. Namun demikian, memang benar bahwa banyak
pemikiran kita sehari-hari mengambil bentuk berpikir tanpa arah. Waktu
menggambarkan bahwa diri kita sedang tidak berpikir tentang sesuatu, yang
sebenarnya kita maksudkan adalah kita tidak berpikir tentang sesuatu yang
khusus, dengan membiarkan pikiran kita berjalan sendiri tanpa dengan sengaja
memusatkannya pada pokok tertentu.
Meskipun
dalam batas tertentu kita terus menerus berpikir, kita terus menerus berpikir,
kita tidak terus menerus mengadakan penalaran. Penalaran terjadi bila
suatu hambatan tertentu menghalangi jalan mencapai tujuan yang dikehendaki. Makin
kurang jelas cara pemecahan masalah, makin banyak penalaran berperan dalam
pemecahannya. Maka penalaran adalah pemusatan pikiran secara sadar dan
sengaja pda masalah tertentu yang harus dicari jalan keluarnya.
Penalaran
begantung pada persepsi tentang data yang relevan dengan masalah serta
penggabungan data yang penting secara benar. Bila kita, misalnya, harus
menyelesikan prosedur terbaik untuk merawat pasien dengan penyakit tertentu, kita
terlebih dahulu akan mengumpulkan dalam pikiran kita semua data yang telah kita
pelajari sehubungan dengan kondisi pasien, dan mengabaikan semua data lain yang
tidak relevan dengan situasi yang ada. Dengan cara ini, kita akhirnya, melalui
proses penalaran, kita akan berhasil memecahkan masalah dengan sebaik-baiknya.
b. Berpikir
Kreatif
Pengetahuan
manusia terus berkembang karena beberapa individu mampu menghasilkan
gagasan-gagasan baru yang memungkinkan manusia melangkah ke arah yang baru
dalam upaya memahami baik dirinya maupun lingkungannya. Ada pendapat yang
mengatakan bahwa sekitar separuh dari semua sumbangan khas dalam ilmu
pengetahuan dan kesusasteraan diberikan oleh kelompok yang relatif kecil yang
mewakili tidak lebih dari 10% dari mereka yang menggeluti bidang yang
bersangkutan.
Mereka
yang memberikan tambahan pada khasanah pengetahuan dunia sering melakukan
dengan cara tidak menerima asumsi yang keliru yang telah membatasi
pemikir-pemikir sebelumnya dalam bidan yang bersangkutan. Pemikir yang kreatif
cukup fleksibel untuk mempertimbangkan semua aspek masalah, tidak menerima apa
pun begitu saja tanpa meniai secata kritis.
c. Pemikiran
Tidak Terarah
Pemikiran
abnormal sering digambarkan sebagai autistic untuk membedakannya dari
pemikiran normal. Pemikiran autistic dapat dirumuskan sebagai ‘bentuk berpikir’
yang didominasi kecendrungan-kecendrungan subyektif, yang materinya tidak
dihubungkan dalam cirri-ciri utamanya oleh standar obyektif.
Dengan
demikian, gambaran yang tidak asing lagi bahwa pasien psikotis hidup dalam
dunianya sendiri itu ada benarnya, karena gambaran tentang dunia nyata telah
diubah oleh kebutuhan-kebutuhan serta fantasi dalam diinya sendiri.
Namun,
bila direnungkan sejenak, kita akan segera melihat bahwa pemikiran orang dewasa
tidak selalu obyektif dan logis seperti yang kita sangka. Bentuk pemikiran yang
muncul dalam keadaan mimpi jauh tidak sesuai dengan kenyataan.
Pemikiran
autistic dapat, seperti yang telah kita lihat, timbul dalam pengalaman normal
dalam kondisi eksperimen buatan, tetapi dengan mudah kita dapat menemukan bukti
lebih lanjut aanya kecenderungan autistic dalam pemikiran sehari-hari orang
dewasa normal.
2. INGATAN
Ingatan
atau memori adalah sebuah fungsi dari kognisi
yang melibatkan otak
dalam pengambilan informasi. Ingatan banyak dipelajari dalam psikologi kognitif dan ilmu saraf.
Kategori
Ada
banyak klasifikasi ingatan berdasarkan durasi, alam, dan pengambilan sesuatu
yang diinginkan. Pada dasarnya ingatan dapat dibagi pada dua kategori yaitu
ingatan eksplisit dan implisit.[1]
ü Ingatan eksplisit
Ingatan
eksplisit meliputi penginderaan, semantik, episodik, naratif,
dan ingatan otobiografi. Kegunaan dari ingatan eksplisit
adalah untuk informasi
sosial
dan identitas, penggambaran
otobiografi, aturan sosial, norma, harapan. Beberapa ciri dari ingatan eksplisit
adalah :
· Berkembang belakangan / bias kortikal
· Memiliki konteks atau sumber ingatan
yang jelas
ü Ingatan implisit
Ingatan
implisit meliputi penginderaan, emosi, ingatan prosedural, pengkondisian rangsang
- respon.
Kegunaan dari ingatan implisit adalah tempat skema kelekatan, transference, dan super ego. Beberapa ciri
dari ingatan implisit adalah :
· Berkembang lebih awal / bias subkortikal
· Berpusat pada Amigdala
· Bebas dari konteks atau tidak
memiliki sumber atribusi atau pelabelan
ü Pembentukan Ingatan
Tahapan
utama dalam pembentuk dan pengambilan ingatan adalah:
· Encoding:
proses dan penggabungan informasi yang diterima
· Penyimpanan: penciptaan
catatan permanen dari informasi yang telah di-encode
· Pengambilan: memanggil
kembali informasi yang telah disimpan untuk digunakan dalam suatu proses atau
aktivitas.
Proses
Mengingat
Mengingat sebenarnya merupakan
tahap akhir dari proses belajar yang dengannya kita maampu memanfaatkan
hasil-hasil yang telah tersimpan dari belajar sebelumnya. Seperti halnya dengan
sebagian besar sifat kita, kita cenderung terlampau mengandalkan ingatan,
meskipun tanpa kemampuan ini kita akan menjadi kurang manusiawi. Bila kita
tidak mampu menyimpan pengetahuan yang telah kita pelajari sebelumnya dan
kemudian mengingatnya kembali apabila diperlukan, maka segala sesuatu yang
disajikan kepada kita harus dipelajari sebagai hal yang baru lagi.
Kemampuan mengingat juga
merupakan salah satu faktor dasar yang memungkinkan kita mengembangkan dan
menjaga hubun gan kita dengan orang lain.
Kegagalan
Mengingat ( Lupa )
Banyak kasus lupa sebenarnya
disebabkan bukannya oleh gangguan dalam proses ingatan itu sendiri, tetapi oleh
belajar yang tidak memadai. Kita pada umumnya masih dapat dengan lancer
menyebutkan table perkalian, membawakan puisi dan hal-hal lain yang kita
pelajari di bangku sekolah, hanya karena materi ini dipompakan kepada kita
melalui belajar berulang kali. Pengulangan memang akan membawa kepada over-learning
(belajar sampai sudah benar-benar hafal) yang memudahkan orang mengingat di
kemudian hari.
Salah satu penyebab utama lupa
adalah yang ditimbulkan oleh interferensi (gangguan) pada jejak ingatan.
Suatu infomasi jangka pendek akan mudah dipengaruhi oleh gangguan dengan
datangnya informasi baru. Dampak gangguan proses belajar baru pada data yang
sudah terekam terlebih dahulu dapat berlanjut untuk beberapa lama, khususnya
bila dua rangkaian kata agak mirip. Istilah inhibisi retroaktif
digunakan untuk menggambarkan dampak materi baru pada materi yang telah
dipelajari sebelumnya tetapi belum sempat terkonsolidasi.
Kekeliruan proses ingatan juga
membuka wawasan tentang pertanyaan seberapa jauh kebelakang dalam kehidupan
kita dapat kita ingat. Hal ini berkaitan dengan kekurng andalan proses ingatan
yang mencakup rentang waktu yang jangka panjang.
Bentuk distorsi ingatan yang
lain adalah pengalaman yang dikenal dengan istilah de javu. Ini
menggambarkan perasaan tidak asing lagi yang samar-samar, yang kadang kala
timbul dalam situasi yang yang belum pernah kita alami sebelumnya. Perasaan
‘Saya sudah pernah kesini’ yang membuat kita mulai berpikir tentang reinkarnasi
atau melihat sesuatu yang bakal terjadi di masa depan. Penjelasan yang paling
munkin diberikan untuk pengalaman ini adalah gangguan ingatan atas dasar
pengenalan yang keliru.
DAFTAR PUSTAKA
- McGhie, Andrew MA Phd. 1996. Penerapan
Psikologi Dalam Perawatan. Yoyakarta: Yayasan Essentia Medica.
0 komentar:
Posting Komentar