Anatomi dan Fisiologi
Kelenjar
paratiroid adalah empat kelenjar seukuran kacang polong yang berlokasi tepat
dibelakang kelenjar tiroid, dua tertanam di kutub superior kelenjar tiroid dan
dua di kutub inferiornya. Setiap kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6 mm,
lebar 3 mm, tebal 2 mm, tebal 50 mg, dan memiliki gambaran makroskopik lemak
coklat kehitaman. Letak masing-masing kelenjar paratiroid dan jumlahnya dapat
cukup bervariasi. Adakalanya, seseorang terlahir dengan satu atau lebih
kelenjar paratiroid. Kelenjar-kelenjar tersebut menempel pada tiroid, dalam
thymus, atau berlokasi ditempat lain sekitar area ini, namun bagaimanpun
kelenjar-kelenjar tersebut berfungsi secara normal.
Kelenjar
tiroid dan paratiroid adalah kelenjar yang sama sekali berbeda, setiap kelenjar
menghasilkan hormon yang berbeda dengan fungsi yang spesifik. Kelenjar
paratiroid berfungsi mensekresi parathormon (PTH), senyawa yang tersusun atas
84 asam amino yang disekresikan oleh kelenjar paratiroid berfungsi membantu
memelihar keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam tubuh. PTH juga
berfungi mengatur tingkat kalsium dalam darah, melepaskan kalsium dari tulang,
penyerapan kalsium dalam usus, dan ekskresi kalsium dalam urin.
Saat
kadar kalsium meningkat, kalsium yang banyak terikat dengan reseptor membrane
pada sel di kelenjar paratiroid akan menghambat sintesis PTH dan sekresi dari
PTH, dan ketika tingkat kalsium dalam darah jatuh terlalu rendah, kelenjar
paratiroid akan meningkatkan sintesis dan mensekresi PTH untuk mengatur kembali
kalsium dalam darah agar tetap normal.
Hipoparatiroid
1. Definisi
Hipoparatiroid terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau
kehilangan fungsi kelenjar paratiroid sehingga menyebabkan gangguan metabolisme
kalsium dan fosfor; serum kalsium menurun (bisa sampai 5 mg %), serum fosfor
meninggi (9,5-12,5 mg%). Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering
sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada
saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak
adanya kelenjar paratiroid (secara congenital).
2 Etiologi
Penyebab
spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat diketahui secara pasti.
Adapun etiologi yang dapat ditemukan pada penyakit
hipoparatiroid, antara lain :
- Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua
penyebab utama:
·
Post operasi pengangkatan kelenjar partiroid dan
total tiroidektomi.
·
Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat
kongenital atau didapat (acquired).
- Hipomagnesemia.
- Sekresi hormon paratiroid yang tidak aktif.
- Resistensi terhadap hormon paratiroid
(pseudohipoparatiroidisme)
.3. Patofisiologi
Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari
metabolisme kalsium dan fosfat, yakni kalsium serum menurun (bisa sampai 5
mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa sampai 9,5 - 12,5 mgr%).
Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon
paratiroid karena pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi. Operasi
yang pertama adalah untuk mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat
kelenjar paratiroid. Tujuannya adalah untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid
yang berlebihan, tetapi biasanya terlalu banyak jaringan yang diangkat. Operasi
kedua berhubungan dengan operasi total tiroidektomi. Hal ini disebabkan karena
letak anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang dekat (diperdarahi oleh
pembuluh darah yang sama) sehingga kelenjar paratiroid dapat terkena sayatan
atau terangkat. Hal ini sangat jarang dan biasanya kurang dari 1 % pada operasi
tiroid. Pada banyak pasien tidak adekuatnya produksi sekresi hormon paratiroid
bersifat sementara sesudah operasi kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid,
jadi diagnosis tidak dapat dibuat segera sesudah operasi.
Pada pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme
tetapi kadar PTH dalam darah normal atau meningkat. Karena jaringan tidak
berespons terhadap hormon, maka penyakit ini adalah penyakit reseptor. Terdapat
dua bentuk: (1) pada bentuk yang lebih sering, terjadi pengurangan congenital
aktivitas Gs sebesar 50 %, dan PTH tidak dapat meningkatkan secara normal
konsentrasi AMP siklik, (2) pada bentuk yang lebih jarang, respons AMP siklik
normal tetapi efek fosfaturik hormon terganggu.
4. Gejala Klinis
Gambaran klinis hipoparatiroid terutama disebakan
hipokalsemia. Menurunya kadar ion kalsium serum menyebabkan timbulnya reaksi
neuromuskular yang berlebihan. Pada penderita timbul gejala tetani (±70%) atau
Tetanic equivalent. Manifestasi klinis berupa spasme karpopedal, dengan tangan
berada dalam keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi dan jari-jari
lainnya ekstensi.
Dalam Tetanic equivalent ditemukan gejala konvulsi tonik
atau klonik, stridor laringeal (spasme) yang bisa mengakibatkan kematian,
parese, hipestesi, disfagia dan disartri, debaran jantung yang tidak teratur.
Pada pemeriksaan jasmani ditemukan beberapa refleks patologis yang positif
seperti Erb’ sign, Chvostek’s sign, Trousseau’s sign, Peroneal sign.
Harus dicurigai adanya hipoparatiroidiasme bila terdapat
kejang-kejang epileptik. Sering pula tampak gejala psikosis. Kadang-kadang
terdapat perubahan trofik ektoderm, seperti rambut menjadi jarang dan cepat
menjadi putih, kulit kering dengan permukaan kasar, ada vesikula atau bulla dan
kuku tipis, kadang-kadang deformitas.
5. Manifestasi klinik
Gejala-gejala utama adalah reaksi-reaksi neuromuscular
yang berlebihan yang disebabkan oleh kalsium serum yang sangat rendah.
Keluhan-keluhan dari penderita (70 %) adalah tetani atau tetanic aequivalent.
Tetani menjadi manifestasi sebagai spasmus corpopedal
dimana tangan berada dalam keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi dan
jari-jari lain dalam keadaan ekstensi. Juga sering didapatkan articulatio
cubitti dalam keadaan fleksi dan tungkai bawah dan kaki dalam keadaan ekstensi
Dalam titanic aequivalent:
1) Konvulsi-konvulsi yang tonis atau klonis
2) Stridor laryngeal (spasme ) yang bisa menyebabkan kematian
3) Parestesia
4) Hipestesia
5) Disfagia dan disartria
6) Kelumpuhan otot-otot
7) Aritmia jantung
Pada pemeriksaan kita bisa menemukan beberapa refleks patologis:
1) Erb’s sign:
Dengan stimulasi listrik kurang dari 5 milli-ampere sudah ada kontraksi dari otot (normal pada 6 milli-ampere)
2) Chvostek’s sign:
Ketokan ringan pada nervus fasialis (didepan telinga tempat keluarnya dari foramen sylomastoideus) menyebabkan kontraksi dari otot-otot muka
3) Trousseau’s sign:
Jika sirkulasi darah dilengan ditutup dengan manset (lebih dari tekanan sistolik) maka dalam tiga menit tangan mengambil posisi sebagaipada spasme carpopedal
4) Peroneal sign:
Dengan mengetok bagian lateral fibula di bawah kepalanya akan terjadi dorsofleksi dan adduksi dari kaki
Pada ± 40 % dari penderita-penderita kita mencurigai adanya hipoparatiroidisme karena ada kejang-kejang epileptik. Sering pula terdapat keadaan psikis yang berubah, diantaranya psikosis. Kadang-kadang terdapat pula perubahan-perubahan trofik pada ectoderm:
• Rambut : tumbuhnya bisa jarang dan lekas putih.
• Kulit : kering dan permukaan kasar, mungkin terdapat pula
vesikula dan bulla.
• Kuku : tipis dan kadang-kadang ada deformitas.
Pada anak-anak badan tumbuh kurang sempurna, tumbuhnya gigi-gigi tidak baik dan keadaan mental bisa tidak sempurna. Juga agak sering terdapat katarak pada hipoparatiroidisme.
1) Konvulsi-konvulsi yang tonis atau klonis
2) Stridor laryngeal (spasme ) yang bisa menyebabkan kematian
3) Parestesia
4) Hipestesia
5) Disfagia dan disartria
6) Kelumpuhan otot-otot
7) Aritmia jantung
Pada pemeriksaan kita bisa menemukan beberapa refleks patologis:
1) Erb’s sign:
Dengan stimulasi listrik kurang dari 5 milli-ampere sudah ada kontraksi dari otot (normal pada 6 milli-ampere)
2) Chvostek’s sign:
Ketokan ringan pada nervus fasialis (didepan telinga tempat keluarnya dari foramen sylomastoideus) menyebabkan kontraksi dari otot-otot muka
3) Trousseau’s sign:
Jika sirkulasi darah dilengan ditutup dengan manset (lebih dari tekanan sistolik) maka dalam tiga menit tangan mengambil posisi sebagaipada spasme carpopedal
4) Peroneal sign:
Dengan mengetok bagian lateral fibula di bawah kepalanya akan terjadi dorsofleksi dan adduksi dari kaki
Pada ± 40 % dari penderita-penderita kita mencurigai adanya hipoparatiroidisme karena ada kejang-kejang epileptik. Sering pula terdapat keadaan psikis yang berubah, diantaranya psikosis. Kadang-kadang terdapat pula perubahan-perubahan trofik pada ectoderm:
• Rambut : tumbuhnya bisa jarang dan lekas putih.
• Kulit : kering dan permukaan kasar, mungkin terdapat pula
vesikula dan bulla.
• Kuku : tipis dan kadang-kadang ada deformitas.
Pada anak-anak badan tumbuh kurang sempurna, tumbuhnya gigi-gigi tidak baik dan keadaan mental bisa tidak sempurna. Juga agak sering terdapat katarak pada hipoparatiroidisme.
Hiperparatiroid
1. Definisi
1. Definisi
Hiperparatiroid
adalah suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar paratiroid memproduksi lebih
banyak hormon paratiroid dari biasanya. Pada pasien dengan hiperparatiroid,
satu dari keempat kelenjar paratiroid yang tidak normal dapat membuat kadar
hormon paratiroid tinggi tanpa mempedulikan kadar kalsium. dengan kata lain
satu dari keempat terus mensekresi hormon paratiroid yang banyak walaupun kadar
kalsium dalam darah normal atau meningkat.
Jika
jumlah hormon paratiroid yang disekresi lebih banyak daripada yang dibutuhkan
maka ini kita sebut hiperparatiroid primer. Jika jumlah yang disekresi lebih
banyak karena kebutuhan dari tubuh maka keadaan ini disebut hiperparatiroid
sekunder.
2 Etiologi
2 Etiologi
Salah
satu penyebab hiperparatiroidisme dari banyaknya hiperfungsi kelenjar
paratiroid adalah adenoma soliter (penyakit von Recklinghausen ). Secara umum bahwa kelainan
kelenjar yang biasanya tunggal ditemukan ± 80 %. Kelainan pada kelenjar
biasanya neoplasma yang benigna atau adenoma sedangkan paratiroid karsinoma
sangat jarang. Beberapa ahli bedah dan ahli patologis melaporkan bahwa
pembesaran dari kelenjar yang multiple umumnya jenis adenoma yang ganda. Pada ±
15 % pasien semua kelenjar hiperfungsi, contohnya chief cell parathyroid
hyperplasia, biasanya herediter dan frekuensinya berhubungan dengan kelainan
endokrin lainnya, yaitu Multiple Endocrine Neoplasia (MEN). Hiperparatiroidisme
yang herediter dapat terjadi tanpa kelainan endokrin lainnya tetapi biasanya
bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia syndrome. MEN 1 (Wermer’s syndrome)
terdiri dari hiperparatiroidisme dan tumor dari pituitary dan pancreas, juga
berhubungan dengan hipersekresi gaster dan ulkus peptikum (Zollinger-Ellison
syndrome).
3
Klasifikasi
Hiperparatirod
dapat berupa hiperparatiroid primer, sekunder, tertier dan intoksikasi
paratiroid akut.
a. Hiperparatiroid
primer
Gejala
klinis hiperparatiroid primer dapat beraneka ragam dan dibagi dalam 4 kelompok,
yaitu :
1. Sebagai
akibat hiperkalsemia yang gejalanya berupa anoreksia, nausea, muntah-muntah,
konstipasi dan berat badan menurun, lekas lelah dan otot-otot lemah, miopati
proksimal, polidipsi dan poliuria (diabetes insipidus like syndrome), perubahan
mental (depresi, stupor, perubahan personalitas, koma, konvulsi).
2. Sebagai
akibat kalsifikasi visceral, kalsifikasi pada ginjal berupa kalkuli,
nefrokalsinosis. Kalsifikasi ocular terjadi karena deposit kalsium pada
konjungtiva dan kelopak mata, band keratopathy.
3. Sebagai
akibat peningkatan resorbsi tulang, nyeri tulang dan deformitas, fraktur
patologis, osteoklastoma dan perubahan gambaran tulang pada foto x-ray.
4. Sebagai akibat hipertensi, gagal ginjal, ulkus peptic, sindrom Zollinger Ellison, pankreatitis akut, pankreatitis menahun dan kalkuli, multiple adenomatosis syndrome, hiperurisemia, gout.
4. Sebagai akibat hipertensi, gagal ginjal, ulkus peptic, sindrom Zollinger Ellison, pankreatitis akut, pankreatitis menahun dan kalkuli, multiple adenomatosis syndrome, hiperurisemia, gout.
b. Hiperparatiroid sekunder
Hiperparatiroid
sekunder merupakan suatu keadaan dimana sekresi hormon paratiroid meningkat
lebih banyak dibanding dengan keadaan normal, karena kebutuhan tubuh meningkat
sebagai proses kompensasi. Pada keadaan ini terdapat hiperplasi dan hiperfunsi
merata pada keempat kelenjar paratiroid, terutama dari chief cells. Biasanya
penyebab primer adalah kegagalan ginjal menahun, dan glomerulonefritis atau
pyelonefritis menahun.
Penyakit
lain yang juga dapat menyebabkan hiperparatiroid sekunder adalah osteogenesis
imperfekta, penyakit paget multiple mieloma, karsinoma dengan metastase tulang.
Gambaran klinis hiperparatiroid sekunder yang timbul disebabkan oleh penyakit
ginjal menahun, kadang-kadang dapat membaik setelah dilakukan hemodialisis.
Dalam penatalaksanaan hiperparatiroid sekunder hal yang utama adalah manajemen medis. Penyembuhan dengan calcitriol dan kalsium dapat mencegah atau meminimalisir hiperparatiroid sekunder. Kontrol kadar cairan fosfat dengan diet rendah fosfat juga penting. Pasien yang mengalami predialysis renal failure, biasanya mengalami peningkatan kadar hormon paratiroid. Penekanan sekresi hormon paratiroid dengan low-dose calcitriol mungkin dapat mencegah hiperplasia kelenjar paratiroid dan hiperparatiroid sekunder.Pasien yang mengalami dialysis-dependent chronic failure membutuhkan calcitriol, suplemen kalsium, fosfat bebas aluminium, dan cinacalcet (sensipar) untuk memelihara level cairan kalsium dan fosfat. Karena pasien dialysis relatif rentan terhadap hormon paratiroid. Pasien yang mengalami nyilu tulang atau patah tulang, pruritus, dan calciphylaxis perlu perawatan dengan jalan operasi. Kegagalan pada terapi medis untuk mengontrol hiperparatiroid juga mengindikasikan untuk menjalani operasi. Umumnya, jika level hormon paratiroid lebih tinggi dari 400-500 pg/mL setelah pengoreksian kadar kalsium dan level fosfor dan terbukti adanya kelainan pada tulang, pengangkatan kelenjar paratiroid sebaiknya dipertimbangkan.
Dalam penatalaksanaan hiperparatiroid sekunder hal yang utama adalah manajemen medis. Penyembuhan dengan calcitriol dan kalsium dapat mencegah atau meminimalisir hiperparatiroid sekunder. Kontrol kadar cairan fosfat dengan diet rendah fosfat juga penting. Pasien yang mengalami predialysis renal failure, biasanya mengalami peningkatan kadar hormon paratiroid. Penekanan sekresi hormon paratiroid dengan low-dose calcitriol mungkin dapat mencegah hiperplasia kelenjar paratiroid dan hiperparatiroid sekunder.Pasien yang mengalami dialysis-dependent chronic failure membutuhkan calcitriol, suplemen kalsium, fosfat bebas aluminium, dan cinacalcet (sensipar) untuk memelihara level cairan kalsium dan fosfat. Karena pasien dialysis relatif rentan terhadap hormon paratiroid. Pasien yang mengalami nyilu tulang atau patah tulang, pruritus, dan calciphylaxis perlu perawatan dengan jalan operasi. Kegagalan pada terapi medis untuk mengontrol hiperparatiroid juga mengindikasikan untuk menjalani operasi. Umumnya, jika level hormon paratiroid lebih tinggi dari 400-500 pg/mL setelah pengoreksian kadar kalsium dan level fosfor dan terbukti adanya kelainan pada tulang, pengangkatan kelenjar paratiroid sebaiknya dipertimbangkan.
c. Hiperparatiroid tersier
Istilah
hiperparatiroid tersier digunakan untuk menunjukkan perkembangan lanjut tipe
sekunder, dimana terjadi autonomi kelenjar paratiroid. Seperti hiperparatiroid
primer, maka bentuk tersier memerlukan tindakan pembedahan ekstirpasi adenoma,
kecuali bila kegagalan ginjal sudah terlalu berat, maka dilakukan hemodialisis
terlebih dahulu kemudian disusul ekstirpasi adenoma. Pemberian vitamin D
kadang-kadang masih diperlukan untuk mencegah terjadinya hipokalsemia.
Pengobatan
penyakit hiperparatiroid tersier adalah dengan cara pengangkatan total kelenjar
paratiroid disertai pencangkokan atau pengangkatan sebagian kelenjar paratiroid
0 komentar:
Posting Komentar