Pengertian
Diabetes Melitus
Diabetes melitus atau kencing manis lebih merupakan suatu
keadaan penyakit dari pada suatu penyakit tunggal, karena mempunyai berbagai
macam penyebab. Diabetes melitus dapat didefenisikan sebagai suatu keadaan
metabolik yang abnormal dimana terdapat intoleransi terhadap glukosa akibat
kerja insulin yang tidak adekuat. Diagnosa didasarkan pada kondisi klinis dari
intoleransi glukosa.
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh
pankreas, merupakan zat utama yang bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar
gula darah yang tepat. Insulin menyebabkan gula berpindah ke dalam sel sehingga
bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi.
Peningkatan kadar gula darah setelah makan
atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah
kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah
menurun secara perlahan. Pada saat melakukan aktivitas fisik kadar gula darah
juga bisa menurun karena otot menggunakan glukosa untuk energi.
2.2 Patogenesis
Kerja insulin semuanya
anabolik, yaitu meningkatkan penimbunan makanan yang beredar ke dalam jaringan.
Akibat defisiensi insulin ialah keadaan yang disebut katabolik, yaitu pemecahan
energi yang tersimpan dalam jaringan.
Gambaran utama diabetes
melitus adalah :
a.
Ketidakmampuan menggunakan, dan overproduksi glukosa
(hiperglikemia)
b.
Sintesis protein berkurang
c.
Lipolisi menyebabkan hiperlipidemia, karena itu
terjadi pembuangan secara cepat dan
berat badan turun. Keadaan ini digambarkan sebagi suatu kejadian kelaparan
dalam keadaan banyak makanan.
Pada hiperglikemia, nilai
ambang ginjal terhadap konservasi glukosa sangat berlebihan, sehingga terjadi
diuresis osmotik yang menyebabkan terjadinya poliuria, dehidrasi dan kehausan.
Lipolisis juga dapatmempunyai dampak yang serius. Asam lemak bebas didalam hati
dikonversi menjadi benda keton seperti asetoasetat, aseton, dan 3-hidroksi
butirat. Hal ini memisahkan dan melepaskan ion hidrogen, sehingga timbul
asidosis metabolik.
Penderita kencing manis
umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami
oleh penderita :
1.
Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10.Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10.Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
2.3 Kadar Gula Dalam Darah
Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70
- 150 mg/dL {millimoles/liter (satuan unit United Kingdom)} atau 4 - 8 mmol/l
{milligrams/deciliter (satuan unit United State)}, dimana 1 mmol/1=18 mg/dl.
Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi
peningkatan setelah makan dan mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun
tidur. Seseorang dikatakan mengalami hyperglycemia apabila kadar gula dalam
darah jauh diatas nilai normal, sedangkan hypoglycemia adalah suatu kondisi
dimana seseorang mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal.
Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil
pemeriksaan gula darah puasa mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan
pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 180
mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara random (sewaktu)
dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level
antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl.
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl).[6]
|
Bukan DM
|
Belum pasti DM
|
DM
|
Kadar glukosa darah sewaktu:
|
|||
Plasma vena
|
<110
|
110 - 199
|
>200
|
Darah kapiler
|
<90
|
90 - 199
|
>200
|
Kadar glukosa darah puasa:
|
|||
Plasma vena
|
<110
|
110 - 125
|
>126
|
Darah kapiler
|
<90
|
90 - 109
|
>110
|
2.4 Klasifikasi
Dua tipe diabetes melitus
diberi batasan yang tergantung pada penetapan klinikal dimana keadaan ini
terjadi. Penelitian terhadap patogenesis penyakit telah memperkuat klasifikasi
ini, sebagaimana halnya kedua tipe tersebut mempunyai patogenesis yang berdeba.
Disamping itu, diabetes kadang-kadang timbul sebagai konsekuensi sekunder dari
penyakit lain.
Ø Tipe 1 (juvenil-onset,
insulin-dependent diabetes)
Diabetes melitus tipe 1
(disebut juga juvenil-onset, atau insulin-dependent diabetes) khas timbul pada masa
kanak-kanak. Penderita biasanya memperlihatkan terjadinya efek katabolik dan
sangat rawan terhadap timbulnya ketoasidosis. Defek sentralnya ialah sekresi
insulin oleh sel- β pankreas yang tidak adekuat, dan ini hanya dapat dikoreksi
dengan pemberian insulin eksogen seumur hidupnya.
Pemerikasaan post-modern
terhadap prankeas penderita diabetes melitus tipe 1 yang meninggal akibat sebab
lain (misalnya kecelakaan lalu lintas) menunjukkan infiltrasi limfosit pada
pulau langerhans dengan destruksi spesifik sel-β.
Terdapat tiga teori utama
penyebab perubahan ini, yaitu penyakit autoimun, faktor genetik, dan infeksi
virus.
a.
Destruksi autoimun, sebagian besar penderita diabetes
tipe 1 mempunyai antibodi dalam peredaran darahnya terhadap berbagai jenis sel
pulau langerhans. Penderita diabetes tipe ini sangat rawan terhadap timbulnya
penyakit autoimun ‘organ spesifik’yang lain.
b.
Faktor genetik, sebagaimana penyakit autoinmun ‘organ
spesifik’, terdapat adanyahubungan dengan HLA tipe tertentu, yaitu HLA-DR3.
Tampaknya faktor lingkungan berperan, hal ini dapat dilihat bahwa hanya 40%
kembar identik yang menderita penyakit ini.
c.
Infeksi virus, titer antibodi terhadap virus seperti tipe
coxsackie B dan parotitis meningkat pada sebagian tipe penderita diabetes tipe
ini, virus ini kemungkinan berperan sebagai pemicu terhadap destruksi pulau
langerhans secara langsung atau secara autoimun.
Ø Tipe 2 (maturity-onset, non-insulin-dependent
diabetes)
Diabetes melitus tipe II
(disebut juga maturity-onset, non-insulin-dependent diabetes) lebih sering
ditemukan dibandingkan dengan tipe I dan biasanya timbul pada usia pertengahan,
yang menjadi lebih banyak pada obesitas. Penderita tidak rawan terhadap
timbulnya ketoasidosis, tetapi kadang-kadang timbulnya koma non-ketotik dimana
terdapat hiperosmolaritas plasma yang ekstrim. Sekresi insulin masih dalam
batas normal, atau meningkat dan karenanya defek sentralnya mungkin menjadi
reduksi pada jumlah reseptor permukaan sel terhadap insulin.
Faktor genetik jelas
sangat berperan dalam etiologi daibetes melitus tipe II, hal ini ditunjukkan
bahwa hampir 100% kembar identik terkena penyakit ini.pola menurunnya yang
sesuai hukum Mendel masih belum jelas. Bukti yang menunjukkan bahwa kelainan
ini bukan penyakit autoimun.
Terapi umumnya dengan
cara menurunkan berat badan, bersama dengan pemberian obat secara oral yang
berpotensi meningkatkan kerja insulin.
2.5 Komplikasi
Komplikasi diabetes
melitus yang utama dapat dilihat pada tabel berikut :
Keadaan
|
Komplikasi
|
Pembuluh darah besar
|
Ateroma yang cepat timbul, menyebabkan : infrank
Miokard penyakit serebro
Vaskuler iskemik tungkai bawah
80% dari kematian pada diabetes orang dewasa
|
Pembuluh darah kecil
|
Kerusakkan sel enootel dan lamina basalis
Retinopati (penyebab terbanyak kebutaan)
Nefropati, termasuk lesi
Kimmel stiel-wilson
|
Saraf perifer
|
Neuropati, kemungkinan karena penyakit pembuluh darah kecil yang memasok
saraf
|
Neutrofil
|
Mudah terserang infeksi
|
Kehamilan
|
Toksemia pre-eklamsia
Bayi yang besar (large babies)
Hipoglikemia neonatal
|
Kulit
|
Nekrobiosis lipoidika diabetikorum
Granuloma anuler
Gangren pada ekstremitas
|
Komplikasi yang paling
sering dapat dilihat pada pembuluh darah. Ateroma, sering berlangsung berat dan
ekstensif, terjadi pada usia yang lebih muda dibandingkan pada populasi
non-diabetik. Pembuluh darah kecil menunjukkan penebalan lamina basalis dan
proliferasi sel endotel (miktoangiopati diabetik), dan sering menimbulkan
kerusakkan retina dan ginjal. Sekitar 80% pebderita diabetes dewasa meninggal
akibat kardiovaskuler, sedangkan penderita dengan diabetes yang lama, terutama
tipe 1, sering menderita komplikasi penyakit retina dan ginjal yang serius.
Perbaikkan pengontrolan metabolik dengan menggunakan obat insulin modern hanya
mengurangi sebagian dari insiden komplikasi serius ini.
2.6 Pengobatan dan Penanganan
Diabetes Melitus
Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah
untuk mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran yang normal. Kadar gula
darah yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan, tetapi semakin
mendekati kisaran yang normal, maka kemungkinan terjadinya komplikasi sementara
maupun jangka panjang adalah semakin berkurang.
Ø Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani
pengobatan terapi insulin (Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang
berkesinambungan, selain itu adalah dengan berolahraga secukupnya serta
melakukan pengontrolan menu makanan (diet).
Ø Pada penderita diabetes mellitus tipe 2,
penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan
aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci
program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga.
Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet
akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet
tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.
Yang perlu diingat, pada usia lanjut dianjurkan pemberian obat
anti diabetik oral dengan kerja yang cepat sebab pada usia ini sering penderita
kedapatan lupa makan, hal ini berbahaya karena bisa menyebabkan hipoglikemia
bila diberikan obat anti diabetik dengan masa kerja lama. Untuk kontrol
penyakit maka perlu diperiksa secara periodik berat badan, gejala gejala
diabetes yang masih dirasakan, kontrol gula darah dan pemeriksaan kadar lemak
darah. Bila hal ini dilakukan dengan teratur maka komplikasi berat dari DM bisa
dicegah.
0 komentar:
Posting Komentar