PEMBERIAN OBAT MELALUI ORAL
Rute oral adalah rute yang paling mudah dan paling umum
digunakan. Cara pemberian obat yang paling diinginkan adalah
per oral. Obat diberikan melalui mulut
dan ditelan. Obat yang diberikan per oral lebih murah daripada banyak preparat
lain. Awitan kerja obat oral lebih lambat dan efeknya lebih lama. Klien umumnya
lebih memilih rute oral, kecuali jika klien menderita gangguan fungsi cerna
atau tidak mampu menelan.
Kebanyakan
tablet dan kapsul harus diberikan bersama cairan dalam jumlah yang adekuat. Hal
ini member perawat kesempatan untuk meningkatkan asupan cairan klien. Untuk
klien yang terpasang selang nasogastrik, obat-obatan cair lebih dipilih. Namun,
pada pemberian, beberapa tablet dapat dihancurkan dan kapsul dibuka untuk
dicampur dalam larutan.
Saat memberikan obat
per orl, perawat harus melindungi klien dari kemungkinan aspirasi. Memberi
posisi duduk pada klien atau berbaring miring akan mencegah akumulasi obat cair
atau padat di belakang tenggorok. Klien yang menelan dengan lambat sebaiknya
tidak dipaksa untuk minum banyak cairan setiap kali menelan. Begitu juga, klien
sebaiknya hanya menelan satu pil atau kapsul pada suatu waktu. Apabila klien
mulai batuk ketika minum obat, perawat harus menunda pemberian sisa obat sampai
klien dapat bernafas dengan mudah. Apabila klien sulit menelan tablet, bentuk
obat lain dapat dipertimbangkan, misalnya, supositoria. Setelah obat diberikan,
jika klien dianjurkan mencatat asupannya, catat jumlah cairan yang digunakan
untuk memberikan obat.
Kelemahan dari pemberian obat secara oral adalah efek yang
tibul biasanya lambat, tidak efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare,
tidak sabar, tidak kooperatif, kurang disukai jika rasanya pahit (rasa jadi
tidak enak).
PROSEDUR MEMBERI OBAT ORAL
1. Kaji
adanya kontra indikasi pada klien yang menerima obat oral, meliputi sulit
menelan, mual atau muntah, randag usus atau peristaltik menurun, baru menjalani
pembedahan saluran cerna, bising usus hilang atau menurun, terpasang pengisap
lambung, tingkat kesadaran menurun.
2. Tetapkan
pilihan klien dan toleransinya terhadap cairan.
3. Siapkan
suplai dan peralatan yang dibutuhkan.
a, Kartu, format catatan, atau huruf
cetak nama obat
b, Kereta obat atau nampan
c, Mangkuk obat sekali pakai
d, Segelas air, jus, atau cairan yang
dipilih
e, Sedotan
f, Alat penghancur pil ( tidak harus )
4. Periksa
keakuratan dan kelengkapan setiap kartu, format, atau huruf cetak nama obat
berdasarkan program pengobatan yang ditulis dokter. Periksa nama klien dan nama
obat, dosis, rute pemberian, dan waktu pemberian obat. Laporkan, jika ada
ketidaksesuaian untuk menuntut tanggung jawab perawat atau dokter.
5. Siapkan
obat :
a,
Cuci tangan
b, Atur nampan dan mangkuk obat di dalam ruang
pengobatan atau pindahkan kereta obat ke luar kamar klien
c, Buka kunci laci atau kereta obat
d, Siapkan obat-obatan untuk seorang klien pada
suatu waktu tertentu. Simpan tiket atau format obat bersama-sama untuk setiap
klien.
e, Pilih obat yang tepat dari persediaan atau
laci unit dosis. Bandingkan label obat dengan format, kartu dan huruf cetak
nama obat.
f, Hitung dosis obat yang benar. Lakukan dengan
teliti. Periksa kembali perhitungan.
g, Untuk menyiapkan tablet atau kapsul dari
botol, tuang jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol lalu pindahkan ke
mangkuk obat. Jangan sentuh dengan jari-jari.
h. Untuk menyiapkan tablet atau kapsul
unit-dosis, tempatkan tablet atau kapsul yang dikemas langsung ke dalam mangkuk
obat.
i. Tempatkan
semua tablet atau kapsul yang akan diberikan pada waktu yang sama di dalam
sebuah cangkir, kecuali tablet atau kapsul yang memerlukan pengkajian sebelum
diberikan.
j. Tablet berbentuk biji dapat dibelah dengan
tangan yang dibungkus sarung tangan atang dengan alat pemotong
k. Jika klien sulit menelan, gerus tablet dalam
alat penghancur pil.
l. Siapkan cairan. Kocok merata sebelum
diberikan. Periksa dan buang obat yang telah menjadi kusam dan warnanya
berubah.
m. Ketika menyiapkan narkotik, periksa catatan
narkotik untuk menghitung obat sebelumnya, bandingkan dengan suplai yang
tersedia, keluarkan obat, dan lengkapi informasi yang diperlukan dengan format
narkotik dan tanda tangani.
n. Bandingkan format, kartu obat, dan huruf
cetak nama obat dengan wadah.
o. Kembalikan kotak persediaan atau obat
unit-dosis yang tidak digunakan ke lemari dan kembali baca label.
p. Tempatkan obat dan kartu, format obat, atau
huruf cetak nama obat bersama-sama di atas nampan.
q. Jangan tinggalkan obat tanpa pengawasan.
6. Berikan obat :
a. Beri
obat pada klien pada waktu yang benar.
b. Identifikasi
klien dengan membandingkan nama pada kartu, format obat, atau huruf cetka nama
obat dengan nama pada gelang identifikasi klien. Minta klien menyebut nama
lengkapnya.
c. Lakukan
pengkajian yang diperlukan sebelum obat diberikan untuk obat-obat tertentu.
d. Jelaskan
tujuan setiap pengobatan dan kerja obat pada klien. Ijinkan klien bertanya
tentang obat.
e. Bantu
klien mengambil posisi duduk atau berbaring miring.
f. Berikan
obat dengan benar :
1. Tanyakan
apakaha klien ingin memegang obat padat ditangannya atau di mangkuk sebelum
memasukkannya ke mulut.
2. Tawarkan
air segelas penuh atau jus untuk menelan obat.
3. Untuk
obat yang diberikan secara sublingual, minta klien meletakkan obat di bawah
lidah dan biarkan obat larut seluruhnya.
4. Campur
obat bubuk dengan cairan di sisi tempat tidur dan berikan kepada klien untuk
diminum.
5. Peringatkan
klien untuk tidak mengunyah atau menelan tablet.
6. Berikan
bubuk dan tablet berbuih/berbusa segera setelah larut.
g. Apabila
klien tidak mampu menahan obat, tempatkan cangkir berisi obat pada bibir dan
dengan perlahan masukkan setiap obat ke dalam mulut, satu per satu.
h. Jika
tablet atau kapsul jatuh ke lantai, buang dan siapkan lagi.
i. Temani
klien sampai semau obat ditelan.
j. Untuk
obat yang sangat asam, tawarkan makanan kecil tanpa lemak.
k. Bantu
klien kembali ke posisi yang nyaman.
l. Buang
suplai yang kotor dan cuci tangan.
m. Kembalikan
kartu, format obat atau huruf cetak nama obat ke arsip yang tepat untuk
pemberian obat berikutnya.
n. Lengkapi
kembali persediaan dan bersihkan area kerja.
7. Catat
waktu actual setiap obat diberikan pada catatan obat atau computer. Tulis
inisial dan tanda tangan.
8. Kembali
dalam waktu 30 menit untuk mengevaluasi respons terhadap pengobatan.
2. PEMBERIAN OBAT SUBLINGUAL
Obat sublingual
dirancang supaya setelah diletakkan di bawah lidah dan kemudian larut, mudah
diasorpsi. Obat yang diberikan di bawah lidah tidak boleh ditelan. Bila
ditelan, efek yang diharapkan tidak akan dicapai. Nitrogliserin umumnya
diberikan secara sublingual. Klien tidak boleh minum sampai seluruh obat larut.
Tujuan pemberian obat secara sublingual adalah agar efek yang ditimbulkan bisa
lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit.
Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan
terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di
dinding usus dan hati dapat dihindari.
PROSEDUR MEMBERI OBAT SUBLINGUAL
PERSIAPAN
Persiapan Klien
- Cek
perencanaan Keperawatan klien
- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan
dilakukan
Persiapan Alat
- Obat
yang sudah ditentukan
- Tongspatel
(bila perlu )
- Kasa
untuk membungkus tongspatel
PELAKSANAAN
- Perawat
cuci tangan
- Memasang tongspatel ( jika klien tidak sadar ) kalau
sadar anjurkan klien untuk mengangkat lidahnya
- Meletakan
obat dibawah lidah
- Memberitahu klien supaya tidak menelan obatt
- Perawat
cuci tangan
- Perhatikan dan catat reaksi klien setelah pemberian
obat
EVALUASI
- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
DOKUMENTASI
- Mencatat
tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil
tindakan,nama obat dan dosis, perrawat yang melakukan ) pada catatan
keperawatan
3. PEMBERIAN OBAT TOPIKAL
Obat yang diberikan melalui kulit dan membran mukosa pada
prinsipnya menimbulkan efek local. Obat diberikan secara
topikal dengan menggunakan cakram atau lempeng transdermal ( contoh :
nitrogliserin,skopolamin, fentanil, dan estrogen). Cakram melindungi salep obat
pada kulit. Metode pengantaran obat ini menjamin klien menerima kadar obat
secara kontinu dalam darahnya, bukan kadar yang terputus-putus. Obat topikal ini dapat diberikan
sekurang-kurangnya 24 jam sampai tujuh hari.
Obat
juga dapat diberikan pada membrane mukosa. Dengan cara ini, obat biasanya
diabsorpsi lebih cepat. Perawat menggunakan beberapa metode dalam pemberian
obat pada membrane mukosa yaitu :
1. Pemberian
cairan secara langsung ( contoh : meminta klien berkumur , mengusap tenggorok).
2. Inserpsi
obat ke dalam rongga tubuh ( contoh : menempatkan supositoria pada rectum atau
vagina atau menginsersi paket obat ke dalam vagina ).
3. Instilasi ( pemasukan lambat ) cairan ke dalam rongga
tubuh ( contoh : memasukkan tetes telinga, tetes hidung, dan memasukkan cairan
ke dalam kandung kemih dan rectum ).
4. Irigasi
( mencuci bersih ) rongga tubuh ( contoh : membilas mata, telinga, vagina,
kandung kemih, atau rektum dengan obat cair ).
5. Penyemprotan
( contoh : memasukkan obat ke dalam hidung dan tenggorok ).
PENGGUNAAN PADA KULIT
Karena
banyak obat topikal local, misalnya losion, pasta, koyo, dan salep dapat
menimbulkan efek sistemik dan lokal, perawat harus memberikan obat-obatan ini
dengan menggunakan sarung tangan dan aplikator. Teknik steril paling penting,
khususnya jika klien memiliki luka terbuka.
Krusta
yang terbentuk dan jaringan mati menjadi tempat berkumpul mikroorganisme dan
menghalangi obat kontak dengan jaringan yang akan diobati. Sebelum member obat,
perawat membersihkan kulit dengan mencucinya perlahan menggunakan sabun dan
air, merendam daerah bersangkutan atau membersihkan jaringan sekitarnya.
Pada
saat member salep atau pasta, perawat mengoleskan obat merata pada permukaan
bersangkutan dan menutup daerah tersebut dengan baik tanpa membungkusnya dengan
lapisan tebal. Salep buram mencegah terlihatnya dasar kulit.
Setiap
tipe obat salep, losion, bedak dan koyo harus diberikan dengan cara tertentu
untuk menjamin penetrasi dan absorpsi yang baik. Perawat menggunakan losion
dank rim dengan secara ringan mengapusnya pada permukaan kulit. Menggosok kulit
dengan obat tersebut dapat menyebabkan iritasi. Suatu obat gosok diberikan
dengan menggosoknya pada kulit secara perlaha, tetapi kuat. Bedak ditabur
dengan ringan untuk menutup daerah yang diobati dengan lapisan tipis. Perawat
menggunakan obat transdermal pada daerah tubuh yang bersih, kering, dan tidak
berambut dengan pengecualian daerah ekstremitas di bawah lututatau siku. Selama
mengoleskan obat kulit, perawat harus mengkaji kulit secara keseluruhan. Dalam
mencatat pemberian obat, perawat mencatat daerah tempat obat diberikan, nama
obat dan kondisi kulit klien.
Telinga
Struktur
telinga dalam sangat sensitive terhadap suhu yang ekstrem. Apabila tetes
telinga atau cairan irigasi tidak diberikan pada suhu ruangan, dapat
menimbulkan vertigo atau mual. Masuknya larutan tidak steril ke dalam struktur
telinga tengah dapat menyebabkan infeksi. Dengan mendrainase telinga, perawat
bersama dokter dapat mengecek untuk meyakinkan bahwa gendan telingan klien
tidak rupture. Perawat tidak boleh menyumbat saluran telingan dengan alat
tetes. Memaksa obat masuk ke dalam telinga yang tersumbat dapat menciptakan tekanan yang menimbulkan cedera
pada gendang telinga.
Struktur
telinga luar pada anak berbeda dengan orang dewasa. Ketika memasukkan tetesan,
perawat harus meluruskan saluran telinga. Pada bayi dan anak kecil perawat
harus meluruskan saluran kartilago telinga dengan memgang daun telinga dan
menariknya ke bawah dank e belakang dengan lembut.pada orang dewasa diluruskan
dengan menarik daun telinga ke atas dan ke belakang.
PROSEDUR
MEMBERI OBAT TETES TELINGA
PERSIAPAN
Persiapan Klien
- Cek
perencanaan Keperawatan klien
- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan
dilakukan
Persiapan Alat
- Perlak
/ pengalas
- Kapas
bulat
- Obat
tetes yang sudah ditentukan
- Lidi
kapas seteril
- Korentang
seteril
- Bengkok
PELAKSANAAN
- Perawat
cuci tangan
- Membantu klien alam posisi tidur miring, telinga yang
sakit mengarah keatas
- Meletakan
pengalas dibawah bahu klien
- Membersihkan liang telinga dengan lidi kapas
- Mengisi pipet dengan obat yang sudah disediakan
- Menarik daun telinga klien dan diangkat keatas dengan
hati- hati
- Menetesi obat melalui sisi atau liang telinga sesuai
dosisi yang ditentukan
- Membersihkan bekas catatan obat dengan kapas bulat
- Merapihkan
klien dan alat-alat
- Membersihkan / membereskan alat-alat dan mengembalikan
pada tempatnya
- Perawat
cuci tangan
- Catat
hasil tindakan
EVALUASI
- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
DOKUMENTASI
Mencatat
tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan,nama
obat dan dosis, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan
Rectal
Bentuk
obat supositoria rectal lebih tipis dan bulat. Bentuk obat yang ujungnya bulat
mencegah trauma anal ketika obat dimasukkan. Obat supositoria rectal mengandung
obat ynag memberikan efek lokal. Obat ini khususnya bermanfaat ketika klien
tidak dapat menoleransi obat oral. Obat supositoria rectal disimpan di lemari
es sebelum diberikan.
Selama
memberikan obat perawat harus memasukkan obat supositoria melewati sfingter
anal dalam dan menyentuh mukosa rectal. Obat supositoria tidak boleh dipaksa
masuk ke dalam massa
atau materi feses. Adalah penting membersihkan rektum dengan enema pembersih
kecil sebelum supositoria dapat dimasukkan.
PROSEDUR
MEMBERI OBAT MELALUI REKTAL
PERSIAPAN
Persiapan Klien
- Cek
perencanaan Keperawatan klien
- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan
dilakukan
Persiapan Alat
- Obat
yang sudah ditentukan
- Bengkok
- Sarung
tangan
PELAKSANAAN
- Perawat
cuci tangan
- Memasang
sampiran disekeliling tempat tidur
- Membuka
pakaian bawah klien
- Meletakan
bengkok dekat dibawah anus
- Atur
posisi klien
- Perawat
memakai sarung tangan
- Mamasukan
obat kedalam rektum sambil menyuruh klien menarik nafas panjang, selama +
10 menit, klien distrahatkan
- Melepaskan sarung tangan dan letakan dalam bengkok
- Merapihkan klien dan bereskan alat –alat kembali
- Perawat
cuci tangan
- Catat
tindakan yang telah dilakukan
EVALUASI
- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
DOKUMENTASI
- Mencatat
tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil
tindakan,nama obat dan dosis, perrawat yang melakukan ) pada catatan
keperawatan
Penggunaan
obat mata
Persentase
besar klien yang menerima obat mata adalah klien lanjut usia. Masalah yang
berhubungan dengan usia, termasuk penglihatan yang buruk, tremor tangan, dan
kesulitan dalam memegang atau menggunakan botol obat, memengaruhi kemudahan
lansia menggunakan obat mata secara mandiri. Perawat member penjelasan kepada
klien dan anggota keluarga tentang teknik yang digunakan dalam pemberian obat
mata. Prinsip-prinsip saat memberikan
obat mata :
1.
Kornea mata banyak disuplai serabut
nyeri sehingga menjadi sensitive terhadap apapun yang diberikan ke kornea. Oleh
karena itu, perawat menghindari memasukkan bentuk obat mata apapun secara
langsung ke kornea.
2.
Risiko penularan infeksi dari satu mata
ke mata lain sangatlah tinggi. Perawat menghindari menyentuh kelopak mata atau
struktur mata yang lain dengan alat tetes atau tube salep.
3.
Perawat menggunakan obat mata henya untuk
mata yang terinfeksi.
4.
Perawat tidak pernah boleh membiarkan
seseorang menggunakan obat mata orang lain.
PROSEDUR MEMBERI OBAT MATA
PERSIAPAN
Persiapan Klien
- Cek
perencanaan Keperawatan klien
- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
Persiapan Alat
- Obat tetes mata yang sudah ditentukan
- Bengkok
- Kapas
seteril
- Pipet
kalau perlu
PELAKSANAAN
- Perawat
cuci tangan
- Atur posisi klien duduk atau tidur terlentang dengan di
tengadahkankan
- Bersihkan mata klien dengan kapas basah seteril
- Muka klien diatas sejajar dengan langit -langit
- Membuka kelopak mata bawah dengan telunjuk jari kiri
tarik kelopak bawah ke bawah
- Meneteskan obat
mata pada permukaan konjungtiva pada kelopak mata bawah
- Bersihkan sisa obat yang ada dimata dengan kapas basah
- Membersihkan alat-alat dan merapihkan klien
- Perawat
cuci tangan
- Catat
hasil tindakan
EVALUASI
- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
DOKUMENTASI
Mencatat
tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil
tindakan,nama obat dan dosis, perrawat yang melakukan ) pada catatan
keperawatan
Anus
URAIAN UMUM
Suatu
kegiatan pelayanan keperawatan dalam memberikan obat yang diberikan lewat
Rectum untuk memudahkan pasien dalam mengeluarkan tinja
PERSIAPAN
Persiapan Klien
- Cek
perencanaan Keperawatan klien
- Klien
diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan, dan reaksi yang akan
terjadi setelah pemberian obat
Persiapan Alat
- Baki
beralas
- Hanscone
sebelah kanan
- Gunting,
kain kassa
- Obat
pencahar yang diperlukan/Suppositoria
- Pispot
dan bengkok
PELAKSANAAN
- Perawat
cuci tangan
- Pasang sampiran dan gunakan sarung tangan jika perlu
- Gunting obat pencahar yang diperlukan
- Ambil dengan kain kassa
- Masukan perlahan-lahan melalui rectal 7 – 10 cm sampai
melewati Spinter ani interna, sambil pasien disarankan menarik napas panjang
- Anjurkan pasien
menahan BAB dulu sampai terasa mules
- Dekatkan pispot dengan pasien
- Catat pemberian obat dan reaksi pasien
- Membereskan
alat-alat
- Perawat
cuci tangan
- Catat
tindakan yang telah dilakukan
EVALUASI
- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
DOKUMENTASI
Mencatat
tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil
tindakan,nama obat dan dosis, perrawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan.
Pemberian
obat vagina
Obat
vagina tersedia dalam bentuk supositoria, sabun, jeli, atau krim. Obat
supositoria tersedia dalam bungkus satuan dan dikemas dalam pembungkus timah.
Penyimpanan di lemari es mencegah obat supositoria padat berbentuk oval meleleh.
Setelah obat sipositoria dimasukkan ke dalam rongga vagina, suhu tubuh akan
membuat obat meleleh, didistribusikan dan diabsorpsi. Sabun, jeli, dan krim diberikan dengan alat untuk
memasukkan obat. Obat supositoria diberikan dengan tangan
yang dibungkus sarung tangan. Klien seringkali memilih untuk memberikan sendiri
obat vaginanya, sehingga ia harus diberi privasi. Setelah memasukkan obat,
klien mungkin berharap untuk memakai pembalut perineum untuk menampung drainase
yang berlebihan. Karena obat vagina seringkali diberikan untuk mengobati
infeksi, setiap rabas yang keluar mungkin berbau busuk. Teknik aseptic yang
benar harus diikuti dank lien harus sering ditawari kesempatan untuk
mempertahankan hygiene perineum.
0 komentar:
Posting Komentar