1.
Pengertian
Sistem
informasi manajemen (SIM) adalah rangkaian kegiatan atau komponen pengumpulan
data yang satu sama lain berkaitan dalam mengolah data kemudian diproses
menjadi informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan yang akurat,
cepat dan bermutu (Hafizurachman, 2000). Sistem informasi merupakan suatu
kumpulan dari komponen-komponen dalam organisasi yang berhubungan dengan proses
penciptaan dan pengaliran informasi. Sistem informasi mempunyai
komponen-komponen yaitu proses, prosedur, struktur organisasi, sumber daya
manusia, produk, pelanggan, supplier dan rekanan (Eko, 2001).
Sistem
Informasi Keperawatan merupakan sistem yang menggunakan komputer untuk
memproses data keperawatan menjadi satu bentuk informasi yang mampu menunjang
aktivitas/fungsi perawat.
Tenaga perawat sebagai salah satu
tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai
peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus mampu melaksanakan
asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan
evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem pendokumentasian
yang baik. Namun pada realitanya di
lapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan belum disertai dengan sistem
pendokumentasian yang baik, sehingga perawat mempunyai potensi yang besar
terhadap proses terjadinya kelalaian dalam praktek. Dengan adanya kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat dimungkinkan bagi perawat untuk
memiliki sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang lebih baik dengan
menggunakan Sistem Informasi Manajemen.
Kelompok
ad hoc the Nursing Information systems National Study Group (1982) di USA menghasilkan konsep Sistem Informasi Keperawatan : “ Suatu
sistem komputer yang digunakan untuk membantu dalam administrasi pelayanan
keperawatan, pemindahan pasien dan mendukung pendidikan dan penelitian
keperawatan”. Sistem Informasi Keperawatan merupakan sistem yang menggunakan
komputer untuk memproses data keperawatan menjadi satu bentuk informasi yang
mampu menunjang aktivitas/fungsi perawat.
2.
Keuntungan
System Informasi Manajemen Asuhan Keperawatan Berbasis Komputer
Sistem informasi manajemen asuhan
keperawatan mempunyai banyak keuntungan jika dilihat dari segi efisien dan
produktivitas. Beberapa keuntungan menggunakan sistem informasi manajemen
keperawatan adalah meningkatkan kualitas
dokumentasi, meningkatkan kualitas asuhan, meningkatkan produktifitas kerja,
memudahkan komunikasi antara tim kesehatan, memudahkan dalam mengakses
informasi, meningkatkan kepuasan kerja perawat, perawat memiliki waktu lebih
banyak untuk melayani pasien, menurunkan Hospital Cost, menurunkan Lost of data and
information, mencegah
Redundancy (Kerangkapan Informasi).
Sistem
informasi manajemen berbasis komputer dapat menjadi pendukung pedoman bagi
pengambil kebijakan/keputusan di keperawatan /Decision support system dan Executive information system (Eko,
2001). Informasi asuhan keperawatan dalam sistem informasi manajemen yang
berbasis komputer dapat digunakan dalam menghitung pemakaian tempat tidur, BOR
pasien, angka nosokomial, penghitungan budget keperawatan . Data yang akurat
pada keperawatan dapat digunakan untuk informasi bagi tim kesehatan yang lain.
Sistem informasi asuhan keperawatan juga dapat menjadi sumber dalam pelaksanaan
riset keperawatan secara khusus dan riset kesehatan pada umumnya.
3.
Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat
dalam Pelaksanaan SIM Keperawatan di Indonesia
Sistem informasi
manajemen (SIM) berbasis komputer banyak kegunaannya, namun pelaksanan SIM di
Indonesia masih banyak mengalami kendala. Ada beberapa faktor pendukung dalam
pelaksanaan SIM keperawatan di Indonesia yaitu
· Saat ini sudah mulai ada perusahaan (yang
dikelola oleh profesi keperawatan) yang menawarkan produk SIM keperawatan yang
siap pakai untuk diterapkan di rumah sakit. Sekalipun memiliki harga yang cukup
tinggi tetapi keberadaan perusahaan ini dapat mendukung pelaksanaan SIM
keperawatan di beberapa rumah sakit yang memiliki dana cukup untuk membeli
produk tersebut.
· Adanya UU No 8 tahun 1997 yang mengatur
tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa lembaran kertas.
Undang-undang ini merupakan bentuk perlindungan hukum atas dokumen yang dimiliki
pusat pelayanan kesehatan, perusahaan atau organisasi.
· Aspek etik juga dapat menjadi salah satu
faktor pendukung karena sistem ini semaksimal mungkin dirancang untuk menjaga
kerahasiaan data pasien. Hanya orang-orang tertentu saja yang boleh mengakses
data melalui SIM ini, misalnya dokter, perawat, pasien sendiri.
Terdapat beberapa
aspek yang menjadi kendala dalam penerapan SIM di Indonesia.
· Memutuskan untuk menerapkan sistem
informasi manajemen berbasis komputer ke dalam sistem praktek keperawatan di
Indonesia tidak terlalu mudah. Hal ini karena pihak manajemen harus
memperhatikan beberapa aspek yaitu struktur organisasi keperawatan di Indonesia, sebagai contoh pengambil keputusan/kebijakan bukan dari
profesi perawat, sehingga seringkali keputusan tentang pelaksanaan SIM yang
sudah disepakati oleh tim keperawatan dimentahkan lagi karena tidak sesuai
dengan keinginan pengambil kebijakan. Pihak manajemen rumah sakit masih banyak
yang mempertanyakan apakah SIM keperawatan ini akan berdampak langsung terhadap
kualitas pelayanan keperawatan dan kualitas pelayanan rumah sakit secara
keseluruhan.
· ketidaksiapan SDM keperawatan
kemampuan
sumber daya keperawatan. Ada banyak sumber daya manusia di institusi pelayanan
kesehatan yang belum siap menghadapi sistem komputerisasi, hal ini dapat
disebabkan karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan mereka terhadap sistem
informasi teknologi yang sedang berkembang. Pemahaman yang kurang tentang
manfaat SIM menjadi salah satu faktor penyebab ketidaksiapan SDM keperawatan.
· faktor sumber dana.
Sebagaimana kita
tahu bahwa untuk mendapatkan sistem informasi manajemen keperawatan yang sudah
siap diterapkan di rumah sakit, membutuhkan biaya yang cukup besar . Masalahnya
sekarang, tidak setiap rumah sakit memiliki dana operasional yang cukup besar,
sehingga seringkali SIM keperawatan gagal diterapkan karena tidak ada sumber
dana yang cukup. Aspek keempat adalah kurangnya fasilitas Information technology yang mendukung. Pelaksanaan SIM keperawatan
tentunya membutuhkan banyak perangkat keras atau unit komputer untuk
mengimplementasikan program tersebut.
4.
Trend/Kecenderungan Yang Sedang Berkembang
Tentang SIM Keperawatan Di Indonesia
Trend/Kecenderungan
yang sedang berkembang tentang SIM keperawatan di Indonesia adalah :
- Semakin
tingginya beban kerja perawat di rumah sakit menuntut adanya suatu sistem
teknologi informasi yang mampu mengatasinya. Tuntutan adanya dokumentasi
keperawatan yang lengkap dengan hanya menggunakan cara manual tulisan
tangan selama ini hanya menambah beban kerja perawat dan semakin
mengurangi jumlah waktu perawat bersama pasien. Sangat tepat apabila SIM
keperawatan bisa diaplikaskan.
- Sistem
informasi keperawatan di luar negeri sudah modern dan canggih dengan
memanfaatkan sistem teknologi informatika, sehingga perawat di luar negeri
mampu bekerja secara efisien dan dan berkualitas tinggi. Kondisi tersebut
diharapkan mampu diikuti oleh perawat di Indonesia.
- Perlunya
keperawatan di Indonesia memiliki sistem informasi manajemen keperawatan
dalam melakukan pelayanan kepada pasien di rumah sakit, sehingga perawat
bisa bekerja lebih efektif dan efisien.
- Pelaksanaan
proses asuhan keperawatan akan lebih cepat, efektif dan efisien dengan
menggunakan SIM.
- Diharapkan
hari rawat pasien lebih cepat karena interaksi pasien-perawat lebih banyak
sehingga tujuan asuhan keperawatan lebih cepat tercapai
- Profesionalisme
perawat akan semakin meningkat dan pengakuan kesetaraan antara profesi
perawat dengan medis akan lebih baik.
- Citra
perawat di masyarakat dan diantara profesi lain akan semakin baik.
- Penggunaan
SIM keperawatan akan meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit
5.
Isu
SIM Keperawatan Di Indonesia
Sedangkan isu
tentang SIM keperawatan di Indonesia sampai saat ini adalah :
- Perawat
di Indonesia memiliki keinginan yang tinggi untuk memiliki program SIM
keperawatan
- Belum
dilaksanakannya SIM keperawatan di Indonesia berdampak terhadap semakin tingginya
beban kerja perawat. Sehingga perawat berharap pihak manajemen RS segera mengaplikasikan program SIM keperawatan.
- Beberapa
rumah sakit di Indonesia, sampai saat ini yang berkembang adalah Sistem
Informasi Rumah Sakit yang baru berupa billing system.
- Rumah
Sakit di Indonesia 99% masih melaksanakan pendokumentasian keperawatan
secara manual .
- Pihak
manajemen rumah sakit masih memandang
SIM keperawatan belum menjadi suatu prioritas utama untuk
diaplikasikan karena salah satu penyebabnya adalah membutuhkan biaya yang
cukup besar, masih belum memilki pemahaman yang baik tentang dampak
apabila program ini diberlakukan terhadap kualitas pelayanan keperawatan
dan rumah sakit secara umum, adanya
pemikiran bahwa pekerjaan perawat tidak memerlukan bantuan teknologi/alat
yang canggih. Pihak manajemen juga masih khawatir tentang kemampuan SDM
keperawatan dalam pemanfaatan tekonolgi ini.
- Masih
banyak perawat yang tidak mengenal apa sistem informasi manajemen
keperawatan yang berbasis komputer tersebut. Kondisi ini karena sangat
bervariasinya tingkat pendidikan keperawatan.
- Belum
adanya aspek legal/UU tentang praktek keperawatan.
6.
Aplikasi Sistem Informasi Manajemen
Berhubungan Dengan Sistem Informasi Keperawatan Di RS
Untuk aplikasi
sistem informasi manajemen asuhan keperawatan baru beberapa rumah sakit saja
yang sudah menerapkan dan itu pun masih terbatas, seperti Rumah Sakit Fatmawati
Jakarta dan rumah sakit Charitas Palembang
1. Di RS Fatmawati Jakarta, sejak tahun 2002
mulai mengembangkan sistem pendokumentasian keperawatan berupa SIM keperawatan.
Sistem pendokumentasian keperawatan yang terkomputerisasi sudah mulai
diimplementasikan sejak tahun 2004. Sistem Informasi Manajemen keperawatan ini
baru sebatas menentukan rencana keperawatan.
2. Di RS Charitas Palembang, sistem
dokumentasi keperawatan terkomputerisasi mulai dikembangkan sejak tahun 2002.
Di RSUD Banyumas sistem pendokumentasian ini baru menerapkan dengan sistem NIC-NOC. Di RSUD Cengkareng Jakarta baru sebatas
pelaksanaan Clinical pathway.
7. Sistem Informasi Manajemen Keperawatan Di RS
Pihak
manajemen rumah sakit masih memandang
SIM keperawatan belum menjadi suatu prioritas utama untuk diaplikasikan
karena salah satu penyebabnya adalah membutuhkan biaya yang cukup besar, masih
belum memilki pemahaman yang baik tentang dampak apabila program ini
diberlakukan terhadap kualitas pelayanan keperawatan dan rumah sakit
secara umum, adanya pemikiran bahwa
pekerjaan perawat tidak memerlukan bantuan teknologi/alat yang canggih. Pihak
manajemen juga masih khawatir tentang kemampuan SDM keperawatan dalam
pemanfaatan tekonolgi ini. Selain itu,
masih banyak perawat yang tidak mengenal apa sistem informasi manajemen
keperawatan yang berbasis komputer tersebut. Kondisi ini karena sangat
bervariasinya tingkat pendidikan keperawatan.
8.
Alternatif Pemecahan Masalah dalam
Penerapan SIM Keperawatan di Indonesia
Ada beberapa
alternatif pemecahan masalah dalam penerapan SIM keperawatan di Indonesia
diantaranya;
- Perlu
adanya pemahaman yang sama diantara pihak manajemen rumah sakit dengan tim
keperawatan tentang pentingnya pelaksanaan SIM keperawatan di rumah sakit
yang diwujudkan dalam bentuk pengalokasian dana yang memadai untuk
implementasi SIM keperawatan, pemberian pelatihan bagi perawat tentang
pelaksanaan SIM keperawatan, pengadaan fasilitas informasi teknologi yang
memadai.
- Perlu
adanya integrasi program SIM dalam kurikulum pendidikan keperawatan.
- Peningkatan
standarisasi tingkat pendidikan perawat agar memiliki pemahaman yang tepat
tentang teknologi informasi dalam keperawatan.
- Adanya
aspek legal berupa Undang-undang praktek keperawatan
- Perlu
adanya penelitian yang lebih jauh terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan aplikasi SIM di Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar