STROKE
I. DEFENISI
1. Menurut WHO, stroke adalah :
a.
Disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan
aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan
daerah fokal pada otak yang terganggu.
b.
Sindrom neurologik fokal mendadak seperti hemipharesis
yang secara sekunder disebabkan semacam gangguan pembuluh darah.
2.
Menurut WHO,
Monica Project (1995), stroke adalah gangguaan fungsi otak fokal atau
global yang timbul mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam kecuali jika klien
mengalami pembedahan atau meninggal sebelum 24 jam dan disebabkan pendarahan
otak.
3.
Dalam Buku Ajar
Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit, stroke adalah
gangguan neurologis fokal dan merupakan akibat sekunder suatu proses patologis
yang dialami pembuluh darah serebral.
Hasil otopsi otak yang mengalami strok
Klasifikasi
stroke :
- Menurut
patologi dan gejala klinik
a.
Stroke hemoragi
Pada strok hemorragik, pembuluh
darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke
dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Hampir 70 persen kasus strok
hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi.
Pendarahan serebral bisa terjadi pada subarachnoid atau intraserebral
akibat pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya
kejadiannya ketika melakukan aktivitas tapi bisa juga terjadi saat istirahat,
kesadaran pasien umumnya menurun.
Stroke
hemoragik ada 2 jenis, yaitu:
- Hemoragik
Intraserebral: pendarahan yang terjadi
didalam jaringan otak.
- Hemoragik
Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada
ruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan
yang menutupi otak).
b.
Stroke non hemoragi (iskemik)
Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari.
Tidak ada pendarahan namun terjadi
iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder.
Kesadaran umumnya baik. Pada strok jenis ini, aliran darah ke otak terhenti
karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau
bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian
besar pasien atau sebesar 83% mengalami strok jenis ini.
Stroke
iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
- Stroke
Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang
membuat penggumpalan.
- Stroke
Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh
bekuan darah.
- Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung
- Menurut
perjalanan penyakit atau stadium
a.
TIA (Trans Ischemic Attack)
Gangguan neurologis setempat yang terjadi sebelum beberapa menit sampai
beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan berkurang dengan spontan dan
sempurna dalam kurang dari 24 jam.
b.
Stroke involusi
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis
terlihat makin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa
hari.
c.
Stroke komplit
Gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai dengan
istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.
Mekanisme terjadinya stroke
Suatu ateroma (endapan
lemak) bisa terbentuk di dalam pembuluh darah arteri karotis sehingga
menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap
pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian
besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir
di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
Pembuluh darah arteri
karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga tersumbat
karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung
atau satu katupnya. Strok semacam ini disebut emboli serebral (emboli =
sumbatan, serebral = pembuluh darah otak) yang paling sering terjadi pada
penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan katup
jantung atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium).
Emboli lemak jarang
menyebabkan strok. Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum tulang yang
pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di dalam sebuah
arteri.
Strok juga bisa terjadi
bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang
menuju ke otak. Obat-obatan (misalnya kokain dan amfetamin) juga bisa
mempersempit pembuluh darah di otak dan menyebabkan strok.
Penurunan tekanan darah
yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak, yang
biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Strok bisa terjadi jika tekanan darah
rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami
kehilangan darah yang banyak karena cedera atau pembedahan, serangan jantung
atau irama jantung yang abnormal.
II. ETIOLOGI
- Trombosis
serebral : atherosklerosis, hiperkoagulasi pada polisitemia, arteritis
- Emboli
- Hemoragi
yang disebabkan aterosklerosis dan hipertensi :
a.
Aneurisme berry, biasanya defek kongenital
b.
Aneurisme fusiformis dari aterosklerosis
c.
Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli
sepsis.
d.
Malformasi arteriovenous
e.
Ruptur arterior serebral
Faktor Resiko :
- Diabetes
melitus
- Hipertensi
- Hiperurisemia
- Dislipideamia
- Hiperfibrinogenia
- Polisitemia
vera
- Hiperhomosisteinemia
- Stres
- Rokok
- Pil
KB
- Penyakit
kolagen
- Penyakit
jantung kongenital
- Alkohol
- Obesitas
III. PATOFISIOLOGI
Manifestasi Klinis
Gambaran
klinik utama dapat dihubungkan dengan tanda dan gejala dibawah ini :
1. Defisit lapang pandang
1. Defisit lapang pandang
a.
Hominimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang
pandang)
1.
Tidak menyadari objek di tampat kehilangan penglihatan
2.
Mengabaikan salah satu sisi tubuh
3.
Kesulitan menilai jarak
b.
Diplopia : penglihatan ganda
c.
Kehilangan penglihatan perifer
1.
Kesulitan melihat pada malam hari
2.
Tidak menyadari batas objek
2. Defisit motorik
a.
Hemipharesis : kelemahan wajah, lengan dan tungkai pada
sisi yang sama.
b.
Hemiplegia :
paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama
c.
Ataksia
1.
Berjalan tidak tegap atau mantap
2.
Tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri yang
luas
d.
Disartria : kesukaran membentuk kata
e.
Disfagia : kesukaran menelan
3. Defisit sensori
Parastasia :
terjadi pada sisi berlawanan dari lesi
a.
Kebas dan kesemutan pada bagian tubuh
b.
Kesulitan dalam propriosepsi
4. Defisit verbal
a.
Afasia ekspresif : ketidakmampuan untuk membentuk kata
yang dapat dimengerti, mungkin mampu berbicara dalam respon kata tunggal
b.
Afasia reseptif
: ketidakmampuan memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tapi tidak
masuk akal
c.
Afasia global : kombinasi afasia ekspresif dan reseptif
5. Defisit kognitif
a.
Kehilangan memori jangka panjang dan jangka pendek
b.
Penurunan lapang pandang
c.
Alasan abstrak buruk
d.
Perubahan penilaian
6. Defisit
emosional
a.
Kehilangan kontrol diri
b.
Labilitas emosional
c.
Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres
d.
Depresi
e.
Menarik diri
f.
Rasa takut, bermusuhan, marah
g.
Perasaan isolasi
Akibat Stroke lainnya:
- 80% penurunan parsial/ total gerakan lengan dan tungkai.
- 80-90% bermasalah dalam berpikir dan mengingat.
- 70% menderita depresi.
- 30 % mengalami kesulitan bicara, menelan, membedakan
kanan dan kiri.
Stroke tak
lagi hanya menyerang kelompok lansia, namum kini cenderung menyerang generasi
muda yang masih produktif. Stroke juga tak lagi menjadi milik warga kota yang
berkecukupan , namun juga dialami oleh warga pedesaan yang hidup dengan serba
keterbatasan.
Hal ini akan
berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan
terganggunya sosial ekonomi keluarga. Selain karena besarnya biaya pengobatan
paska stroke , juga yang menderita stroke adalah tulang punggung keluarga yang
biasanya kurang melakukan gaya hidup sehat, akibat kesibukan yang padat.
IV. PENATALAKSANAAN
1.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a.
Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
1.
Mempertahankan kepatenan saluran udara (pengisapan yang
dalam, O2, trakeostomi)
2.
Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien
b.
Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
c.
Merawat kandung kemih dengan memasang kateter in-out
setiap 4-6 jam
d.
Menempatkan klien dalam posisi yang tepat harus
dilakukan secepat mungkin. Pasien harus dibalik setiap jam dan setiap dua jam
dijalankan latihan-latihan gerak pasif
2.
Pengobatan konservatif
Vasodilator
yang diberikan hampir tidak berefek pada pembuluh darah serebral terutama jika
diberikan per oral (seperti asam nikotinat, tolazolin dan papaverin). Aspirin
dapat digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi trombosit yang
terjadi setelah ulserasi ateroma.
3.
Terapi pembedahan
a.
Tindakan revaskularisasi, dilakukan untuk meningkatkan
aliran darah regional ke daerah-daerah yang mengalami gangguan sirkulasi.
b.
Pencangkokan by pass karotis eksterna sub klavia
c.
Evakuasi bekuan darah
d. Legasi
leher aneurisma
Manifestasi klinis
Gejala - gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu. Gejala-gejala itu antara lain bersifat:
a. Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
b. Sementara,namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic neurologic defisit (RIND)
c. Gejala makin lama makin berat (progresif)
Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut progressing stroke atau stroke inevolution
d. Sudah menetap/permanen
(Harsono,1996, hal 67)
Gejala - gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu. Gejala-gejala itu antara lain bersifat:
a. Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
b. Sementara,namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic neurologic defisit (RIND)
c. Gejala makin lama makin berat (progresif)
Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut progressing stroke atau stroke inevolution
d. Sudah menetap/permanen
(Harsono,1996, hal 67)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
2. Angiografi serebral
membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri
3. Pungsi Lumbal
- menunjukan adanya tekanan normal
- tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan
4. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
7. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)
1. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
2. Angiografi serebral
membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri
3. Pungsi Lumbal
- menunjukan adanya tekanan normal
- tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan
4. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
7. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Beberapa faktor resiko dari
stroke tidak dapat kita hindari seperti penambahan usia, faktor keturunan, dll
namun beberapa dapat kita modifikasi karena berhubungan dengan gaya hidup kita.
Apa yang dapat kita lakukan untuk mencegah stroke :
- Diet yang teratur dan seimbang, kurangi makanan berlemak (tinggi kolesterol), perbanyak konsumsi sayur dan buah
- Olahraga teratur minimal 30 menit 2 kali seminggu, disesuaikan dengan usia dan keadaan individual
- Kontrol tekanan darah bila terjadi hipertensi
- Kontrol gula darah dalam batas normal
- Tidak merokok
- Tidak mengkonsumsi alcohol
- Jaga berat badan ideal
- Lakukan pemeriksaan penunjang secara rutin (General Check Up)
- Diet yang teratur dan seimbang, kurangi makanan berlemak (tinggi kolesterol), perbanyak konsumsi sayur dan buah
- Olahraga teratur minimal 30 menit 2 kali seminggu, disesuaikan dengan usia dan keadaan individual
- Kontrol tekanan darah bila terjadi hipertensi
- Kontrol gula darah dalam batas normal
- Tidak merokok
- Tidak mengkonsumsi alcohol
- Jaga berat badan ideal
- Lakukan pemeriksaan penunjang secara rutin (General Check Up)
Stroke, Pembunuh No.3 di Indonesia
Kasus stroke meningkat di negara maju seperti Amerika dimana kegemukan
dan junk food telah mewabah. Berdasarkan data statistik di Amerika,
setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke baru di Amerika. Dari data tersebut
menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yang terkena
serangan stroke.
Menurut Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki),
terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di Indonesia dalam
dasawarsa terakhir. Kecenderungannya menyerang generasi muda yang masih
produktif. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas
Tidak dapat dipungkiri bahwa
peningkatan jumlah penderita stroke di Indonesia identik dengan wabah kegemukan
akibat pola makan kaya lemak atau kolesterol yang melanda di seluruh dunia, tak
terkecuali Indonesia.
Di Indonesia, stroke merupakan
penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut
survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh
penjuru Indonesia.
Diperkirakan ada 500.000 penduduk
yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali,
sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan
sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan
penderita terus menerus di kasur.
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler
(pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark
serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke
otak. WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi
susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh
yang lain dari itu
0 komentar:
Posting Komentar